Third

1.9K 322 81
                                    

Jimin berpikir bahwa jam tidurnya mungkin sangat kurang. Terbukti dari badannya yang terasa remuk, namun mata masih begitu enggan untuk terpejam.

Setelah enam hari bertugas di udara, berpasangan dengan Kapten senior yang menjadi idola, Jimin merasa energi-nya terkuras habis.

Namjoon itu keras. Lebih keras daripada Taehyung, malah. Dan setelah menghabiskan nyaris satu minggu penerbangan bersama Namjoon, Jimin langsung tahu, darimana asalnya sifat Taehyung yang dulu begitu manis, mendadak berubah drastis bagaikan batu. Jimin menduga bahwa Namjoon pasti berperan banyak dalam mengubah karakter pemuda tersebut.

Mengetahui bahwa ternyata Namjoon adalah sepupu Taehyung, Jimin tidak menyesal sama sekali. Ia malah senang bisa belajar banyak dari Kapten tampan dengan empat garis pangkat bersulamkan benang emas tersebut. Setidaknya sekalipun saklek, Namjoon sudah mengakui kelihaian dan kecekatannya dalam memantau mesin dan mengurus navigasi. Itu jelas kebanggaan tersendiri bagi sang pilot junior.

Seraya melakukan sit-up di atas tempat tidur, Jimin berpikir kembali. Ia memandang ke arah langit-langit dan membiarkan dirinya memikirkan tentang Taehyung. Kata-kata serta ekspresi kecewa pemuda itu seminggu lalu masih membekas dalam ingatan Jimin.

Bagaimana ia meminta Jimin untuk tidak lagi mengungkit masa lalu

Bagaimana ia meminta Jimin untuk tidak lagi ikut campur dalam kehidupannya

Bagaimana ia masih sangat ingin menampar dan memukul Jimin, setelah apa yang pria itu lakukan padanya

ーdan pipi Jimin pun akhirnya berkedut tanpa sebab.

Lelah melakukan sit-up, Jimin menggeram rendah dan membanting tubuh di atas ranjang. Deru napas dan bekas tekanan pada perut membuatnya terengahーJimin ingin minum, namun terlampau malas untuk beranjak keluar kamar.

Pada akhirnya ia hanya bisa memaksakan mata agar terpejam, membiarkan hembusan air conditioner menenggelamkannya dalam buaian menyejukkan, sampai akhirnya setengah jam terlewati begitu saja, dan Jimin tertidur pulas.

Di alam mimpinya, Jimin kembali terbayang wajah merah Taehyung kala itu, yang begitu menggoda dan galak di waktu yang bersamaan.

.
.
.

"EmmgggーJ-Jim! Wait, di luar adaーhnnghー! B-brengsek, LEPASIN!!"

"Tae...? Kau kah itu yang sedang didalam kamar mandi? Hei, Kim Taehyung? Kubuka pintunya, ya?"

"Ja-jangan, Hyuー!!"

"Taehyung? Jimin?! Astaga Tuhan, apa yang kalian lakukan?!"

"H-Hoseok-hyung? Duh, lepasーlepaskan aku, Jim! Aissh! Hyung! Hyung, tunggu! Ini tidak seperti yang kau pikirkan! HYUNG!!"

"Ck, apalagi Tae? Sudahlah, lanjutkan saja kegiatanmu. Pantas tidak bisa ditelepon belakangan ini. Ternyata Jimin benar, kau mungkin sudah bosan denganku."

"Hah?! Maksud Hyung apa sih?? Astaga Hyung, tadi aku serius hanya sendirian, dan tiba-tiba saja Jiminー"

"Naikkan dulu risleting celanamu, Tae, dan maaf karena mungkin aku selalu mengekangmu selama ini. Kau... kau kembalilah, bersenang-senanglah dengan Jimin."

"Lho, Hyung? Mau ke mana? Duh! HOSEOK-HYUNG!! JANGAN PERGI!! HYUNG!! YAAH! TOLONG DENGARKAN PENJELASANKU DULU!!"

.
.
.

Shirushi [シルシ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang