11- Friends

489 31 0
                                    

Teman itu satu kata berjuta makna yang menjerat banyak macam perasaan.

****


Setelah menyelesaikan hukuman yang diberikan Pak Wahid kepadanya, Alam langsung melangkahkan kakinya meninggalkan lapangan. Saat ini ia sedang berjalan di koridor menuju kantin bersama gadis yang sejak tadi tidak ada henti-hentinya mengomel tidak jelas.

Tentu saja kantin menjadi sasaran utama mereka setelah hampir dua jam dijemur ditengah-tengah lapangan dengan matahari yang sangat terik.

Sepanjang perjalanan menuju kantin Alam hanya diam mendengarkan tanpa menanggapi setiap ocehan ocehan Rea yang tiada habisnya.

"Matahari kayaknya seneng banget deh lihat gue dijemur ditengah lapangan. Sinarnya terik banget. Kulit gue jadi gosong," Rea mengibaskan tangannya, "lagian ngapain juga matahari pakek panas segala." lanjutnya lagi melirik kearah Alam yang sedari tadi hanya diam berjalan disampingnya.

"Ck, diem aja lo dari tadi. Ngomong kek?" katanya menyikut lengan Alam.

Dengan pandangan mata menatap lurus kedepan, satu tangannya dimasukan kedalam saku celananya Alam berdecak pelan melirik Rea sekilas.

"Cerewet banget lo! Kalau mau gak ada matahari sana pindah aja ke pluto." ketus Alam berjalan duluan meninggalkan Rea yang hanya bisa mendengus kesal menatap punggung tegap cowok itu.

"Kenapa sih lo nyebelin banget?" katanya saat berhasil menunyusul langkah kaki cowok itu.

"Suka-suka gue," Alam semakin mempercepat langkahnya menuju kantin. Sumpah demi apapun Alam sedang tidak mood mendengar ocehan cewek yang saat ini sedang menggerutu kesal karena sikapnya. Yang saat ini ia butuhkan hanyalah minuman dingin yang akan membasahi tenggorokannya yang kering, sekering gurun pasir yang ada di sahara.

"Woi, Alam barzakh tungguin. Main tinggalin gue aja lo! gue gak mau disangka jones gara-gara jalan sendirian." Rea berteriak, kembali belari menyusul langkah besar cowok itu.

Sesampainya dikantin Alam yang ingin mengambil sebotol air mineral dingin lansung tidak jadi karena lengannya saat ini ditarik paksa oleh Rea.

"Eh? Apa apaan nih?!" Rea mengacuhkan pertanyaan cowok yang saat ini sedang ia geret paksa.

"Woy, elah. Lepasin!" Seolah-olah terkena serangan tuli mendadak Rea mengacuhkan teriakan cowok itu, terus menarik paksa lengan Alam.

Alam menatap aneh Rea yang saat ini berdiri di depan stand yang menjual es krim. Mengambil 2 es krim yang rasa vanilla dan stoberi.

"Karena tadi lo udah bikin gue kesel. Sebagai hukumannya lo harus jajanin gue es krim." katanya enteng.

Alam melongo mendengar perkataan Rea. Gue yang bayarin?

"Lo malak gue?"

Rea menggelengkan kepalanya. Lalu mengambil satu lagi es krim rasa coklat.

"Lo suka es krim rasa coklat nggak?" tanyanya tidak mempedulikan pertanyaan Alam barusan.

Alam memutar bola matanya. Dia yang ditanya eh dia malah nanya balik. Dasar cewek aneh.

"Sana bayar es krimnya. Gue duduk duluan, capek berdiri." katanya lalu melenggang pergi dengan tangan membawa 3 buah cup es krim. Rea mengambil posisi duduk di sudut kantin.

Alam berdecak kesal memejamkan matanya mencoba bersabar menghadapi tingkah cewek yang saat ini sedang menempelkan cup es krim itu ke pipinya. Walaupun kesal tapi cowok jangkung itu tetap membayar es krim yang tadi Rea ambil. Entahlah, dia sendiri heran mengapa dia mau saja membayar jajanan cewek itu. Harusnya Alam bisa menolak mentah-mentah permintaan Rea. Tapi dia malah bertindak lain.

Playgirl Vs Bad Boy (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang