13-Thinking of you

442 31 2
                                    

Jatuh cinta itu memang aneh. Hanya karena memikirkan mu aku bisa merasa bahagia.

****


"Allahuakbar!" Alam mengusap wajahnya kasar saat merasakan ada yang mengusik tidurnya. Cowok jangkung itu melemparkan bantal yang ada disampingnya ke depan wajah Diki membuat cowok itu mengumpat kasar. Sedangkan Dika tertawa terbahak-bahak melihat kembarannya terkena lemparan Alam.

"Apa yang kamu lakukan itu jahat!" Katanya dramatis.

Alam memutar bola matanya malas. Niatnya ingin numpang tidur dirumah Gio lenyap saat dua kembaran sarap ini datang dan membuat keinginannya untuk tidur langsung raib.

"Pantesan dicariin dirumahnya kagak ada. Ternyata Alam gaib ada disini." Kata Dika lalu berjalan keluar kamar Gio.

"Lo mau kemana?" Teriak Alam.

"Mau nyapa Mami, sekalian minta dibikin mie goreng." Katanya dari balik pintu. Kebiasaan Dika kalau main kerumahnya Gio, pasti selalu minta makan ke Maminya Gio. Seperti dirumah nggak pernah dikasih makan oleh Mamanya, padahal sebelum pergi kerumah Gio cowok itu makan terlebih dahulu.

"2 Ka, buat gue sekalian." Kata Alam lalu menjambak rambut Diki karena cowok itu dengan sengaja memukulnya dengan guling.

"Gue juga mau," sahut Gio dari dalam kamar mandi.

Dika mengangguk, menoleh kearah Diki yang saat ini sedang main jambak jambakan dengan Alam. "Lo nggak Ki?"

Diki meringis kesakitan saat Alam menendangnya hingga bokongnya mendarat dengan mulus di lantai. "Jahat banget sih Lo. Pantat seksi gue Lo biarkan menyentuh lantai." katanya mengusap-usap bokongnya.

"Lebay" cibir Alam.

Dika memutar bola matanya, "Eh, kembaran laknat! Lo mau mie goreng nggak?" Katanya kesal karena pertanyaannya tadi tidak dijawab oleh Diki.

"Kalau Lo mau gue juga mau lah. Kita kan kembar." Katanya nyengir lebar kayak kuda yang lagi ketawa.

Dika mendengus pelan, "Perasaan makan nggak ada sangkut pautnya deh sama masalah kita itu kembar." Katanya berlalu turun kebawah.

Alam meregangkan otot-ototnya lalu menyenderkan kepalanya di kepala ranjang. "Sekarang jam berapa?"

Diki yang sedang asik mengotak-atik PS langsung menoleh, melihat kearah jam yang melingkar dipergelangan tangannya, "jam setengah lima,"

"Tumben Lo Jam segini ada dirumah Gio? Gue cariin dirumah lo sepi banget. Kayak nggak ada orang." tanyanya masih fokus dengan Ps-nya.

"Emang nggak ada orang, makanya gue kesini."

Diki hanya bergumam kata oh pelan, tidak lagi mengajukan pertanyaan kepada Alam.

Alam menggaruk-garuk pangkal hidungnya, lalu ikut bergabung dengan Diki duduk bersila di karpet merah.

Terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka menampakkan Gio yang keluar dengan wajah yang basah.
"Alam! Lo solat Ashar sana! Gue nggak mau punya temen yang masa depannya nanti dicemplungin ke nereka." Katanya lalu mengambil sajadah yang biasa ia gantung di kursi meja belajarnya.

Diki menoleh kearah Alam,"Lo belum sholat?" Tanyanya.

"Belum, tadikan gue tidur." Jawabnya.

Diki menggeleng-gelengkankan kepalanya, "ish, ish, ish, dasar jin kafir"

Alam mendengus lalu menjitak kepala Diki keras, "Lo yang jin kafir!" Desisnya lalu berdiri dan berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Setelah selesai sholat Alam kembali melipat sajadah dan meletakkannya di kursi meja belajar. Berjalan kearah balkon kamar Gio ikut duduk bersama cowok itu.

Alam menatap lurus ke depan. Menikmati angin sore yang berembus pelan menerpa wajahnya. Angin sore menurutnya lebih menyenangkan daripada malam.

"Tante Dian kemana Lam?"

Alam mengedikkan bahunya tidak tahu. Sedangkan Gio hanya manggut-manggut saja tanda mengerti.

Tadi saat Alam pulang kerumahnya untuk mengambil laptopnya yang tertinggal, cowok itu mendapatkan pintu rumah yang terkunci. Terpaksa Alam kembali pulang ke apartemen nya untuk berganti baju. Karena merasa bosan cowok itu pergi saja kerumah Gio yang pintunya selalu terbuka lebar untuknya.

Seolah teringat sesuatu Gio menyenggol bahu Alam pelan membuat cowok itu menoleh kepadanya. "Tadi kenapa Lo nggak ke sekolah?"

"Gue sekolah," Benar kan tadi Alam pergi sekolah. Malah bertemu dengan Pak Wahit dan Bu Yat yang menghukumnya.

"Masa sih? Perasaan dari pagi sampai siang Lo itu nggak ada dikelas. Bangku Lo kosong dan absen Lo itu dibikin alpa sepanjang hari." Sepanjang hari tadi absen Alam memang dibuat alpa oleh semua guru yang masuk. Dan Gio sama sekali tidak melihat Batang hidungnya Alam dimana-mana. Bahkan sudah ia cari ke kantin, taman belakang, warung kecil yang ada di gang samping sekolah. Di semua tempat yang biasa dijadikan tongkrongan saat mereka membolos. Tapi tidak ada nampak batang hidung Alam sama sekali.

"Gue ada di rooftop. Ketiduran sampe jam ke 7 habis. Pulangnya gue nongkrong di kantin sama Dika-Diki. Lo aja yang pulang duluan sama Gerry." jelasnya.

"Ngapain lo bolos dari pagi sampai siang? Mending nggak usah dateng kesekolah kalau gitu." heran Gio.

"Tadi pagi gue dihukum Pak Wahid di lapangan. Hilang mood gue masuk kelas."

Gio mendesah pelan. "Demen banget sih Lo di hukum sama Pak Kumis. Masih pagi udah cari masalah. Kita itu udah kelas 12 bentar, lagi mau tamat, kurang-kurangin bikin masalah. Di hukum sendirian lagi kan Lo!" Gio mengeleng-geleng kepalanya heran dengan kelakuan sahabatnya yang satu ini. Tak pernah bosan mencari gara-gara dengan semua guru yang ada. Bahkan di dalam kelas pun Alam masih saja membuat onar saat guru menerangkan pelajaran dengan menjawab atau menanyakan pertanyaan yang sangat aneh. Tujuannya supaya diusir keluar kelas tanpa harus repot-repot untuk membolos.

"Gue nggak sendirian." Memangkan tadi Alam tidak sendirian dijemur di lapangan. Ada Rea yang juga ikut dihukum bersamanya.

"Nggak sendirian? Sama siapa?" Tanya Gio kepo.

"Sama Rea." jawab Alam tersenyum kecil saat menyebutkan nama gadis itu. Alam terbayang kembali senyuman cewek itu saat melambaikan tangan kearahnya. Lah? Kenapa gue jadi seneng gini sih mikirin dia?

"Ngapain Lo senyam senyum sendiri?" Alam tersentak kaget saat Dika mendorongnya cukup kuat, membuatnya terhuyung untung tak sampai jatuh. Entah sejak kapan kembaran Diki itu sudah berada disini.

"Ngapain sih Lo?" Ketus Alam.

"Lo yang ngapain senyum-senyum sendiri kayak orang gila?" Kata Dika. Ini sudah yang kedua kalinya ia memergoki Alam senyum-senyum sendiri.

"Lo kali yang gila!"

"Lo mikirin apaan sih Lam? Habis nyebut nama Rea Lo langsung berubah ekspresi kayak orang yang baru jatuh cinta." Alam terdiam mendengar perkataan Gio barusan. Gue jatuh cinta?

"Gue nggak jatuh cinta," sergahnya terhadap ucapan Gio. Nggak mungkin ia jatuh cinta secepat itu.

"Gue nggak bilang kalau Lo jatuh cinta." Balas Gio tersenyum miring.

"Udahlah, mending kita makan. Tuh mie goreng ala Mami dan Dika udah jadi. Keburu dingin kagak enak. Bentar lagi Gerry kesini ngajak Mabar." Kata Dika menengahi perdebatan Alam dan Gio. Gio berjalan kedalam kamarnya ikut bergabung dengan Diki yang sejak tadi sudah menyantap makanannya dengan hikmat. Sangking hikmatnya mie-nya sudah habis setengah.

"Alam sayang ayok kita makan. Tadi kamu yang minta dibikin mie sama aku." Alam menatap jijik Dika yang menirukan suara bencong lampu merah. Cowok itu bergidik ngeri lalu berjalan duluan meninggalkan Dika yang tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi jijik Alam.

****

Playgirl Vs Bad Boy :)

Playgirl Vs Bad Boy (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang