Pagi telah pergi
mentari tak bersinar lagi
entah sampai kapan
ku mengingat tentang dirimuku hanya diam, menggenggam menahan
segala kerinduan, memanggil namamu
di setiap malam ingin engkau datang
dan hadir di mimpiku, rindudan waktu kan menjawab
pertemuanku dan dirimu
hingga sampai kini
aku masih ada di siniku hanya diam, menggenggam menahan
segala kerinduan, memanggil namamu
di setiap malam ingin engkau datang
dan hadir di mimpiku, rindu 🎶Alunan musik tersebut terdengar di telinga Chelsea yang sedang menuruni anak tangga menuju ruang makan untuk sarapan pagi.
'Flashback mode on denger lagu itu. Astagfirullah move on Chel! Anggap aja gue gak pernah kenal sama dia.' Batin Chelsea.
"Cie punya handphone baru nih." Ucap Fano yang sudah duduk di kursi samping meja makan.
"Hah? Siapa?" Tanya Chelsea lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Fano.
"Lo lah, gimana si." Jawab Fano.
"Yang nanya."
"Bacot kau Ferguso." Ucap Fano kesal.
"By the way, lo masih sama Alvin?" Tanya Fano.
"Gak."
"Lo putus sama dia?" Tanya Fano tidak percaya.
"Hm." Jawab Chelsea sekenannya
"Kadang cowok suka gitu ya, dia yang nembak dia yang putusin." Ucap Chelsea sambil menatap lurus ke depan.
"Gak semua nya kayak gitu, Chel." Ucap Fano.
"Udahlah besok gak usah cinta-cinta'an kalau ulangan aja masih remedial." Ucap Fano.
"Hm."
Tiba-tiba bel di rumah Chelsea berbunyi.
"Bang, gue aja yang buka." Ucap Chelsea langsung beranjak dari duduk nya.
"Yaudah sana."
"Gue tau lo mager." Ucap Chelsea sambil berjalan untuk membuka pintu utama.
"Tau aja lo."
Chelsea membuka pintu utama, ternyata tidak ada siapa pun di sana. Chelsea merasa kebingungan. tidak sengaja kaki nya menginjak sesuatu saat hendak berjalan ke gerbang rumah untuk mengecek apakah orang nya masih ada di sini.
'Satu tangkai bunga mawar? Punya siapa ini?' Batin Chelsea sambil mengambil bunga itu.
"Bang Fano, ke sini sebentar." Teriak Chelsea dari luar.
"Ogah, mager. Lo aja yang ke sini. Sekalian sarapan." Ucap Fano dari dalam rumah.
"Iya-iya." Chelsea masuk ke dalam rumah lalu menutup pintu utama setelah itu berjalan ke ruang makan.
"Bang, lo beli bunga mawar lewat online?" Tanya Chelsea yang sudah berada di ruang makan setelah itu duduk di tempat semula.
Fano sedang meminum air putih tiba- tiba saja tersedak.
"Ngapain gue beli bunga lewat online, satu biji lagi. di depan aja ada toko bunga." Jawab Fano. Benar juga sih ucapan Fano. Terus ini bunga siapa?
"Terus ini punya siapa? Ya kali nih bunga nyasar, emang dia punya kaki." Ucap Chelsea.
"Ada surat nya atau apa gitu, pas lo tadi ambil?" Tanya Fano.
"Hm, bentar." Chelsea mengingat saat ia mengambil bunga itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barbie Ice [COMPLETED]
Teen Fiction[REVISI] A Story By Indah Mawari & Hilma Yuhanida Chelsea Violetta : Orang selalu menilai dia jutek, dingin, dan ketus. Ia cewek dingin yang berwajah datar tanpa ekspresi. Saat orang tertawa ia hanya tersenyum singkat. Bahkan ia dikenal dengan seb...