Copyright: Moonlight-1222
Sesuai janji, ini bagian duanya. Selamat membaca.
Dukungannya selalu ditunggu biar Moon semakin semangat update. makasih :)
.
.
.Diana berlari. Berlari demi kebebasannya. Berlari demi udara segar di luar sana. Berlari menapaki lantai-lantai marmer yang sebeku es dan menuju balkon yang terbuka pintunya, dan terus berlari menyusuri teras sebelum akhirnya melompati barisan catur-catur yang berwarna gading. Ia pasrah dan membiarkan bumi menariknya.
Tapi sayangnya Diana masih belum menyadari kalau dirinya adalah mangsa seekor laba-laba. Ia dibutakan oleh kegelapan yang sudah menyembunyikan mereka...
"No!" Jeritan putus asa Diana menggema saat sekujur kulitnya bergesekan dengan sesuatu.
...yang terbentang di udara, menunggu untuk memerangkapnya.
Jalinan tali itu langsung bereaksi dengan bobot tubuhnya, terlepas dari poros masing-masing dan membentuk telur. Ia kini tidak ubahnya seperti ikan yang tertangkap jala. Wilford menjebaknya. Pria itu sengaja membiarkannya kabur hanya untuk mematahkan semangatnya; hanya untuk memberitahunya kalau tidak ada jalan kabur. Ia berontak dalam kepompongnya. "HELP!" jeritnya pada kesunyian malam dan padang luas yang berkabut. "HELP! HELP! ANYBODY! HELP ME!" Jeritannya bersatu dengan air mata. "Please! Save me!"
"Tidak akan ada yang menolong meski kau terus berteriak sampai suaramu habis." Diana merasa harapannya runtuh saat Wilford bertindak seperti nelayan yang sedang mengangkut jala berisi ikan. "Kau berada di Axton Hall. Kediaman keluarga Lemington yang jauh dari pemukiman. Apa kau mengharapkan para pekerja estate akan mendengarmu dan menolongmu? Alas, aku sudah memberikan mereka semua libur selama sepuluh hari. Maaf karena sudah mengecewakanmu, Diana."
Diana menjadi semakin putus asa. Ia masih memiliki kaki, tapi seperti sudah cacat. Wilford menggendongnya santai ke tempat tidur karena ia hanya bisa berontak seperti gadis kecil akibat jaring yang membatasi ruang geraknya.
Sementara di balik pintu utama ada Lady Wilford yang memperhatikan semuanya dengan emosi memuncak. Terlalu beresiko. Diana ternyata sangat sulit dikendalikan. Dia gadis nekat yang tidak takut dengan apapun. Tangannya mengepal. Sepertinya saat ini mempertaruhkan keselamatan Viviane adalah pilihan terakhir.
"Bawa gadis kecil itu kemari," ujarnya pada seorang gadis di antara keremangan. Setelah menerima persetujuan, sang lady kembali mengintip.
Setelah Wilford melepaskan Diana dari jala, ia mencuri kesempatan dengan meraih lilin di nakas dan menghantamkannya ke kepala Wilford. Pria itu terhuyung ke belakang dan Diana melompat turun dari tempat tidur hanya untuk menghantam lantai karena kakinya terbelit jaring. Sial, makinya kesakitan.
Lady Wilford yang melihat semuanya tersentak kaget. Ekspresinya menjadi semakin kelam dan mendorong pintu dengan kereta dorongnya. "How dare you." Sepasang abunya---kini berwarna hitam akibat gelap---melotot. "Aku bahkan tidak pernah memukul puteraku. How dare you!"
"Mami." Raphael menahan tangan ibunya yang hendak memukul Diana---yang sedang berusaha bangun. "Raphael baik-baik saja. Ini...," Ia mengusap dahi kanannya yang mengalirkan cairan pekat. "hanya luka kecil," ujarnya datar. Ia lalu berjongkok untuk membantu Diana, tapi gadis itu menepis dan berdiri dengan kekuatannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diana Rosvell [END]
Fiksi Sejarah[Historical Fiction - Mystery] There is hidden secret in her fairytale. Diana Rosvell merupakan segelintir dari kaum bangsawan yang tidak menyukai kehidupan dunianya karena hatinya yang sudah terpikat dalam kesederhanaan. Berbeda dengan Teressa dan...