17- Paper Heart

394 27 1
                                    

Rindu yang ingin ku sampaikan hanya tertahan dibalik ingatan. Sebab cara mu meninggalkan telah mengajarkan ku arti dari sebuah kenangan.

****

Alam mengunyah permen karet kesukaannya-rasa mint. Hari ini entah kenapa dia malas untuk latihan basket. Cowok itu hanya duduk diam saja ditepi lapangan memperhatikan anggota basket yang lain berlatih. Alam mengangguk-anggukkan kepalanya saat memperhatikan setiap gerakan pemain dari kelas 11, sepertinya cowok itu sudah tau siapa yang cocok untuk menggantikannya sebagai kapten basket.

"Woi, nggak latihan lo?" teriak Gio dari tengah lapangan saat melihat Alam hanya duduk diam saja ditepi lapangan.

Alam menggelengkan kepalanya. "Males."

"Udah lo anter?" Gerry berjalan mendekat lalu mengambil tempat duduk disamping Alam. Di dahinya sudah bercucuran keringat membuat kadar kegantengannya dimata cewek-cewek semakin meningkat. Suara teriakan nyaring dari sebrang lapangan dan koridorpun mendominasi telinga Alam. Membuat cowok itu berdecak kesal.

"Astagfirullah, itu cewek-cewek ngapain teriak-teriak sih? Berisik aja!" gerutu Alam. Sedangkan Gerry hanya mengedikkan bahunya tanda tidak tahu, lalu menghapus keringat yang membanjiri dahinya dengan punggung tangan.

"Kak Gerry makin ganteng kalau keringetan."

"Astaga, gue meleleh lihat cowok-cowok ganteng yang ada dilapangan."

"Gerry, sini gue lapin keringetnya."

"Alam mau ngapain aja tetep ganteng."

"Pegangin gue, gue bentar lagi pingsan."

"Kak Alam gue juga mau diantar pulang."

"WOI, KALAU MAU TERIAK-TERIAK SANA DI HUTAN. JANGAN DISINI! BERISIK AJA LO SEMUA, BUBAR!!" Alam berteriak keras dari tempatnya duduk. Menatap tajam kearah cewek-cewek yang tadi mengerubungi lapangan. Mendengar teriakan galak dari Alam, kerumunan itu langsung bubar. Sebelum tingkat kekesalan Alam semakin bertambah.

Semua anggota tim basket langsung menghentikan permainannya saat mendengar teriakan Alam. Melihat kearah tepi lapangan yang awalnya benar-benar ramai dikerubungi oleh para cewek-cewek genit kini langsung kosong melompong.

"Dari tadi kek, Lam!" seru Gio, lalu kembali melanjutkan permainannya diikuti yang lainnya.

Gerry menggelengkan kepalanya tak habis pikir melihat Alam. Kenapa dia bisa punya teman segalak Alam?

"Kenapa lo geleng-geleng kepala?" tanya Alam.

"Alam hati lo itu jangan beku banget kayak es. Gak boleh galak gitu sama orang. Kan mereka cuman berdiri disana nggak gangguin kita latihan?" Alam memutar bola matanya malas. Jika Gerry menganggap teriakan-teriakan alay itu bukan gangguan. Beda lagi dengan Alam yang menganggap itu sangat mengganggu telinganya.

"Kunci motor lo udah gue tarok di dalam tas." Kata Alam tak menggubris perkataan Gerry tadi.

"Lo anter sampe rumah kan?"

"Nggak, cuman sampe pager rumahnya."

Gerry menjitak kepala Alam. "Sama aja, bego."

"Kenapa nggak lo suruh yang lain aja nganter dia pulang. Kenapa harus gue?" Awalnya Alam menolak saat Gerry meminta tolong kepadanya untuk mengantar Rea pulang. Tapi karena Gerry terus memaksanya dengan alasan ia yang harus menemui Bu Yat di ruang guru untuk ikut ulangan susulan. Akhirnya Alam menyerah dan terpaksa mau mengantar Rea pulang. Dengan syarat memakai motor Gerry. Karena Alam tidak pernah membolehkan siapapun duduk di boncengan motornya.

Playgirl Vs Bad Boy (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang