26- I Dont Care

336 15 4
                                    


Suka itu hanya sebuah perasaan mengagumi yang bersifat sementara. Bisa jadi esok rasa itu akan menghilang sekejap mata.

****

Bip! Pintu apartemen itu terbuka setelah sang pemilik memencet beberapa tombol kombinasi angka. Kaki yang terbalut sepatu Converse itu langsung melangkah menuju kamarnya. Sebelum itu tas yang tersampir dibahunya ia lempar hingga mendarat sembarangan di sofa. Tidak ada siapapun disini. Hanya ia sendirian.

Alam menutup pintu kamarnya dengan keras, langsung mendaratkan tubuhnya di atas kasur. Cowok itu memejamkan matanya sejenak merasakan keheningan yang selalu mendominasi suasana apartemennya. Disini hanya ada ia sendiri, tanpa orang lain. Alam melirik jam yang sudah  menunjukkan pukul setengah enam. Jam tujuh nanti ia ada janji berkumpul dengan anggota geng Nero. Tanpa buang waktu lagi cowok itu langsung bangkit dari posisi nyamannya untuk membersihkan diri menuju kamar mandi.

Namun langkahnya terhenti sejenak saat benda pipih berwarna hitam yang tergeletak di atas tempat tidur itu bergetar sesaat.

Alam mengambil ponselnya ternyata ada dua chatt dari dua orang yang berbeda.

Reasya: Setidaknya Lo ngomong makasih untuk sekedar basa-basi!

Luna: Aku tunggu di kafe biasa ya kak, jam 8.

Alam mendengus pelan saat membaca pesan dari Reasya. Lalu beralih melihat pesan yang dikirim oleh Luna dengan senyum tipis. Lalu Alam membalas pesan dari Reasnya terlebih dahulu.

Alam: G ikhls?

Reasya: Gue ikhlas, tapi setidaknya Lo bilang makasih kek gitu sama gue!

Alam: Hmm

Reasya: Nyebelin!

Alam hanya membaca pesan itu tanpa berniat membalasnya. Lalu beralih membalas pesan dari Lina.

Alam: Gk mau gue jemput?

Luna: Gak usah kak, ketemu disana aja.

Alam: Oke, minta anter supir Lo buat kesana.

Luna: Siap kak:)

Cowok itu hanya membaca sekilas. Lalu melempar benda pipih itu keatas kasur. Mengambil handuk, kembali melanjutkan aktivitasnya yang tadi tertunda.

****

Read

"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Rea menjerit kesal. Melemparkan bantal yang ada disampingnya hingga mendarat sempurna di lantai.

"Bego banget sih Lo Rea! Ngapain juga Lo ngechat dia kayak gitu. Jelas banget kalau Lo itu ngarep dia bilang makasih!" Kali ini kekesalannya sudah sampai ubun-ubun. Saat melihat pesannya hanya ada tanda centang dua biru alias di read saja oleh Alam. Membuat kekesalannya yang sejak tadi bertumpuk-tumpuk sudah segede gunung.

Rea menarik napasnya dalam-dalam lalu kembali membuang nafasnya perlahan-lahan untuk meminimalisir kekesalannya. Sepertinya berhadapan dengan Alam itu harus punya stok sabar yang banyak kalau tak mau mati karena tekanan darah tinggi. Alam benar-benar membuatnya bodoh. Benar-benar bodoh.

"Aish, jangan bilang gue ke jebak permainan gue sendiri?" Gumamnya lalu menarik rambutnya frustasi. Bagaimana bisa ia terjebak dengan permainannya sendiri? Selama ini semua yang ia rencanakan selalu berjalan dengan lancar, tanpa melibatkan hati dan perasaan. Lalu kenapa dengan Alam berbeda? Kenapa Rea kesal melihat cowok itu bersama dengan gadis lain selain dirinya? Kenapa juga Rea sampai berharap kalau Alam bisa menganggapnya lebih? Dan kenapa juga Rea senang direpotkan oleh cowok itu?

Playgirl Vs Bad Boy (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang