XVII

5.7K 777 46
                                    

Prilly berjalan tergesa diikuti oleh Nathan.

"Tunggu, Prill. Pelan-pelan!" Nathan memperingatkan gadis yang saat ini sudah berjarak lima meter darinya.

Prilly terlihat antusias sekali. Tadi, begitu bel pulang sekolah berbunyi, Nathan, Gandi dan Aldi kaget mendapati Prilly yang sudah duduk di bangku yang berada di depan kelas mereka. Padahal, kelas Prilly berada di lantai satu dan kelas Nathan berada di lantai dua. Cepat sekali gadis ini sampai, pikir mereka.

Awalnya, Gandi dan Aldi juga ingin nebeng mobil Nathan untuk menjenguk Ali. Sayangnya, Aldi dipanggil guru olahraga untuk membicarakan lomba Karate yang akan diadakan dua bulan lagi, sedangkan Gandi mendadak ditelpon Mama nya dan disuruh mengantar Mama nya ke pusat perbelanjaan. Akhirnya, mereka berdua memutuskan untuk menjenguk Ali nanti sore saja. Setidaknya ia bisa mendapat kabar dari Nathan nanti jika lelaki itu sudah menjenguk Ali duluan dengan Prilly.

Sesampainya di depan pintu ruang rawat inap Ali, Prilly terdiam. Nathan pun langsung tau apa alasannya. Perlahan lelami itu menggeser tubuh Prilly sehingga gadis itu berada di belakangnya kini. Tetap santai, Nathan mengetuk pintu.

Alya yang membukakan pintu langsung terlihat sumringah saat melihat Nathan. "Bang Nathan?"

"Eh, hai Al.." balas Nathan kikuk.

Namun senyum Alya sirna ketika menyadari seseorang yang bersembunyi di balik tubuh Nathan.

Perlahan Prilly menunjukkan dirinya. "Al.."
Prilly menatap Alya sekilas yang justru dibalas dengan tatapan sinis.

Menyadari hal tersebut, Nathan langsung menginterupsi. "Abang pengen jenguk Bang Ali. Boleh gak?"

Alya mengangguk. "Boleh, lah Bang."

"Oh iya, ini ada buah-buah an, tadi yang pilihin Prilly.." Nathan menyerahkan sekantong plastik yang memiliki simbol salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Nathan sengaja menekankan Prilly agar Alya tau bahwa Prilly memang berniat baik.

Alya menerimanya dengan ekspresi yang sulit diartikan, namun ia tetap tersenyum meski dipaksakan.

"Makasih, Bang.. nggg, makasih juga Prill." ucapnya pelan.

"Sama-sama, sekarang boleh masuk gak nih kami? Apa mau lo tahan di depan pintu aja?" canda Nathan berusaha mencairkan suasana. Prilly tersenyum, juga Alya.

"Eh, iya, masuk deh.." Alya menggeser tubuhnya kemudian mempersilakan Nathan dan Prilly masuk, meski ketika melewati dirinya, Alya melempar tatapan seakan bertanya mengapa Prilly bisa datang berdua dengan Nathan namun Prilly memilih untuk mengacuhkannya.

"Woi, bro! Gimana rasanya dicium peluru?" begitu mendapati Ali, Nathan langsung ber high five dengan Ali.

Ruang rawat inap Ali kosong. Sepertinya, orang tua Ali juga langsung bekerja saat diberi tahu Dokter bahwa Ali baik-baik saja walau membutuhkan masa pemulihan.

"Sialan." balas Ali setengah tertawa.

"Eh, sini Prill! Malah bengong!" Nathan beralih menatap Prilly yang masih berdiri di dekat pintu.

Ali meringis saat ia berusaha menegakkan badannya karena ingin melihat Prilly. Gerakannya justru membuat lukanya terasa sakit.

"Weh, santai bro." ucap Nathan. Alya yang awalnya duduk di kursi pun juga bangkit.

"Pelan-pelan, Bang.." ucap Alya.

"Sini, Prill!" gemas, Nathan berjalan ke arah Prilly dan menarik tangan gadis itu yang membuat Alya merasa tak nyaman.

"Nih, tadi katanya pengen banget liat Ali?" goda Nathan membuat Alya dan juga Ali kaget namun Alya memilih diam saja.

"Bang Nathan.." keluh Prilly sambil menyenggol pelan lengan Nathan.

UnrighteousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang