bandage pt 1

600 144 23
                                    

Tolong vote dan komennya ya...😊
💜💜💜




"Jimin." Nyonya Ahn menepuk pundak Jimin pelan. "Bisa berikan ini ke Ibu Hoseok?" Nyonya Ahn menyerahkan buntalan keresek merah kepada Jimin.

'Apa ini?' Tanya Jimin sambil menunjuk isi kresek.

"Ikan." Lalu Jimin mengangguk- angguk dan pergi untuk memberikannya kepada Ibu Hoseok.

Saat sampai di depan rumah Hoseok, Jimin mendapati Hoseok yang tengah mengikat sepatu.

Ah, iya dia mau berangkat sekolah. Batin Jimin.

"Eh? Jimin?" Hoseok terbingung- bingung karena kedatangan Jimin. Jimin tersenyum dan melambaikan tangannya. "Apa itu?" Tanya Hoseok sambil menunjuk buntalan kresek di tangan Jimin.

'Untuk- ibumu.'

"Ah, ikan ya?" Hoseok menepuk pahanya. "Nanti- aku- akan- mengantarkan- kepadamu- jika- sudah- matang." Ucap Hoseok sambil menerima buntalan kresek dari tangan Jimin.

'Benarkah?!' Jimin tersenyum bahagia. Hoseok mengangguk.

"Baiklah, setelah ini aku harus sekolah. Sampai jumpa nanti Jimin..."

'Sampai jumpa.' Jimin mengepalkan tangannya dan mengangkatnya ke atas, menandakan 'semangat' untuk Hoseok. Lalu Jimin pun pulang ke rumahnya.

●●●

"Tidak- tidak. Jangan keluar rumah." Jeongyeon berbicara pada pantulan dirinya di cermin. "Kau terlihat jelek dan menyedihkan. Bagaimana jika Jimin terkejut." Gadis itu memukul- mukul pipinya. Rasanya, hidup Jengyeon saat ini hanya untuk Jimin.

Kamarnya masih gelap karena lampu yang ia matikan dan jendela yang belum ia buka. Ia memang sengaja membiarkan jendelanya tertutup, malu jika Jimin melihatnya seperti ini. Ia juga enggan turun meski sangat lapar. Masih malas bertemu dengan Ayahnya. Jeongyeon sebenarnya lapar. Sangat lapar. Tapi entah, ia sangat malas untuk membuka kamarnya. Gadis itu menghentak- hentakan kakinya di lantai.

"Aduh dasar perutku tidak bisa diajak kompromi. Diam sebentar dong..." Perut kempesnya meraung- raung. Jeongyeon menggigit bibirnya sambil memandangi tuas pintu kamarnya.

Bagaimana jika Ayah masih marah? Bagaimana jika Ayah tidak meninggalkan makanan untukku? Atau uang untuk membeli makan? Bagaimana jika Wanita itu masih di bawah? Bagaimana-,

"Sayang..." Jeongyeon yang tadinya melamun memandangi tuas pintu terlonjak kaget saat ada suara besar dari balik pintu kamarnya. "Jeong kau di dalam? Ayah minta maaf soal semalam. Ayah akan memberimu waktu untuk mengerti. Tapi maaf Ayah tidak akan membatalkan pernikahan yang sudah Ayah rencanakan sejak 5 bulan lalu. Suka atau tidak, kau harus menerimanya Jeong."

5 bulan? Jeongyeon membulatkan matanya. Lalu bibirnya melengkung, cemberut.

"Ayah jahat!"

"Maafkan Ayah sayang..." Tuan Yoo menghembuskan nafas kasar. "Ayah tinggalkan makanan di meja makan ya... jangan lupa makan. Ayah ada perlu sebentar. Jangan main jauh- jauh dan jangan ikut Jimin menggembala domba."

Jeongyeon memutar bola matanya malas.

Perlu sebentar tapi pulang malam. Yang benar saja. Batin Gadis itu.

A Quiet Love [PJM] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang