Oops, My Mistake

6.9K 354 16
                                    

Aku pulang ke rumah dengan hati gembira, tidak sabar memberi tahu Sera tentang keberhasilanku meraih employee of the month dan mengalahkan Lauren The Witch. Aku berhenti di depan pintu sambil menari kecil.

Aku membuka pintu, melepas stilleto sial yang membuatku terpeleset di tempat umum setidaknya 2 kali dalam sebulan, meletakkan tas dan menggantung mantelku kemudian menuju ke ruang tamu untuk menemui Sera yang biasanya sibuk dengan laptopnya, sambil merencanakan jadwal konseling terapi pasangan di bulan ini.

Namun, bukannya disambut Sera, diriku malah terlonjak saat menemukan Andre sedang duduk di sofa, berpakaian rapi- kemeja putih dan sepatu sneakers Nike kesukaannya. Pandangannya tertuju ke TV dengan Sera di sebelahnya, hanya mengenakan singlet dan celana pendek, sibuk dengan laptopnya.

"Dre?" sahutku menarik perhatiannya. "Ngapain ke sini?" Aku menyambutnya dengan pelukan hangat kemudian dia mengecup bibirku. Ciuman itu singkat dan terasa lembut.

Tanganku masih menggelayuti tengkuk lehernya. Aku menjinjit untuk menggapai bibirnya.

"Hei." sapanya. Lesung pipitnya terlihat jelas.

Tangannya mengelus pinggangku. Aku mendekatkan diri, perutku mulai bersentuhan dengannya. Rasa geli dan nikmat menyelubungiku dan aku menginginkan lebih. Aku menempel pada dirinya seperti perangko, membuat Andre terkekeh.

"Bisa nggak sih mesra-mesraan di tempat lain? Ada yang lagi konsen kerja." Kami menoleh kepada Sera yang melirik sinis.

"Jangan galak-galak dong." ujarku sambil tersenyum jail.

Sera mengerucutkan bibirnya, menatapku di balik lensa kacamata bacanya yang tebal kemudian menghela napas pasrah sambil menutup laptopnya. "Capek aku kerja terus. Mau teh?" ucapnya seraya berjalan menuju dapur.

"Mau, gulanya 1 sendok aja ya." sahutku.

Tanganku masih menempel di tengkuk Andre, jarak antara kami hanya beberapa sentimeter. Andre menatapku sambil tersenyum. Aku mengecup lesung pipitnya.

"Sana mandi. Siap-siap." ujar Andre. Ucapannya membuatku bingung.

Aku menelengkan kepala, alisku berkerut. "Siap- siap kemana?" tanyaku.

Andre tersentak, mulutnya membentuk celah di antara bibirnya. "Ke Café Brown." Pegangan tangannya di pinggangku mulai melonggar. "Sekarang kan anniversary kita." ucap Andre bersamaan dengan Sera kembali ke ruang tamu sambil membawa 2 cangkir teh di tangannya.

Tatapan Sera bingung, dia menatapku kemudian menatap Andre, berusaha mencari tau apa yang sedang terjadi. Ia hanya mematung di ujung ruangan sebelah pintu masuk.

Andre melepaskan pelukannya, menjauh dariku. Aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata dan tidak bisa menjelaskan diriku sendiri.

"Anniversary?" Hanya itu yang dapat keluar dari mulutku.

Andre menaikkan alisnya, ekspresinya menunjukkan kekecewaan. "Kamu lupa?" tanyanya.

"Ya nggaklah." ucapku sambil tertawa kecil. Sumpah, pagi ini saat aku terbangun dari mimpiku di kasur, aku masih ingat. Dan siang ini saat aku mengisi ulang secangkir kopiku di break room, aku juga masih ingat. Tetapi setelah Jaiden dan Bu Diana tiba-tiba menyuruh kami berkumpul di ruang tengah dan menyebutkan namaku, aku pun diserbu pelukan dan tepukan di bahu dari berbagai sudut lalu aku melupakan segalanya.

Yang daritadi terngiang dibenakku adalah membuka sebungkus mi ayam dengan Sera lalu mengucapkan doa agar Lauren terjatuh sakit atau entah apapun itu agar perjalanan mereka ke luar negeri dibatalkan. Kemudian aku akan menyelesaikan laporan feedback customer dan membuat proposal pengajuan promosi agar besok aku dapat menyetornya ke Bu Diana.

Aku tidak punya waktu untuk mandi dan berdandan lagi. Aku hanya ingin melepas pakaian kantorku dan berendam air hangat selama mungkin malam ini. Aku lelah.

"Dre, gimana kalo kita batalin aja dinner malam ini? Kita tunda jadi besok. Kan besok aku libur, kita bisa jalan-jalan dari siang." ujarku.

Andre mendengus. "Nggak bisa, El. Besok aku harus tampil bersama band-ku di musik festival tepi pantai itu. Kita kan udah rencanain malam ini."

"Ya udah kalo gitu hari Minggu. Gimana? Sekalian kita rayain keberhasilanku malam ini, Dre! Aku jadi Employee of the Month!" seruku bersemangat untuk mencairkan suasana. Namun rahang Andre justru terlihat mengeras.

Ia terdiam sambil melihat lantai.

"Aku capek banget hari ini, Dre. Kalo hari ini nggak ada penghargaan itu, aku nggak bakal pulang semalam ini. Tapi tadi acaranya mendadak." ucapku.

"Iya, terserah kamu aja deh. Aku pulang dulu." Andre berjalan menghampiri pintu tanpa melihat wajahku.

Aku berderap ke arahnya. "Lho? Dre, kamu marah?"

Sebelum aku sempat menghentikannya, daun pintu terbanting di depan wajahku, membuatku tersentak. Aku menatap pintu yang tertutup dengan mulut setengah terbuka, entah ingin membuka pintu dan mengejarnya atau membiarkannya pergi. Namun, bunyi derum mesin motor yang menghillang di kejauhan membuatku sadar bahwa semuanya sudah terlambat.

"Teh?" Sera mengacungkan segelas teh hangat tepat di hadapanku ketika aku membalikkan badan. Ia melemparkan tatapan simpati dan senyuman lembut.

Aku menerimanya dengan senang hati setelah mengatur alunan napasku yang masih memburu dan tersenyum.

Skyscraper DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang