Pagi ini, aku disergap Lauren ketika aku memasukki kantor dan ia membawaku ke seberang jalan, ke kantor Jaiden. Lauren dengan wajah masamnya tidak mengatakan sepatah kata pun saat menuntunku ke sana.
Aku merasa seperti narapidana yang sedang dibawa ke kantor interogasi. Aku dapat melihat wajah Jaiden yang muram dan tatapannya gelap. Bibirnya terkatup rapat kemudian ia mengembangkan senyuman kecil saat melihatku.
"Pagi." Aku mempersilakan diriku untuk duduk.
"Pagi, Ellie. Ada beberapa hal yang perlu kami bicarakan padamu." ucapnya sambil mengambil berkas di lacinya.
Jantungku berdetak lebih cepat.
"Berkat kamu, perusahaan ini hampir bangkrut." Lauren menyandarkan bokong di sisi meja Jaiden sambil bersedekap. Wajahnya mengerut.
Aku membelalak. "B-bangkrut??" ulangku.
Jaiden berdeham lalu menoleh kepada Lauren, memegang lengannya, memberinya isyarat bahwa ia yang akan berrbicara.
"Kondisi keuangan kami menurun dalam 3 bulan terakhir. Dan kami tidak mempunyai dana yang cukup untuk melanjutkan kegiatan operasi kami." ucap Jaiden dengan tenang.
"Penyebabnya adalah kurangnya tanggung jawab dari tim marketing and business development - kamu tau kan aku mengarah kepada siapa?" Ia menatapku tajam dan menekan nada bicaranya. Aku menggertakan gigi.
"...untuk mengembangkan konsep dan strategi pemasaran agar klien tetap setia. Klien-klien besar yang sudah lama bersama kami, meninggalkan kami untuk perusahaan yang lebih menguntungkan mereka." lanjutnya.
"Maaf ya, tapi kamu nggak bisa seenaknya nuduh kalo ini semua gara-gara tim saya. Kami telah memberikan diskon untuk mereka yang setia dengan keuntungan yang setara di kedua pihak, dan tidak ada satu pun keluhan dari mereka, umpan balik yang mereka berikan semuanya positif." ucapku.
"Buktinya berkata sebaliknya." ucap Lauren ketus.
Aku mendengus dan kehabisan kata-kata. Aku tidak percaya perusahaan ini hampir bangkrut karena aku. Dimana letak kesalahanku? Aku berusaha untuk mengingat segala jejak yang kulakukan, tetapi aku tidak bisa menemukan kesalahanku. Bagaimana jika perusahaan ini benar-benar bangkrut karena kesalahan yang kuperbuat? Bahuku seperti terbebani beton dan dadaku sesak.
"Lalu.., apa yang bisa kuperbuat untuk memperbaikinya?" tanyaku.
"Lakukan pekerjaanmu dengan becus." ujar Lauren sinis.
"Jangan khawatir, El." Jaiden menyela tepat sebelum aku membantah Lauren. "Aku bisa memperbaiki ini, bahkan aku akan bertemu dengan Dewan dalam waktu 5 menit." Ia berdiri sambil melihat arloji lalu mengambil jasnya dari kursi. "Diskusikanlah masalah ini dengan Joline, Vanessa, dan Christian. Nanti kita bicara lagi."
>>>>>>
Kopi yang kuteguk terasa lebih pahit dari biasanya. Kepalaku pening dan aku tidak bisa berpikir jernih. Apa yang harus kulakukan sekarang? Dan mengapa sekarang? Mengapa perusahaan ini harus jatuh bangkrut di saat aku memiliki kesempatan untuk menjadi direktur?
Joline menggigit jempolnya sambil mondar-mandir di depan mejaku. Christian mencoba untuk menenangkan Vanessa yang terbungkam dan pucat dengan memenggam erat tangannya di sofa.
"Jadi sekarang kita ngapain?" Joline mengangkat tangannya di udara, tatapannya menegang. "Menunggu??" Ia bersedekap lalu kembali mondar-mandir.
"Sejujurnya, aku tidak tau. Kita sudah melakukan pekerjaan kita dengan baik dan aku tidak bisa menemukan dimana letak kesalahan kita." ujarku. "Kita pikirkan saja solusinya. Menurut kalian kita bisa merebut klien-klien itu lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Skyscraper Desire
RomanceMeraih kesuksesan dalam karir tidaklah sulit untuk diraih Ellie dalam usia mudanya. Segala yang dimiliki Ellie di dalam kehidupannya nyaris lengkap dan sempurna. Namun, ruangan Ellie yang berseberangan dengan atasannya membuat semuanya hancur berant...