in love ? pt2

744 153 20
                                    


Sore itu, Jeongyeon menatap langit- langit kamarnya. Ia merasa bosan. Ia juga tak kunjung melihat Jimin berada di jendela. Mungkin lelaki itu masih tidak enak badan. Ah, kenapa jadi seperti ini? Rasanya, ia tidak bisa jika tidak dengan Jimin. Rasanya, gadis itu sedikit menganggap Jimin lebih dari seorang temannya. Jimin juga sangat baik terhadapnya. Jimin menjaganya dengan baik dan selalu membuatnya tertawa. Bahagia dunianya jika bersama Jimin. Boleh berharap lebih? Ah mungkin tidak. Jimin jelas- jelas hanya menganggapnya sebagai sahabat. Sama seperti menganggap Hoseok dan siapalah mereka yang lain.

Tiba- tiba pintu kamarnya di ketuk.

"Jeongyeon..." Itu suara Tuan Yoo.

"Iya Ayah?"

"Jimin menunggumu di bawah."

"Apa?!" Gadis itu memekik. "Jimin?!"

"Iya. Cepat turunlah. Kata Jimin kau akan diajak bertemu dengan teman- temannya Jimin."

Eh iya benar. Jeongyeon ingat rencana mereka sebelum Jimin sakit.

"Iya, tunggu sebentar."

Jeongyeon menuruni tangga dan mendapati Jimin sedang duduk anteng menghadap televisi yang tidak menyala.

"Jim." Jeongyeon menepuk pundak Jimin dan ikut duduk disampingnya. Jimin tersenyum dan menarik tangan Jeongyeon. "Kita mau kemana?" Tanya Jeongyeon.

'Temanku.' Ucap Jimin sambil menunjuk dirinya sendiri. Mereka pum berjalan pelan dengan Jeongyeon di samping Jimin, dan Jimin menggandeng tangannya. Jeongyeon menelan ludahnya kasar.

Meski bukan kali pertama Jimin menggandeng tangannya, kali ini Jeongyeon merasa jantungnya berdegup kencang. Tangan Jimin yang masih hangat terasa sangat lembut, membuat Jeongyeon mengeratkan gandengan tangan mereka. Hal itu membuat Jimin memandang Jeongyeon. Tapi Jeongyeon hanya membalas dengan cengiran lucu bagi Jimin.

Jimin menunjuk segerombolan laki- laki tak jauh dari mereka berjalan. Mereka sedang duduk- duduk di gubuk kecil.

"Hey Jimin! Hey Jeongyeon?" Hoseok balik melambaikan tangan kepada mereka.

"Dasar sok kenal kamu Seok." Seungkwan memukul pelan pundak Hoseok. Jimin dan Jeongyeon ikut bergabung melingkar di gubuk tersebut.

"Memang kita sudah berkenalan kok kemarin." Hoseok balik memukul Seungkwan. Mereka memang seperti tom and jerry jika bersama.

"Apa kau sudah sembuh sobat?" Taehyung merangkul Jimin yang dibalas dengan acungan jempol oleh Jimin. "Hey apa dia kekasihmu Jim?" Jeongyeon tersedak ludahnya sendiri saat mendengar Taehyung mengatakan hal itu. Sementara Jimin memicingkan matanya. 'Ke- ka- sih ?'

'Bukan bodoh!' Jimin memukul kepala Taehyung.

"Kulihat kalian berdua sedang kencan kemarin." Seungkwan menimpali.

"Ti-tidak kok..." Jeongyeon membela diri.

"Oh iya, aku Seungkwan. Teman Jimin." Seungkwan memperkenalkan diri.

"Aku Taehyung. Juga temannya Jimin. Tapi bedanya aku sudah mengenal Jimin sejak ia bayi. Kita bermain bersama sejak bayi. Kalau Hoseok sejak SD. Kalau Seungkwan baru saat SMP. Senang bertemu denganmu Jeongyeon..." Jeongyeon tersenyum sangat manis.

"Astaga, Jim. Dia manis sekali." Taehyung memukul pundak Jimin. Membuat Jimin mengaduh. Sementara Jeongyeon hanya menggeleng dan tertawa bodoh.

Jimin, katakanlah sesuatu. Batin Jeongyeon.

"Tipemu boleh juga." Seungkwan ikut meledek Jimin membuat lelaki itu menggaruk kepalanya. Pipi Jimin tiba- tiba berwarna merah seperti kepiting rebus.

A Quiet Love [PJM] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang