"Jadi, Bang Nathan mau pilih yang mana?" tanya Prilly tanpa memandang sosok di seberangnya. Gadis itu justru lebih tertarik pada novel yang ada di tangannya.
Sesuai janji, hari ini sepulang sekolah, Nathan dan Prilly bertemu di perpustakaan sekolah demi mengerjakan tugas Bahasa Indonesia Nathan.
Nathan menggaruk tengkuknya bingung. Jangankan memilih satu judul dari seri Harry Potter, Nathan bahkan tidak tau siapa itu Hermione Granger. Duh!
"Favorit kamu yang mana?" tanya Nathan. Ia memandangi Prilly yang tampak serius membaca salah satu novel Harry Potter meski Nathan yakin bahwa gadis itu pasti sudah pernah membacanya.
Prilly mengalihkan pandangannya untuk sekedar menatap tajam Nathan. "Kok Prilly? Kan ini tugas Abang."
Nathan terkikik pelan, sadar bahwa mereka masih berada di perpustakaan. Bersuara keras sedikit, pasti Bu Livia, guru penanggungjawab perpustakaan pasti akan memarahi mereka. Tentunya Nathan tak mau hal itu terjadi.
"Ya tapi kan yang ngerti Harry Potter kamu." elak Nathan tak mau kalah.
Prilly mendengus dan menutup novel yang ia baca. "Favorit Prilly yang ke-4. Judulnya Goblet of Fire.
Nathan kemudian bergerak mencari buku yang Prilly maksud. "Goblet.. apa tadi? Hehehe.." Nathan masih sempat-sempatnya mengeluarkan cengiran ketika kesabaran Prilly menipis perlahan.
"Goblet of Fire, Bang. Nih, bukunya yang lagi Prilly baca!" Prilly menyodorkan bukunya sewot.
"Bilang dong dari tadi!" sindir Nathan namun tertawa. Mau tak mau Prilly pun ikut tersenyum.
"Nah, terus sekarang Abang harus ngapain?"
"Kalo mau review, ya Abang harus baca dulu. Biar Abang juga tau kelemahan sama kelebihan buku atau jalan cerita ini.."
Nathan melotot. "Hah? Baca segini? Astaga, Abang nggak akan sanggup, Prill. Baca komik aja, seminggu nggak selesai!"
"Pasti bisa. Prilly yakin. Ketika nanti Abang selesai baca bab pertama, Abang pasti ketagihan buat lanjut. Nggak mungkin enggak!" bujuk Prilly.
"Nggak ada novel Harry Potter yang tipis apa?"
Prilly menggeleng cepat. "Udah deh, Abang ini jadi mau ngerjain apa enggak? Kalo enggak, Prilly pulang, soalnya Prilly ada janji mau ke toko buku sama Alya."
Nathan menatap Prilly tak enak. "Aduh, ternyata kamu ada janji, Prill?"
Prilly mengangguk. "Tapi nggak papa, Alya bisa nunggu kok. Janjiannya jam setengah tujuh sih, tapi Prilly kan juga mau mandi sama makan dulu, Bang."
Nathan menimbang-nimbang. "Hmm, gini aja deh, kasih Abang beberapa hari buat baca buku ini, terus nanti kita ketemu lagi buat bikin review nya. Gimana?"
"Oke. Tiga hari buat Abang baca."
"Apa?! Prill, tap--"
"Tiga hari kelar atau Prilly nggak mau bantu?"
"Oke, oke. Tiga hari Abang kelar baca." Nathan mengangkat tangannya. Percuma juga debat dengan Prilly. Gadis itu tak mudah dipengaruhi.
"Bagus!" Prilly menyunggingkan senyum bulan sabitnya yang sejenak membuat hati Nathan menghangat. Manis, batinnya.
Prilly pun membereskan beberapa buku yang tadi mereka ambil kemudian berniat mengembalikannya namun tangannya ditahan oleh Nathan yang kemudian langsung merebut buku-buku itu. "Biar Abang aja yang balikin. Berat."
"Ah, lebay. Segitu doang Prilly masih kuat."
"Jangan. Abang takut badan kamu makin kecil."
"Abaaang!" spontan Prilly memukul lengan Nathan. Lelaki itu menahan tawanya. Bagi Prilly, Nathan cukup menarik dan juga tampan. Pribadinya asyik dan mudah bergaul pula. Sifat humorisnya juga pasti menarik banyak hati. Entah mengapa sosok itu masih belum memiliki tambatan hati, batin Prilly bertanya-tanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unrighteous
Fanfiction"Prilly itu punya Abang." #2 - aliprilly (10/10/2019) #1 - ggs (05/11/2021) #94 - fanfiction (26/11/2018) #4 - aliandoprilly (17/10/2019) #3 - aliando (16/08/19) #37 - prilly (14/08/19)