[N] judulnya rasa tongue twister.
Goal is something we reach, after do some efforts.
***
Ada hal mengejutkan yang terjadi, saat daftar ranking paralel untuk ujian tengah semester terpajang di mading.
Nama lengkapku—Alenna Rachella Putri—ada di urutan pertama.
"Alenna itu yang mana, sih?" tanya salah satu orang di belakangku.
"Entah," balas teman bicaranya.
Aku memutuskan untuk tidak mengatakan apapun.
Jangankan mereka, aku sendiri juga tidak percaya bahwa aku bisa langsung merebut ranking pertama secepat ini. Rasanya aku belum belajar terlalu maksimal, meskipun kebanyakan orang biasanya memang menganggap remeh ujian tengah semester.
Ranking berapa si Arlan Pratama itu?
Memeriksa daftar satu persatu dengan pelan dan teliti, aku menyadari bahwa aku tidak menemukan namanya di daftar ranking sepuluh.
Hanya dalam beberapa bulan, rankingnya terjun bebas seperti ini? Rasanya sulit dipercaya. Walaupun aku tidak mengenalnya, tetapi aku menyadari bahwa total nilainya yang hampir mendekati sempurna saat UAS ganjil itu, jelas menunjukkan bahwa dia serius dalam belajar.
Namun, aku juga sadar bahwa aku tidak mengenalnya sama sekali.
Mungkinkah dia salah satu orang yang menganggap remeh UTS?
"Yang namanya Alenna itu beruntung banget. Arlan 'kan nggak ikut ujian, jadi wajar saja ...."
Aku menyimak gadis-gadis yang membicarakan itu tepat di belakangku.
Tidak ikut ujian?
Pandanganku langsung turun ke daftar terbawah. Dan yang benar saja, nama Arlan Pratama yang sering kulihat di daftar teratas, kini berada di paling bawah. Seolah terjun bebas dari langit sampai ke inti bumi.
Padahal, sudah tiga kali aku melihat namanya di ranking pertama; saat hasil test masuk keluar, saat UTS semester ganjil dan saat UAS semester ganjil. Kemudian, dia merosot turun dengan sangat drastis.
Kejanggalan itu kemudian menjadi tanda tanya besar yang menganga di pikiranku.
"Wow, kamu yang dapat ranking pertama kali ini? Selamat, ya!" Rania yang entah muncul darimana, langsung meraih tanganku dan menyalamiku tanpa izin.
Aku tidak sempat mengatakan apapun, hanya diam dan memperhatikan sekitar. Orang-orang yang membicarakanku tadi juga tampak canggung denganku dan menjauh perlahan.
"Kalau Mama tahu, pasti bakal disuruh privat ke tempat yang sama kayak kamu," ucap Rania sambil melepaskan jabatan tangan kami.
"Aku ... enggak ikut kursus," balasku dengan suara kecil.
"Eh? Jadi kamu belajar sendiri? Jangan bilang kerjaanmu di rumah hanya belajar, belajar dan belajar?" Terdengar nada galak dari ucapannya, walaupun dia tidak memperlihatkan ekspresinya seperti demikian.
"Enggak, kok," balasku, mencoba membela diri. "Aku juga makan dan tidur cukup."
"Kok kamu jadi nyebelin, ya?" ucapnya sambil tersenyum masam menahan jengkel. "Oke, baguslah kalau kamu makan dan tidur cukup."
Sudah kubilang, kan? Rania ini memang sangat aneh.
"Tapi, tetap saja. Jangan ngasih tahu mamaku, ya! Kalau tiba-tiba aku disuruh belajar sama kamu, kan repot."
"Enggak ngerepotin, kok," kilahku.
Rania menatapku datar, "Bukan. Maksudku, aku yang repot."
Dua teman di belakangnya saling berpandangan dan tertawa. Sementara aku menyadari ada banyak orang yang ingin memeriksa ranking mereka di mading, aku kembali melihat total nilai Arlan Pratama di paling bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LFS 2 - Red String [END]
Fantasy[Little Fantasy Secret 2] Alenna mungkin terlihat seperti anak SMP kebanyakan, kecuali satu hal yang membuatnya istimewa; Alenna bisa melihat benang merah takdir. Namun Alenna tidak menganggapnya sebagai anugerah yang berarti. Mendapat peringkat per...