"i only wanna
disappear
far from here
away from everyone."| Three Days Grace |
...
"Oni, kan?"
Sepasang mata Oni langsung membulat sempurna mendapati tiga cewek itu kini tengah berdiri di depannya. "Gue nggak salah, lo Oni, kan?" tanyanya lagi.
Lalu beberapa detik dari itu, tawanya menyembur. "Rambut lo yang dulu ke mana?" Sambil menarik rambut Oni.
Oni masih mati kutu di tempat duduknya, antara takut dan malu. Dia bahkan tak dapat menggerakkan tubuhnya barang sedikit pun.
"Emangnya dia siapa, Del?" tanya temannya Adel—cewek yang baru saja menegur Oni.
"Teman—eh, ralat, mantan teman sepupu gue," jawabnya sambil mendelik secara disengaja.
Oni menelan ludah. Dia pindah sekolah untuk menghindari masalah, tapi sekarang dia malah melihat masalah besar di depan sana sudah menanti dengan senang hati.
Seolah baru tahu, kedua teman Adel seketika membungkam mulutnya, terkejut.
Oni tak bisa lagi berlama-lama di sana. Dia bangkit dari bangku taman di belakang sekolah tersebut, meski agaknya sulit sekali menggerakkan anggota tubuh untuk beranjak. "Aku permisi," katanya berusaha tetap sopan.
Bukannya Oni tidak mengingat Adel, dia bahkan masih hafal bentuk wajah gadis berambut hitam kemerahan itu. Ketika dirinya menginap di rumah Flora—teman dekatnya di sekolah lama sekaligus sepupu Adel—pernah dua kali mereka bertemu, dan sempat berkenalan. Tapi sungguh, Oni tak tahu kalau ternyata Adel sekolah di SMA Gemilang. Dia hanya tahu bahwa Adel seangkatan dengannya dan Flora.
Dari cara bicara gadis itu, Oni bisa menduga bahwa Adel sudah mendengar apa yang terjadi pada dirinya di sekolah lama, dan dari siapa lagi kalau bukan Flora? Jadi, dia memutuskan untuk pergi, tak ingin menyambung masa lalu dengan cewek itu.
Namun, belum satu langkah, Adel menghalangi Oni dengan tubuhnya. "Lo masih ingat gue, kan?" Dia tersenyum sinis. "Pecun."
Kepala Oni langsung terangkat, kedua tangannya tampak mengepal di samping tubuhnya, menahan amarah, dan hal tersebut tidak lepas dari perhatian teman Adel yang berambut sebahu—Alice.
"Dia mau mukul lo kayaknya, Del," ucapnya dengan nada meremehkan.
"Eh, iya tuh ... uh, takut." Vela bergidik, pura-pura gentar.
Adel menatap penuh cemooh kepada Oni. "Lo marah? Pukul aja nih! Gue nggak takut!" serunya sembari menunjuk wajahnya sendiri.
Oni ingin sekali melampiaskan kedongkolan hatinya itu, tapi dia tak mungkin bisa melakukannya. Alhasil dia berusaha untuk sabar. "Aku mau ke kelas, Del."
Adel menyeringai, dia maju, membuat gadis itu otomatis mundur. Lalu tanpa aba-aba tangannya menjambak rambut Oni yang pendek. "Lo pikir lo bisa kabur dari gue?"
"Adel! Lepasin! Sakit," ringisnya sambil menarik-narik tangan Adel yang tak mau lepas dari rambutnya.
"Lo udah nyakitin sepupu gue dan keluarganya! Kalo Flora bisa diam, jangan harap gue bisa bikin hidup lo nyaman!" ancamnya.
Oni masih meringis-ringis saat seseorang memukul tangan Adel dengan keras, menyebabkan jambakannya terlepas dan menyisakan beberapa helai rambut yang rontok.
"Berhenti, Del! Lo mau di-skors lagi karena udah bully murid baru?"
"Wow!" seru Adel, melihat seorang superhero yang baru datang begitu serius di hadapannya. "Dalam rangka apa lo ikut campur urusan gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete | 1 ✓
JugendliteraturCompleted✓ . Tentang sepasang remaja yang berusaha mengejar impian dalam kungkungan moral dan tekanan. Sepasang hati yang saling mengobati luka. Sepasang jiwa yang saling merindu dalam lara. Serta sepasang anak manusia yang dipertemukan dan dipisahk...