Your voice is something hypnotizing, it can make me forget everything.
***
Kami baru saja selesai makan siang. Tidak ada yang istimewa dari makan siang kami, hanya nasi kotak yang dibawa oleh pihak sekolah. Sudah dingin, tetapi terasa sangat memuaskan karena kami memakannya di dekat air terjun.
Perjalanan dari tempat bus dan tenda menuju tempat ini hanya memakan waktu lima belas menit. Sepanjang jalan kami melewati bebatuan dan hutan-hutan menuju ke dataran rendah.
Katanya ada beberapa orang yang berjaga di bus dan tenda, tetapi aku tetap tidak berani meninggalkan tasku di sana. Aku lebih memilih membawanya walaupun nyaris tidak ada yang membawanya di sini.
Ada banyak pengunjung yang berdiri di dalam air. Dari sana, aku tahu bahwa sungai itu cukup dangkal, hanya selutut. Air terjunnya tidak sederas yang pernah kulihat di televisi, tetapi aku sangat antusias, apalagi ketika aku merasakan titik-titik air yang mengenaiku ketika air jauh, padahal aku tidak terlalu dekat dengan air.
Yang kulakukan hanya berdiri memperhatikan teman sekolahku yang sudah melepaskan sepatu dan menggulungkan celana olahraga agar tidak basah.
"Wiiih, dingin sekali!" Suara Rania memekik keras, sampai-sampai aku bisa menyadari keberadaannya, padahal aku tidak menemukannya sedaritadi.
"Tuh, Rania saja sudah masuk, masak kamu mau nonton dari sana," ucap Jingga ke Fhea sambil memasukkan kaos kakinya dalam sepatu, sepertinya bersiap-siap turun ke sungai.
"Tunggu! Tunggu! Piranha tinggal di sungai! Ini sungai, kan?!" tanya Fhea panik.
"Ini di Indonesia, santai saja, kali," balas Jingga dengan cueknya.
"Tapi! Tapi--"
Rania langsung menyadari keberadaanku, "Hei, Alenna! Yuk, sini, ikutan!"
Aku memperhatikan sekelilingku. Sudah banyak yang memutuskan untuk masuk ke air. Bahkan sudah ada anak-anak cowok di kelasku yang suka membuka bajunya dan berenang di sana dengan tidak tahu malunya.
Aku tidak melihat apapun selain air terjun. Aku tidak melihat apapun selain air terjun.
"Aku di sini saja," balasku pelan, sambil merangkul tasku.
"Tuh! Alenna juga pasti takut sama ikan piranha!" pekik Fhea dengan heboh.
Sebenarnya bukan begitu, aku tahu kalau tidak ada ikan piranha di sini, tapi kubiarkan saja Fhea membelaku secara tidak langsung.
"Kamu kebanyakan nonton film," balas Jingga sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Guru-guru sudah memberi tahu area mana yang tidak boleh didekati, tetapi aku melihat ada beberapa orang berpakaian olahraga sekolahku yang sudah mendekati area yang mulai dalam. Sepertinya aku harus melapor ke guru.
"Sebentar, aku mau--"
Rania langsung memotong perkataanku dengan seruan keras, "Woi! Di sana sudah dalam! Nanti kalau kalian hanyut, gimana?!"
Alhasil, perkataan Rania sukses membuat perhatian tertuju ke Rania. Perhatian guru-guru juga tertuju ke murid-murid itu, membuat mereka akhirnya memutar balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
LFS 2 - Red String [END]
Fantasy[Little Fantasy Secret 2] Alenna mungkin terlihat seperti anak SMP kebanyakan, kecuali satu hal yang membuatnya istimewa; Alenna bisa melihat benang merah takdir. Namun Alenna tidak menganggapnya sebagai anugerah yang berarti. Mendapat peringkat per...