VII a

3.3K 413 4
                                    

Author : Moonlight-1222

Notes : Karena beberapa hal, chapter VI Moon hapus (yang berisi alur maju) jadi ceritanya tetap berjalan tanpa terpotong oleh alur maju. Maaf atas kebingungannya.

Untuk chapter ini harap pelan-pelan membaca agar tidak kebingungan.

ooOoo

Adu argumen itu berakhir. Lady Louvain—tanpa mengurangi kekuatannya—membanting pintu kamar Diana dan membiarkannya sendirian. Sang marchioness memang sudah jengkel setelah membaca balasan pesan yang dikirimkannya pada Lady Wilford kemarin, jadi saat Diana tetap bersikeras untuk tidak hadir di Safford House, dia sudah tidak bisa lagi membendung amarah dan kekecewaannya.

Raphael sudah menepati janjinya—kesepakatan mereka.

Diana menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Sejujurnya merasa sangat lega sudah menyuarakan isi hatinya. Mulai malam ini ia akan mengakhiri peran wallflower dan sosok perawan tua berhati bekunya. Ia tidak akan pernah lagi menghadiri setiap pesta dansa—dan semua acara kelas atas lainnya. Alasannya masih tetap rutin menghadiri semuanya hanyalah demi Lady Louvain.

Ya, hanya untuk menyenangkan hati ibunya semata.

Tapi sekarang sudah tidak lagi. Ia mengetahui bahwa reputasinya yang sudah terlampau buruk tidak akan pernah membuat para nyonya rumah mengabsenkan namanya. Tentu saja. Ia mendapatkan perlakuan istimewa karena keluarganya. Nama Rosvell yang tersemat di belakang namanya sudah mengubur semua tingkah laku tidak sopannya.

Akan selalu ada toleransi bagi puteri dari seorang pria—marquess—kaya raya.

Yah, awalnya Diana memang berpikir seperti itu, tapi mulai saat ini akan berhenti dengan semua pemikiran naifnya.

Karena ibunya yang merupakan salah satu tamu istimewa dalam daftar undangan ternyata sudah membuatkan sebuah alibi untuknya—selama ini.

"Kau harus membujuk Diana untuk menikah dengan Wilford."

"Anne, Diana dan Wilford berbeda dengan Teressa dan Davinci. Diana sama sekali tidak menginginkan Wilford. Kau sangat memahami bahwa aku tidak akan memaksakan pernikahan pada anak-anakku."

"Mereka juga anak-anakku, Louvain."

"Anak-anak kita." Lord Louvain membenarkan kata-katanya agar emosi istrinya tidak semakin tersulut.

"Suamiku, apa kau tidak tahu betapa frustasinya aku saat ibu dari para pria itu sudah benar-benar melupakan Diana? Mereka sudah hilang ketertarikan padanya. Bahkan Elizabeth saja memilih Teressa untuk Wilford. Siapa yang menyangka bila hatinya malah berlabuh pada Diana. Astaga, Louvain, dengarkan saat aku berbicara." Lady Louvain merebut beberapa dokumen di tangan suaminya.

"Jangan membuat ini sulit, Anne." Lord Louvain memijat pangkal hidungnya. "Diana pasti menikah. Masih ada beberapa marquess dan bangsawan lajang lainnya. Bagaimanapun juga dia adalah putriku."

Lady Louvain geram, tinjunya mengepal erat. "Suamiku, seorang wallflower hampir sebagian besar berakhir menjadi perawan tua, dan seorang perawan tua sangat sulit mendapatkan perhatian. Apa yang kau harapkan dari lamaran para pesolek—yang berlebihan—itu? Diana kita yang tercinta hanya akan berakhir menjadi pajangan menyedihkan sementara pria-pria boros dan pemalas itu akan menghambur-hamburkan hartanya—dan juga milik Diana—untuk meja judi dan gaya flamboyan mereka."

Tangannya mengibas kesal. "Aku tidak akan pernah membiarkan Diana terjebak dengan salah satu dari mereka. Lebih baik Diana tidak menikah dan melanjutkan aktifitas sosialnya saja," tandasnya.

Diana Rosvell [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang