Copyright : Moonlight-1222
Terima kasih untuk semua dukungannya. Terima kasih :)*maaf molornya lama #tundukdalam. Chapter yg panjang dan revisi berulang2 huhu. 3300an words, semoga kalian puas dengan ending buku satu ini :)
.
.
.“Ini untukmu.” Buket baby breath yang terus digenggam erat Diana selama proses pernikahan berpindah ke tangan Mary.
“Terima kasih, Dia.” Wajah Mary memancarkan sukacita, tidak menyadari sinar kekecewaan yang memancar dari biru Diana. “Semoga kau bahagia dengan pernikahanmu.”
Bibir Diana tertarik kaku sebelum memberi gadis itu pelukan. “Mary,” mulainya datar. “Orang yang berbohong seperti berjalan di bawah cahaya petir. Dia berpikir dustanya bisa menyelamatkannya, padahal itu jelas permainan yang berbahaya.”
Diana melepaskan pelukannya untuk menikmati kekagetan di wajah Mary---yang sudah pucat. Kali ini tarikan bibirnya melebar. “Maaf, Mary. Tapi kau sudah mengecewakanku. Selamat tinggal. Anggap saja bunga ini adalah cinta terakhirku untukmu.”
Diana berlalu. Meninggalkan Mary yang mulai meneteskan air mata. Dalam pandangan kabur, sosok Diana berjalan perlahan menuju suami dan orangtuanya. Lord dan Lady Louvain memeluk puteri dan menantu mereka untuk yang terakhir kalinya sebelum pintu kereta memisahkan mereka.
Sebelum benar-benar berlalu, Diana melempar lirikan pada Stephen yang berdiri kaku di belakang orangtua mereka. Kakaknya sudah seperti patung, tidak berbicara apalagi menatapnya. Entah itu rasa bersalah atau kebahagiaan, Diana tidak perduli lagi. Baginya sekarang Stephen hanyalah orang asing.
Sementara Logan..., pria itu tampak tenang. Dia bahkan tersenyum lebar di sisi Stephen. Ya. Diana sadar. Dia harus berhenti mendambakan pria itu.
Tapi...
Lihatlah. Semua orang yang hadir di pernikahan mereka terus melempar tatapan iri dan kagum pada Diana. Iya. Seakan melihat sang Lady Rosvell berada dalam dunia dongeng yang indah---karena semua kehidupan sempurnanya. Tapi mereka melupakan bahwa banyak dongeng yang memiliki kisah kelam.
Tentu saja milik Diana kini menjadi salah satunya, karena Pangeran tampan yang menyelamatkan puteri tidak pernah seorang iblis. Bahkan wajah yang terpantul di cermin tampak lebih baik dari aslinya. Bukankah yang terlihat di permukaan itu selalu menipu?
OOOOO
Kamar yang sama, tapi status Diana sudah berubah. Dari seorang puteri marquess menjadi marchioness. Raphael tidak membuang waktu lebih banyak lagi. Pernikahan terjadi tiga hari kemudian. Persiapan dilaksanakan seolah tanpa beban meski sederhana. Semua orang seakan memaklumi alasan pernikahan buru-buru ini.
Mereka tidak mempermasalahkan dua pernikahan dalam keluarga Rosvell yang masih dalam suasana berkabung. Sejauh yang didengar Diana dari para bibi dan undangan: "Tunangan Teressa, Sir Davinci, tidak memiliki banyak waktu di London. Sementara kedua mempelai, Diana dan Raphael sama-sama sakit. Tidak ada salahnya menikahkan mereka lebih cepat sebelum berakhir seperti Anastasia yang malang."
Tidak ubahnya seperti menonton calon mayat menikah, huh? Diana merasa sangat sakit mendengarnya.
Hal lain yang paling dibenci Diana adalah topeng Lady Wilford. Dia mencium kedua pipi Diana bersama senyuman cerah, seakan tidak lupa pada luka di leher Diana. Interaksi yang membuatnya sangat muak. Bahkan tangannya ingin mendorong mertuanya itu. Lalu membeberkan semua rahasia keluarga Lemington pada semua tamu undangan.
“Kau sangat cantik.” Raphael akhirnya berhasil melemparkan pujian pada Diana.
Diana hanya merespon dengan sebuah anggukan kecil. Ia hampir melupakan kalau pria itu duduk di sampingnya. Biasanya pujian suami sangat bernilai di mata sang isteri. Tapi bagi Diana, tidak berbeda seperti cibiran para bibinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diana Rosvell [END]
Historical Fiction[Historical Fiction - Mystery] There is hidden secret in her fairytale. Diana Rosvell merupakan segelintir dari kaum bangsawan yang tidak menyukai kehidupan dunianya karena hatinya yang sudah terpikat dalam kesederhanaan. Berbeda dengan Teressa dan...