XII

2.3K 379 39
                                    

Copyright: Moonlight-1222

Notes : Vote dulu baru baca atau baca dulu baru vote. Jangan lupa, yah :)

Pembaca Diana Rosvell yang juga mengikuti Lucine di Hatfield Hall sudah update chapter 3 yah.
Di akun Moonlight-1222 :)

.
.
.

Raphael turun dari kereta dan masuk ke Witton House sambil menggendong Viviane. Tubuhnya yang sangat ringan membuatnya seperti membawa tulang. Ia melewati kekagetan para pelayannya dan terus menaiki tangga sampai suara ibunya menyapa punggungnya. Ia berhenti dan menunggu ibunya berada sejajar dengannya.

"Siapa--" Lady Wilford tidak melanjutkan kata-katanya saat menyadari fisik anak perempuan yang digendong puteranya.

"Dia puteriku dan Diana."

Sepasang mata Lady Wilford membola dan kemarahan merasukinya. "Apa maksudmu?"

"Namanya Viviane. Kami sudah memutuskan untuk mengadopsinya."

Ah! Lady Wilford tersenyum, kemarahannya mencair. Puteranya memang tidak mungkin bermain dibelakangnya seperti pengakuan Hugh (bab 6/VI b). Ia mengusap sedikit peluh di dahi Raphael menggunakan sapu tangan berendanya. "Mami senang hubungan kalian berjalan lancar. Setelah kalian menikah, kita akan kembali ke Axton Hall dan menikmati hari seperti biasanya."

Respon Raphael hanya anggukan singkat. Ia beralih pada bocah perempuan yang disebut puteranya sebagai Viviane itu dan mengusap dahinya yang menonjol keluar. "Berapa usianya? Dia sangat cantik."

"Sekitar tujuh tahun."

"Dimana kalian menemukannya?" Jarinya turun ke sudut mata Viviane yang seakan hendak keluar dari rongganya.

"Vitus House."

Lady Wilford tetap dengan senyumnya seraya kini mengusap pelipis tirus Viviane yang terdiam seperti boneka. "Apa Mami boleh menggendongnya?"

Raphael memberikan Viviane tanpa ragu.

"Apa dia sudah makan?" Dengan hati-hati sang marchioness meletakkan kepala Viviane yang tidak seimbang dengan tubuh ringkihnya ke bahunya.

"Mrs. Collins sudah melakukannya sebelum Raphael membawanya."

"Tidak keberatan bila Mami bermain dengannya?"

Raphael menatap ibunya sebelum akhirnya berlalu.

"Oh iya, Mami sudah menemukan beberapa botol catmu yang hilang. Ada di bawah tempat tidurmu." Ia tetap tersenyum. "Sepertinya kau tidak sengaja meletakkannya disana."

Raphael berhenti. Bukan tidak sengaja meletakkannya di sana, tapi memang ditendangnya setelah mengamuk dua hari lalu. Ibunya seharusnya tahu hal itu. Raphael menatapnya yang berbohong. Dia selalu melakukan hal itu untuk membuatnya tenang, padahal sikap berpura-pura seperti itu tidak pernah membuatnya baik-baik saja. "Raphael ingin istirahat," ujarnya pelan.

Lady Wilford mengangguk. "Iya, beristirahatlah. Mami akan membangunkanmu saat tiba waktunya kita berangkat ke Houston Hall."

"Pergilah tanpa Raphael." Kemarin ia sudah bertanya pada Diana apakah akan hadir di Houston Hall. Jawaban datarnya adalah tidak. Matanya beralih pada Viviane yang bersandar lemah di bahu ibunya. "Mami bisa kembalikan Viviane pada Raphael bila hendak pergi."

Kata-kata Raphael membuat sang lady terdiam. Ia menyadarinya-selalu menyadarinya, tapi hanya berpura tidak tahu. Raphael tidak akan bisa menutupi hubungan buruknya dengan Diana. Dua hari berturut-turut dia pulang dengan amarah. Ia berusaha tersenyum, berjinjit, dan meraih wajah sang putera untuk memberikan kecupan di dahinya. "Baiklah. Beristirahatlah."

Diana Rosvell [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang