"what i've felt
what i've known
never shined through in
what i've shown."| Metallica |
...
Leon membuka helmnya, berjalan dengan kunci motor yang diputar-putar di jari telunjuknya sembari bersiul-siul. Bahkan sempat-sempatnya dia menyanyikan beberapa bait dari lirik-lirik lagu berbeda yang digabungkan. Ketika matanya menangkap Pak Jaja yang tengah memandangnya, Leon tersenyum lebar dan melambai seraya setengah berteriak, "Sore, Pak. Baru balik latihan nih." Tanpa memperhatikan ekspresi cemas di raut wajah pria itu.
"Den!" panggil Pak Jaja.
Leon menoleh ke belakang, menatap penjaga kebun sekaligus sopir pribadi di rumah itu. "Yo, Pak? Mau ikut nge-band lagi?" Dia terkekeh mengingat Pak Jaja seringkali ikut-ikutan gabung dengan band-nya ketika mereka latihan di rumah di hari Sabtu, karena Rental tutup.
"Bukan, Den," kata Pak Jaja.
"Anu ...."
Leon menghentikan langkahnya, bingung. "Apaan sih, Pak?"
Pak Jaja buru-buru menghampirinya. "Kemarin ada dua orang bapak-bapak kemari, mereka nanyain rumah ini. Saya belum sempat bilang sama Aden dan Non."
"Nanyain rumah ini?" Kening Leon mengerut.
"Katanya—"
Kalimat Pak Jaja terhenti otomatis ketika suara bariton di belakangnya memanggil. "Leon!"
Leon langsung berdecak, dia menatap Pak Jaja dengan kesal. "Kenapa Pak Jaja gak bilang ada Papa di rumah?"
Sebelum sopir pribadinya itu menjawab, Leon sudah berbalik dan berjalan ke arah motornya untuk segera pergi. Tetapi kalimat Heru selanjutnya membuat dia urung melakukannya.
"Jangan coba-coba menghindari Papa lagi, Leon. Mamamu ada di dalam."
Tak punya pilihan lain, akhirnya Leon menyerah dan memutuskan untuk masuk ke rumah. Dia melewati Heru sambil memalingkan wajah, menghindari bersitatap, sementara Heru tampak menggertakkan giginya menahan kesal, merasa tidak dihormati.
"Kami harus bicara denganmu!"
Pandangan Leon kini terarah kepada mamanya yang tengah duduk di sofa, rupanya wanita itu sudah pulang dari dinas di luar kota.
Lian tampak duduk di depannya.
"Ah, Leon ... Mama kangen banget." Monica beranjak, memeluk putranya itu. "Mama udah bawain kalian oleh-oleh. Sore ini Mama mau berangkat lagi."
Monica memang berbeda dengan Heru. Wanita itu bersikap lebih lembut kepada Leon dan Lian. Beliau bahkan tak pernah melarang apa yang disukai oleh anak-anaknya. Itulah yang membuat Leon dan Lian tetap tinggal di rumah mamanya, tak mengikuti Heru saat beliau memutuskan untuk meninggalkan anak dan istrinya. Wanita itu baik, terus terang Leon sempat mengangguminya saat sekali melihatnya tengah berusaha menyelamatkan nyawa pasien. Namun, sikapnya yang memprioritaskan pekerjaan dibanding keluarga membuat Leon agak kecewa.
"Ada apa?"
Heru berdeham, dia memilih duduk di tempat yang berbeda dengan mamanya, sambil mengangkat kaki kanannya dan menumpunya di kaki kiri.
"Duduk Leon, kami harus bicara serius dengan kalian."
Leon mengambil tempat duduk di sofa yang sama dengan Lian.
"Kalian tahu sendiri hubungan Papa dengan Mama sudah lama mati—"
"Mati?" tanya Lian memotong ucapan Heru. "Apa maksud Papa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete | 1 ✓
Teen FictionCompleted✓ . Tentang sepasang remaja yang berusaha mengejar impian dalam kungkungan moral dan tekanan. Sepasang hati yang saling mengobati luka. Sepasang jiwa yang saling merindu dalam lara. Serta sepasang anak manusia yang dipertemukan dan dipisahk...