13 | Illusion never changed

1.6K 198 3
                                    

"the life may
leave my lungs,
but my heart will
stay with you."

| Bring Me The Horizon |
...

Baru sekarang Oni berkumpul bareng anak-anak cowok, dan itu tidak seburuk yang dia bayangkan. Kalau bukan karena waktu yang mendesaknya, dia mungkin akan tetap di sana, mendengarkan Leon dan teman-temannya bernyanyi. Bahkan mereka tak canggung-canggung meminta pendapat Oni mengenai kedua lagu mereka. Senda gurau mengisi kebersamaan, seolah-olah mereka tak pernah punya beban dalam hidup.

"Gue baru lihat lo ngakak sampai segitunya tadi."

Kini Leon tengah mengantar Oni pulang.

"Habisnya Jale itu lucu." Oni masih membayangkan jokes yang dilemparkan oleh cowok itu.

"Awas lho entar suka."

"Emangnya kenapa kalo suka?"

"Nggak boleh. Lo cuma boleh suka sama gue."

"Tahap suka dan cinta itu 'kan beda."

"Jadi maksud lo, lo udah nyampe di tahap cinta sama gue?"

Skak mat! Oni langsung bungkam, dia menunduk sembari merutuki dirinya dalam hati.

Kenapa sih harus bawa-bawa cinta segala? Batinnya. Wajahnya kembali memanas saat ekor matanya tak sengaja melirik spion, melihat Leon yang tengah mesem-mesem.

"Maksud aku bukan gitu," tutur Oni akhirnya tak ingin membuat cowok itu salah paham.

"Trus gimana?"

"Kalo aku suka sama Jale, bukan berarti aku cinta sama dia."

"Iya, iya lo 'kan cintanya sama gue."

"Nggak ada kaitannya sama kamu. Kan aku lagi ngomongin Jale."

"Ngeles mulu bisanya." Leon agak gemas. Kalau tidak sedang berkendara, sudah pasti dia akan mencubit pipi Oni. Tapi sepertinya tidak, dia harus berpikir dua kali untuk melakukannya. Karena meskipun Oni sudah terbiasa dekat dengannya, dan terbiasa menyentuh lengannya, dia masih sering menghindar secara tak sengaja.

"Aku nggak ngeles."

Leon mengernyih sementara Oni memilih mengunci rapat bibirnya agar tak salah bicara lagi. Sisa perjalanan itu hanya diisi oleh keheningan di antara mereka. Leon menarik sebelah tangan Oni di pinggangnya, membuat cewek itu kontan mundur, sementara Leon mengerjap kaget, hampir tak bisa menjaga keseimbangan motornya. Alhasil dia mendapat bunyi klakson dan seruan dari mobil yang baru saja diselipnya.

"Astaga!" teriak Oni. "Kamu hati-hati dong!"

"Iya, iya, maaf. Aku cuma ...." Leon terdiam, menghentikan perkataannya. Entah kenapa kali ini dia mendadak kehilangan kata.

"Cuma apa?"

"Nggak." Kemudian pikirannya kembali berputar pada kejadian barusan, dia hampir menjatuhkan sepeda motornya hanya karena menarik tangan cewek yang diboncengnya. Itu konyol. "Lo bikin gue kaget tadi."

"Kamu duluan yang buat aku kaget."

Leon tertawa, begitu pun Oni yang juga merasa konyol, apalagi ketika dia mendengar seseorang di mobil tadi memaki-maki.

Tawa mereka reda setelah beberapa menit lamanya. Tak ada pembicaraan lagi, keduanya menjadi canggung. Sampai kemudian Oni melingkarkan lengannya di pinggang Leon agar bisa memasukan tangannya ke saku jaket cowok itu.

Leon merasakannya ... jantungnya di dalam sana, melompat-lompat kegirangan.

***

Jam malam Oni hanya sampai pukul 8, selebihnya dia tak boleh keluar rumah. Itu aturan yang dibuat oleh dirinya sendiri sebagai antisipasi untuk menghindari kejahatan di luar sana, dan sangat amat disetujui oleh Dara. Tetapi sekarang, dia baru sampai ke rumah pada pukul setengah sepuluh malam karena terlalu asyik bercengkrama dengan teman-teman barunya, membahas hal-hal yang sebelumnya tak pernah ada dalam benaknya.

Incomplete | 1 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang