Copyright : Moonlight-1222
.
.
.Note : Alur tidak tetap. Harap pelan-pelan membaca agar tidak kebingungan. Mungkin beberapa readers ada yang bertanya-tanya, ini cerita kok sepertinya alot bener, apalagi Diana-nya kok gigih banget buat nolak Raphael. Hehe, semuanya memiliki alasannya dan perlahan diungkapkan yah.
.
Diana merasa seluruh kekuatannya menghilang, tungkainya melemah dan dadanya menjadi sesak. Apa? Viviane Lemington? Wilford ingin mengadopsi Viviane—bersamanya? Jadi, Wilford masih ingin menikah dengannya? Bukankah Wilford sudah memilih Adelicia. Apa yang terjadi? Apa yang salah? Apa yang sudah dilewatkannya?
“Apa maksudmu, My Lord?” Diana berusaha agar suaranya tidak meninggi. “Kita sudah memiliki kesepakatan.”
“Bukankah kesepakatan itu hanya akan berlaku bila aku tertarik dengan gadis pilihanmu?”
Oh! Serangan pusing menghantam Diana. Tubuhnya bergetar dan semakin lemas. “Ka-kau—” suaranya tercekat. Wilford menatapnya dengan sepasang mata yang beku. Diana mengalihkan birunya pada kerah kemeja pria itu, sejujurnya merasa sangat terganggu dengan tatapan mati itu. “A-apa kau sadar atas perkataanmu?” Napasnya mulai tidak teratur. “Kau tidak bisa melakukan ini, My Lord. Kau tidak bisa.” Kepalanya berulang kali menggeleng pelan.
Raphael berdiri dan berjongkok di hadapan Diana yang menegang, meraih kedua tangan gadis itu yang terkepal, menyatukannya dan mengurungnya erat dalam kepalan sepasang telapak tangannya yang besar, tak perduli terhadap usaha gadis itu yang berusaha merebut tangannya. “Tetap seperti ini dan tenanglah. Akan berakhir buruk bila aku menarik tanganmu.”
Diana berdecak. “Dari awal kau memang tidak pernah menganggap eksistensi kesepakatan kita.” Ia menatap benci pada kebebasan tangannya.
Otot-otot Raphael menjadi tegang. “Gadis itu tidak membuatku memiliki keinginan untuk memilikinya, Diana.” Suaranya terdengar berat, ada kemarahan disana. “Aku tidak bisa menukarnya denganmu.”
Kata-kata itu seharusnya terdengar sangat manis, tapi dengan ekspresi tanpa riaknya, semua itu lebih terdengar bagai celoteh orang gila di telinga Diana.
“Kau tidak boleh melakukan ini padaku. Kau tidak bisa. Bila karena kau tidak menginginkan Adelicia, aku bisa mencari gadis lain. Kita masih bisa mencari yang lain. Kau pasti bisa menemukan satu.”
Genggaman Raphael mengerat. “Aku sudah menemukan satu, Diana. Kau tidak perlu melakukannya lagi.” Tatapannya kian mendingin. Ia tidak akan membuat celah lagi untuk Diana melarikan diri. “Beri aku kesempatan. Kita bisa memulainya dengan saling mengenal diri.”
Dalam ketidakpercayaan, kepahitan itu semakin memupuk benci. “Apa kau masih belum mengerti situasiku!” serunya dan kembali berusaha melepaskan tangannya yang terasa nyeri. “Aku menginginkan pria lain. Aku bukan gadis yang bisa dengan bebas menikah dengan pria lain padahal hatinya masih mendambakan orang lain. Aku tidak ingin menjadi istri yang berdosa meski itu hanya dengan memikirkan pria lain.” Jeda sesaat, dan nadanya melembut. “Aku sungguh merasa sangat terhormat dengan lamaranmu, My Lord. Tapi sungguh, pernikahan ini hanya akan membuat kita tersiksa.”
“Apa tidak pernah terpikirkan olehmu bahwa hal yang kau rasakan itu tidak jauh berbeda denganku bila aku menikahi gadis lain?” Raphael menunduk, menatap genggamannya mengencang.
Diana memejam pilu, Wilford memang tidak pernah memikirkan perasaannya. Dari awal pria itu hanya mengutamakan dirinya saja. Ia menatap puncak kepala pria itu dengan kilatan kebencian dan amarah yang sudah tak terbendung lagi dalam kaca air matanya. “Bagaimanapun juga kau tetap tidak bisa memaksakan kehendakmu. Itu adalah tindakan pecundang. Pernikahan terjadi bila kedua pihak yang akan menikah sudah saling menyetujui. Tapi kau tidak melakukannya. Kau melewatkan prosedur awalnya. Kau melewatkan perasaanku. Alih-alih bertanya atas kesediaanku terlebih dahulu, kau langsung memaksaku untuk menerimamu di hadapan semua orang. Kau sungguh pria tidak tahu malu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Diana Rosvell [END]
Historical Fiction[Historical Fiction - Mystery] There is hidden secret in her fairytale. Diana Rosvell merupakan segelintir dari kaum bangsawan yang tidak menyukai kehidupan dunianya karena hatinya yang sudah terpikat dalam kesederhanaan. Berbeda dengan Teressa dan...