XV

2.1K 358 78
                                    

Copyright : Moonlight-1222
Seperti biasanya, vote sebelum baca atau baca setelah vote. Jangan lupa, hehe.

.
.
.

"Jangan bicarakan ini pada siapapun dan keluarlah. Kita akan membahasnya lain waktu."

Setelah kalimat itu, Diana selebihnya tetap membiarkan adiknya tersesat dalam kebingungan---dan ketakutan.

Tindakan dingin itu bukan tanpa sebab karena Diana sangat memahami masalahnya dan Anastasia. Oleh karena itu saat ini Diana sudah berdiri di depan pintu kamar Stephen---setelah memastikan sang kakak tidak pergi tengah malam ini.

Ketukan yang kelima kali akhirnya membuahkan hasil. Terdengar langkah kaki yang dihentak keras dan menyusul wajah kesal Stephen di balik pintu.

"God." Raut kekesalan itu berganti keterkejutan saat melihat sosok Diana dengan wajah bersinar akibat cahaya lilin. Dia persis seperti hantu dengan gaun tidur putih dan rambut tergerai menyapu wajahnya. "Apa yang kau lakukan?" bisik Stephen kesal.

Diana tidak menimpali dan langsung menerobos masuk ke kamar Stephen.

"Ada apa ini, Dia?" Stephen bersungut-sungut sambil memandangi punggung mungil Diana setelah menutup pintu. Adik perempuan memang jauh lebih merepotkan dari teror pertanyaan kapan menikah beserta teori konspirasinya. Terutama bila adiknya seperti Diana.

"Stev, katakan." Diana berbalik dan suaranya serak. "Katakan lagi tentang peristiwa dimana aku melihat Papa bersimbah darah di atas tempat tidur." (bab XIII/13)

Stephen menegang. Kenapa mereka kembali lagi ke masalah yang sudah dibahas dan dinyatakan selesai?

"Katakan, Stev. Katakan lagi. Apa aku memang benar berhalusinasi saat itu? Apa benar kau tidak melihatnya? Kau berdiri di belakangku---dan bahkan yang menahan tubuhku saat jatuh pingsan. Mungkin saja memang benar kalau Papa pernah dirawat di rumah sakit tapi tidak memberitahu kita."

"Dia..." Biru Stephen menyendu. "Kenapa kau mengungkitnya lagi? Kita sudah membahasnya dan itu baru lima hari yang lalu. Kutegaskan sekali lagi, bila Papa memang terluka separah itu, Papa tidak akan bisa langsung pulih keesokan harinya. Selain akan tidak sadarkan diri, setidaknya butuh waktu berbulan-bulan untuk pulih, dan itu pun bila selamat."

Ia menyentuh bahu Diana. "Ada apa? Apa ini masih tentang Murphy dan sosok hitam itu? Berhenti memikirkannya karena itu hanya akan semakin melumpuhkan kewarasanmu."

Diana menatap kosong. "Aku masih tidak percaya kalau aku gila."

Stephen memeluk Diana. "Tenang saja, Dia. Seperti yang sudah kukatakan meski kejiwaanmu terganggu, itu tidak akan membuatmu berbeda. Aku akan selalu mendukungmu. Tetaplah ingat bahwa kau tidak sendirian, ada banyak tokoh terkenal yang kondisinya tidak berbeda denganmu dan mereka tetap terlihat normal. Selama kau menyimpannya baik-baik, tidak akan ada yang menyadarinya, seperti Zacry." (Bab XI/9)

"Tapi kegilaan Zacry tetap terungkap pada akhirnya. Begitupun dengan kasus lainnya. Ibarat bangkai yang memiliki bau, maka perilaku menyimpangku memiliki jejak."

"Dia, perlu kau ketahui bahwa tidak semua pembaca langsung menyadari kegilaan Zacry. Semua orang suka mengamati, tapi yang mengamati secara detil hanya ada segelintir saja. Bahkan sebagian besar pembaca tidak menyadari anagram dalam nama Zacry bila penulisnya tidak memberi penjelasan. Lihatlah, dia sudah memberi petunjuk bahkan sebelum membuka bukunya. Kenapa tidak banyak yang menyadarinya? Karena mereka terlalu fokus pada hal yang terlihat nyata. Jadi, bersikaplah seperti biasa, maka kau bisa terus menyembunyikan diri."

Diana Rosvell [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang