"Selamat pagi, anak-anak!" sapa Bu Wati. Wanita yang memakai kacamata frameless itu menepuk tangannya berkali-kali, mencoba meredakan keriuhan di dalam kelas X A, yang tak lain dan tak bukan adalah kelas Prilly dan Alya.
"Pagi, Bu.." sapa mereka.
Siswa-siswi di kelas itu nampak mengarahkan perhatian mereka pada sosok asing yang bersembunyi di balik tubuh Wali Kelas mereka.
Beberapa berbisik, beberapa menggodai nya nakal.
"Eh cantik. Nama lo siapa?"
"Dasar Bobi ganjen mulu lo!"
Lelaki yang disapa Bobi itu hanya mengangkat bahu nya acuh.
Prilly yang berdiri mengekori Bu Wati hanya bisa menundukkan kepalanya.
Ia belum terbiasa dengan suasana kelas yang ramai seperti ini.
Dulu, di Palangkaraya, tiga bulan Prilly habiskan untuk berada di kelas unggulan bersama siswa-siswi yang bisa dibilang irit bicara. Mungkin itu pula yang membentuk Prilly menjadi gadis yang pendiam. Pikirannya hanya mengarah pada tugas-tugas dan PR saja. Tak ada waktu untuk mengurus yang lain, apalagi pacar. Seusai sekolah, tentu saja langsung pulang. Tak seperti Alya yang kemarin bercerita pada Prilly bahwa ia dan teman-temannya sering pergi ke mall sepulang sekolah.
"Jadi begini anak-anak, sebelum kalian memulai pelajaran Matematika bersama Pak Karmin--"
Terdengar dengusan dan helaan nafas kasar dari para siswa yang memang mayoritas nya adalah kaum pembenci pelajaran berhitung itu. Ditambah lagi, Pak Karmin, guru yang mengampu pelajaran itu adalah guru yang terbilang berumur, sehingga kurang mampu membawakan pelajaran. Pelajaran Matematika selama tiga jam hanya akan membuat para siswa mengantuk atau sibuk memikirkan makanan apa yang hendak mereka beli ketika istirahat tiba nanti.
Bu Wati hanya tersenyum melihat respon murid-murid nya.
"Mohon perhatikan sebentar ya, anak-anak.."
Setelah semuanya kondusif, wanita itu melanjutkan kata-kata nya.
"Nah, di belakang Ibu saat ini, ada temen baru kalian, yang cantik ini. Silakan Prilly memperkenalkan diri.."
"Oh jadi namanya Prilly..." sahut lelaki bernama Bobby itu lagi. Prilly sudah mampu menilai bahwa Bobby pasti adalah penyebab utama keributan yang sering terjadi di kelas X A ini.
"Ayo, Nak.." Bu Wati memegang lengan Prilly, mempersilakannya untuk menghadap teman-teman nya.
Prilly pun memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya. Hal yang ia lakukan pertama kali adalah mencari keberadaan Alya.
Ketemu!
Alya berada di barisan nomor tiga dari depan, menatap tepat di mata Prilly dan memberi kode agar nanti Prilly duduk di sebelahnya yang memang masih kosong. Prilly membalasnya dengan senyuman.
"Selamat pagi, Bu Wati dan teman-teman semuanya. Perkenalkan nama saya Prillyka Maury, biasa dipanggil Prilly. Saya pindahan dari Palangkaraya.." terang Prilly diakhiri senyuman. Ia memandang teman-teman baru nya. Ada yang ribut sendiri di bagian belakang, seakan tak peduli dengan Prilly. Bobby, yang sedaru tadi menggoda Prilly, tak henti-henti nya menatap Prilly sambil tersenyum, membuat gadis itu tak nyaman. Beberapa teman perempuan tampak menatap Prilly dengan tatapan bersahabat, membuat Prilly melemparkan senyum tulusnya pada mereka. Meski begitu, ada dua tiga orang perempuan yang sibuk berbisik-bisik sembari mengamati Prilly, seakan mereka sedang membicarakan penampilan Prilly. Namun Prilly berusaha tak mempedulikannya.
Benar-benar berbeda dengan SMA nya di Palangkaraya dulu. Apalagi beberapa siswa di kelasnya ini tampak merias wajah mereka sedikit berlebihan, tak sesuai dengan siswa SMA pada umumnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/168051137-288-k120015.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unrighteous
Fanfic"Prilly itu punya Abang." #2 - aliprilly (10/10/2019) #1 - ggs (05/11/2021) #94 - fanfiction (26/11/2018) #4 - aliandoprilly (17/10/2019) #3 - aliando (16/08/19) #37 - prilly (14/08/19)