Barbie Ice: 9

5.6K 264 3
                                    

"Bisa gak sih, jadi cewek kalem dikit? Kalo sama gue lo dingin banget. Dasar Barbie Ice."

Suara Alvin tiba-tiba saja muncul di pikirannya dan masih terngiang-ngiang. Membuat Chelsea melamun sesaat.

"Suara dia kenapa jadi terngiang-ngiang gini sih?" batin Chelsea kesal karena sudah memecahkan fokusnya untuk pelajaran biologi.

"Chel, lo kenapa? Lagi kepikiran sama keputusan Bu Maharani yang pilih lo jadi ketua kelas tadi?" tanya Fiona, menatap ke arah Chelsea.

Bu Maharani adalah wali kelas mereka. Tadi pagi beliau sempat bilang kalau Chelsea Violetta sudah dilantik sebagai ketua kelas X IPA 2. Chelsea tidak bisa mengganggu gugat keputusan Bu Maharani.

Jadi, Chelsea mulai hari ini harus menjalankan tugasnya sebagai ketua kelas. Walaupun sekarang belum bisa menerima kenyataan.

"Oh, nggak kok. Gue okay." Chelsea melanjutkan nulisnya.

"Lo berangkat sekolah bareng Alvin ?" Pertanyaan Fiona membuat Chelsea mendadak berhenti menulis.

"Tau dari mana?" Chelsea menghadap ke arah Fiona.

"Biasalah gosip anak kelas."

"Jangan dipercaya, Fi."

"Tapi emang bener, kan?" tanya Fiona, mulai penasaran. Chelsea hanya mengangkat kedua bahunya saja. Membuat Fiona gemas sendiri.

"Ih Chelsea. Gue serius nih."

"Hm."

"Iya, Chel?"

"Ya." Setelah mendengar jawaban Chelsea, Fiona menjahili Chelsea.

"Cie, kayaknya ada yang mau ditembak nih sama ketos." Suara Fiona agak kencang. Membuat beberapa siswi langsung melihat ke arah mereka berdua.

"Fi, suara lo jangan terlalu besar," ucap Chelsea dingin.

"Hehe, iya maaf."

"Bapak tinggal dulu sebentar ya, Nak." Pak Haryo selaku guru biologi kelas X IPA, bergegas pergi keluar kelas.

"Lama juga gak apa-apa, Pak," teriak salah satu siswa di kelas.

Pak Haryo yang kemungkinan mendengar teriakkan tersebut, langsung menoleh disertai dengan tatapan tajam miliknya. Lalu berlalu keluar kelas.

Guru keluar, murid pun mulai beraksi. Ada yang melempar pesawat kertasnya, main handphone, nyanyi-nyanyi, mukul-mukul meja, dan duduk di atas meja hingga terdengar bunyi mau patah.

Kelas X IPA 2 termasuk murid yang bandal dan susah diatur. Tetapi, kepintaran mereka yang membuat guru-guru terkagum. Chelsea sebagai ketua kelas pun merasa pusing akibat keributan di kelasnya.

"Chel, lo gimana sih? bukannya diemin tuh anak-anak. Lama-lama gue ikutan mereka pukul-pukul meja juga nih, ya," ucap Fiona kesal karena melanjutkan nonton drama koreanya terganggu.

Chelsea beranjak dari tempat duduknya, berjalan ke depan papan tulis. Ia tak tahan lagi dengan suasana kelas yang sudah berantakan.

"Kalian semua bisa diam gak sih?! Berisik banget dari tadi. Pada banyak omong. Daripada buang-buang suara, mending lanjutin tugas, MABAR Free Fire, baca buku, atau apalah. Mending lo pulang ajalah kalau susah diatur gini." Chelsea sudah hilang kesabarannya.

"Kulkas bisa marah?"

"Galak amat gila. Kek Gebetannya di rebut orang."

"Ampun Mbak."

"Yaudah, gue pulang. Dadah teman-teman. Mwachh!" ucap Gilang salah satu murid kelasnya, membawa tasnya dan berdiri di depan pintu.

"Lo ngapain?! Diem bisa--
ucapan Chelsea lagi-lagi terpotong.

---Assalamualaikum." Salam kedua Kakak kelas cowok itu.

Semua murid X IPA 2 melongo akan ke gantengan kedua Kakak kelas itu. Gimana tidak menjadi populer seantero sekolah? Karena mereka adalah ketua osis dan wakil osis.

Chelsea yang menyadari itu langsung membeku. Chelsea malu sudah teriak di kelasnya dan dilihat oleh Kakak kelasnya.

"Jangan kaku gitu. Gue tau gue ganteng," bisik Alvin yang sudah di sampingnya. Hati Chelsea berdetak tak karuan. Sontak ia berjalan menuju bangkunya.

"Kok lo bawa tas? Lo mau cabut?" tanya Regal sang wakil ketua osis yang lumayan ganteng.

"Tuh, disuruh Chelsea." Tunjuk Gilang kepada Chelsea. Sontak semua melihat ke arahnya. Chelsea hanya bingung dan membulatkan matanya.

"Apa lo liat-liat?!" bentak Chelsea yang tidak suka menjadi pusat perhatian.

Alvin di depan sana hanya terkekeh. Puas sudah membuat Chelsea malu.

Gilang pun kembali duduk. Alvin dan Regal masuk dan berdiri di depan kelas dengan membawa sepotong lembar kertas dan pulpen. Entah kertas itu bertuliskan apa.

"Tujuan kami ke sini mau tawarkan kalian yang mau jadi anggota osis, " ucap Regal yang memulai pembicaraan. Chelsea tidak memperhatikan dan tidak memperdulikannya. Ia malah mengambil novel dari dalam tasnya setelah itu dibaca.

"Yang mau tunjuk tangan aja, jangan pura-pura baca mulu," celetuk Alvin yang berniat menyindir Chelsea. Tetapi Chelsea tidak merasa kesindir dan tetap membaca.

Banyak siswa yang mengacungkan tangan untuk mencalonkan sebagai anggota osis. Chelsea tidak tertarik dengan organisasi itu. Menurut dia hanya mencapekan badannya saja.

Rata-rata orang yang ikut hanya menumpang nama dan untuk numpang tenar. Itu hanya membuang-buang waktu.

"Oh iya, di sini ketua kelasnya siapa? Ketua kelas wajib ikut," ucap kembali Alvin. Chelsea yang mendengar itu membulatkan matanya.

"Chelsea, Kak. Si Frezeer kulkas. Tuh, tuh, yang itu," ucap salah satu siswa.

Alvin membalas dengan senyum bangga. Chelsea hanya melirik tajam tidak mempercayainya.

"Apa apaan lo, Gue gak mau ikut! Siapa sih yang bikin peraturan kayak gitu? Emang harus banget ketua kelas ikut? Ck, menyebalkan." Tolak Chelsea mentah-mentah.

"Ck, itu udah peraturan sekolah ini. Jadi tidak bisa diganggu gugat. Understand?"

Chelsea kembali duduk dengan menopang dagunya dengan bete. Tidak menggubris omongan Alvin lagi. Fiona hanya terkekeh melihat tingkah laku sahabatnya ini.

"Nanti istirahat jam pertama yang calonin jadi osis ke ruang osis ya semuanya. Soalnya mau dipilih yang masuk intinya, makasih," ucap Regal sang wakil ketua osis.

"Assalamualaikum." Salam mereka berdua keluar dari kelas. Alvin sempat tersenyum kepada Chelsea. Tetapi Chelsea hanya menatapnya tajam.

"Fi, lo ikut?" tanya Chelsea.

"Kayaknya gue nggak deh."

"By the way, ntar lo di suruh ke ruang osis, kan lo di tunjuk sebagai anggota."

"Tapi gue gak mau ikut, Fi."

"Ya tap--
ucapan Fiona Terpotong oleh Pak Haryo yang baru saja masuk ke dalam kelas.

---Anak-anak tugasnya kumpulkan ke depan!" perintah Pak Haryo.

Lalu mereka berteriak satu kelas.
"Apa?!"

-Barbie Ice-

Barbie Ice [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang