22- Sick Boy

310 26 4
                                    

Karna sayang bukan hanya tentang cara bertahan. Tapi juga tentang cara  meninggalkan agar selalu terkenang.

***

Setelah menunjukkan jalan pintas selain jalan utama kepada Rea. Alam tidak langsung kembali pulang ke apartemennya. Cowok yang saat ini mengendarai motor ninja biru dengan kecepatan tinggi itu melajukan motornya menuju rumah yang dulu pernah ia tempati. Dulu, saat semuanya masih baik-baik saja.

Security yang biasa berjaga dirumah mewah berarsitektur Eropa itu berlari tergesa-gesa untuk membukakan gerbang saat melihat Alam yang sudah turun dari motornya untuk membuka gerbang itu.

"Biar saya yang bukak, Aden langsung masuk aja. Udah ditungguin bapak dari tadi." Alam hanya mengangguk kembali menaiki motornya dan berhenti persis didepan halaman depan rumah itu. Cowok itu memarkirkan motornya tepat di depan tangga menuju pintu utama. Bukannya memarkirkan motornya di garasi Alam malah sengaja menaruh motornya di sana.

Alam melangkahkan kakinya malas menaiki satu persatu anak tangga. Wajahnya tampak datar saat menatap pintu besar yang tertutup dihadapannya. Alam menarik napasnya kasar. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu cowok itu langsung saja menyelonong masuk tanpa mengucapkan salam.

Tidak ada siapa-siapa di ruang tamu. Sebenarnya Alam tau pasti ayahnya memanggilnya karena ada sesuatu yang tidak beres. Mungkin ia dan ayahnya akan bertengkar lagi seperti yang sudah-sudah.

"Alam? Kamu tumben pulang kerumah nak?" Seorang wanita yang memakai kerudung hijau muncul dari arah dapur. Tersenyum hangat menatapnya.

Alam membalas senyuman itu dengan tatapan datar. "Kenapa? Nggak suka?" Katanya dingin.

Wanita berkerudung hijau itu tersenyum kecut saat mendengar jawaban yang dilontarkan dari mulut putranya itu. "Bunda suka kalau kamu mau pulang ke rumah, nak. Kamu baru pulang sekolahkan? Pasti belum makan. Ayo makan dulu, bunda masak banyak."

Alam memutar bola matanya jengah. "Saya kesini mau ketemu papa. Bukan buat makan." Jawab Alam kasar.

Alam langsung saja pergi dari hadapan Dian. Meninggalkan Dian yang hanya bisa menatap nanar punggung Alam yang mulia menjauh menapaki tangga menuju lantai dua. Lagi-lagi penolakan yang ia dapatkan.

Alam membuka pintu ruang kerja Ayahnya. Nampak ayahnya sedang berdiri membelakanginya menghadap ke arah jendela kaca.

"Ngapain Papa manggil Alam?" Cowok itu melangkah menghampiri ayahnya, ayahnya menoleh lalu menatapnya tajam. Alam balas menatap ayahnya dengan tatapan datarnya. Kemudian...

Plak

Satu tamparan keras mendarat di mulus pipi kanannya. Cowok itu terkejut dengan perlakuan ayahnya yang tiba-tiba. Alam menatap tajam ayahnya yang saat ini sedang diselimuti kabut amarah.

"Kamu ini benar-benar ya!" Bentak Bagas. "Harus papa ajarkan sekali lagi kamu tentang sopan santun?"

"Apa sih pa? Papa minta Alam pulang terus tiba-tiba papa tampar aku." Katanya tak terima dengan perlakuan ayahnya.

"APA YANG KAMU LAKUKAN PADA BUNDA MU?!"

"Lakuin apa?"

"Kamu ngusir Dian dari apartemen kamu saat dia bawain kamu makan siang. Kamu bilang dia nggak bisa gantikan ibu mu! Kamu hina dia! Mulutmu lancang sekali Alam! Cepat minta maaf!"

"Dia yang ngadu ke papa?"

"Alam dengerin papa!" Bentak Bagas marah. "Nggak sepantasnya kamu bicara seperti itu. Bunda mu itu peduli dengan mu. Kamu itu putranya Alam. Berhenti melukai hatinya."

Playgirl Vs Bad Boy (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang