XIV

5.2K 729 86
                                    

Lelaki itu sedang duduk di balkon kamarnya ketika sebuah pesan tiba-tiba diterima ponselnya. Bibir lelaki itu menghembuskan kepulan asap nikotin yang berasal dari rokoknya.

Setelah membaca pesan tersebut, senyuman terukir di wajahnya. Matanya nyalang di tengah gelapnya malam dan cahaya remang-remang yang berasal dari lampu balkonnya.

Ia kemudian menyandarkan tubuhnya pada tembok masih dengan tersenyum, seakan merasa puas akan sesuatu.

Akhirnya, saat-saat yang ia tunggu tiba juga.

***

"Dor!"

Prilly yang sedang mengeluarkan buku dan juga alat tulisnya terkejut ketika Alya datang tiba-tiba. Seperti biasa, Alya selalu datang mepet, terkadang gadis itu telat. Jika hal itu terjadi, pasti karena Alya membawa motor sendiri, bukan dengan Ali. Jika bersama Ali, Alya tak pernah terlambat.

"Aduh, ngagetin aja kamu Al!"

"Hehehe.." Alya meletakkan tasnya di samping kursi, melepaskan jaket biru yang ia kenakan, kemudian berangsur duduk di samping Prilly.

"Sorry ya Prill tentang kemarin. Gue lupa beneran kalo kita ada janji. Jadi kemarin pas diajakin pergi sama nyokap ya gue iya-iya in aja. Sorry banget ya.." sesal Alya.

Prilly tersenyum. "Nggak papa, Al. Itu salahku juga kenapa aku nggak ngingetin kamu lagi siangnya."

Itulah Prilly. Siapapun yang bersalah pada dirinya, ia tetap selalu berusaha untuk introspeksi diri.

"Tapi kemarin lo udah dianter Abang kan?"

Prilly menatap Alya takut-takut, mencari kemarahan yang sama yang ia lihat dulu ketika ia hendak meminta maaf pada Alya sambil membawa sekotak coklat.

"I-iya, maaf ya Al, aku pergi sama Abang. Jangan marah.." Prilly menundukkan kepalanya.

"Siapa juga yang marah? Malah gue seneng, kalo lo pergi sama Abang seenggaknya lo gak pergi naik bus malem-malem. Lagian kan ini salah gue juga.." balas Alya.

"Beneran kamu nggak marah?"

"Iyaaa.."

Prilly tersenyum lebar. "Makasih, Al!"

Alya membalas senyum itu. "Sans.."

Alya membuang pandangannya kemudian menyibukkan diri dengan berpura-pura menyiapkan buku dan alat tulisnya.

Alya masih ingat, tadi malam ia beradu cekcok dengan Ali ketika akhirnya Ali bercerita bahwa ia yang mengantarkan Prilly ke toko buku menggantikan Alya. Nyatanya, kecemburuan itu masih menghantui Alya meski Ali sudah menjelaskan beribu kali.

Namun setelah melihat sorot ketakutan di mata Prilly tadi, rasanya Alya tak sampai hati untuk menyakiti sahabatnya itu.

Apalagi, tadi malam Ali sempat mengucapkan kalimat yang membuat hati Alya mencelus.

"Kalo kamu nyakitin Prilly, itu sama aja kamu nyakitin Abang, Al.."

***

Tiga hari telah berlalu semenjak Prilly menemani Nathan di perpustakaan, tiga hari pula semenjak Ali menemani Prilly ke toko buku.

Prilly membuka matanya secara paksa ketika lagu Red milik Taylor Swift berkumandang dari ponselnya.

Hari ini, di sekolah diadakan rapat mendadak untuk para guru sehingga akhirnya para murid terpaksa pulang lebih awal. Pukul 13.00 mereka sudah bisa pulang, padahal biasanya setengah tiga sore mereka baru bisa mendengar suara merdu bel tanda pulang sekolah.

UnrighteousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang