VI

6.4K 753 40
                                    

Prilly menatap bingkisan di depannya. Sebuah kotak kecil berwarna merah muda dan diberi pita senada. Di dalamnya berisi permen coklat berbentuk hati, beraneka warna dan rasa.

Tekad Prilly sudah bulat.

Ia akan meminta maaf pada Alya, walau gadis itupun tak tahu pasti; apa kesalahannya tapi insting seorang manusia tak pernah salah. Ia sadar bahwa perlahan, Alya menjauhi dirinya. Terbukti hari ini, apalagi tadi sepulang sekolah, Alya langsung berlari keluar kelas dan menghilang. Prilly pun tak tahu Alya pulang dengan siapa atau naik apa.

Berbicara soal pulang sekolah, Prilly jadi teringat Nathan.

"Baru pulang, Prill?"

Prilly menoleh kaget ketika sosok Nathan berlari kecil ke arahnya. Rupanya, hari ini siswa kelas sepuluh dan dua belas pulang di jam yang sama.

Prilly mengangguk ketika Nathan sudah mensejajarkan langkah.

"Iya, Bang."

"Sama Alya?"

"Enggak. Prilly naik bus.."

"Sama Abang aja yuk."

"Nggak mau, Bang. Kemarin kan Prilly udah sama Bang Nathan."

"Elah, Prill. Santai aja kaliii. Nggak papa kok. Mau ya?" Nathan sedikit memaksa, bahkan ketika mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah.

Prilly menggeleng tegas.

"Prilly naik bus aja."

Nathan tampak berpikir sebentar.

"Yaudah Abang ikut kamu deh."

"Ikut? Maksudnya?"

Nathan tersenyum.

"Iyaa. Ikut kamu naik bus."

"Ha? Abang kan bawa mobil."

"Gampang. Ntar bisa diambil supir."

"Aneh."

Nathan tersenyum lagi. Sepertinya ia tak pernah bisa menahan senyum jika berdekatan dengan Prilly. Sebagai wanita normal Prilly juga sadar, Nathan cukup tampan dan senyumnya manis.

Pasti banyak perempuan yang suka padanya, pikir Prilly.

"Udah, yuk!"

Nathan menarik tangan Prilly dan mengajaknya berlari menuju halte tanpa bisa dicegah Prilly.

Untung saja hari ini Hari Minggu. Prilly bisa dengan mudah bertamu di rumah Alya tanpa takut bahwa Alya akan pergi karena menurut Veni, Alya jarang bepergian ketika hari Minggu. Biasanya gadis itu keluyuran Hari Sabtu dan Minggu nya ia gunakan untuk bermalas-malas an.

Prilly membawa bingkisan berisi coklat tersebut kemudian menatap pantulan wajahnya di cermin. Ia menyisir rambutnya yang basah karena gadis itu baru saja mandi.

Seperti gadis pada umumnya, jika Hari Minggu tiba, Prilly akan menjadi sedikit pemalas. Buktinya seperti pagi ini, Prilly baru mandi pagi pukul sepuluh. Tak apa, namanya juga remaja, bukan?

Prilly pun berjalan keluar kamar dan bertemu Ella yang tampak menata meja makan.

"Hmm, rendang! Enaaakkk!" seru Prilly ketika ia menghirup harum masakan Mama nya. Cacing-cacing di perutnya tiba-tiba berteriak.

"Sarapan, yuk.." ajak Ella.

"Nanti aja, Ma. Prilly mau kerumah Alya dulu."

"Ehh, kok gitu. Nggak malu apa kamu kalo bertamu ke rumah orang eh tiba-tiba perut kamu bunyi?"

UnrighteousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang