Sixteenth

1.3K 219 49
                                    

Jimin masih betah memandang pintu yang tertutup seiring dengan kepergian Taehyung pagi-pagi buta. Sentuhan ringan pria Kim pada pipi dan tangannya membuat Jimin termenung oleh sisa-sisa rasa bersalah.

Taehyung sungguh terlampau baik, datang hanya untuk memintanya tetap bergabung bersama BangtanAir, mengalahkan egonya sendiri yang sebenarnya masih kesal dengan apa yang telah sang senior lakukan.

Percakapan ringan yang terjadi setelahnya, permainan menyenangkan dari game konsol yang mereka mainkan sampai lupa waktu, tawa berat yang mengalun dari bibir kemerahan Taehyungーsemua sungguh menjadi memori yang membuat excitement di hati Jimin meluap-luap tidak terkendali.

Taehyung memaafkannya, dan Jimin merasa sangat beruntung sudah mengenal malaikat indah itu dalam hidupnya.

Selanjutnya yang Jimin lakukan adalah melangkah pelan menuju ruang tamu, menghirup peninggalan aroma tubuh Taehyung yang masih menguar lembut dalam ruangan, dan seketika tersadar akan sesuatu.

Apa yang sudah ia pikirkan? Secepat ini kah ia berpaling dari Min Yoongi?

Lelaki itu mengerang rendah dan memejamkan kedua matanya perlahan.

Akan lebih mudah bagi Jimin sebenarnya jika ia langsung tidur dan melupakan semua. Tapi kenangan masa lalu akan manisnya bibir Taehyung, bagaimana wajah itu berkerut kesal saat Jimin menyentuh tubuhnya jengkal demi jengkal, bagaimana telinganya memerah malu kala Jimin berbisik sensual di telinganyaーsemua berserakan kembali dalam ingatan Jimin bagaikan kepingan kaca. Begitu bening, begitu jelas, namun juga beresiko untuk menorehkan kembali perjalanan kelamnya, bagaimana ia menyakiti pria tersebut.

Lantas Jimin segera membuka mata dan menampar pipinya sendiriーastaga Tuhan, kenapa ia tidak bisa mengontrol diri untuk tidak terlampau sering memikirkan Taehyung belakangan ini?

Tidak berminat untuk tidur, Jimin memutuskan untuk membereskan saja kotak donat yang menumpuk di atas meja. Cangkir susu dan kaleng-kaleng soda miliknya dan Taehyung juga harus segera disingkirkan, agar tidak berpotensi menyimpan bau dan kuman di dalam ruang. Lalu Jimin mengumpulkan tisu-tisu bekas, mengangkut segala kotoran bekas 'lembur' mereka menuju dapur dan melemparnya ke dalam kotak sampah.

Setengah jam kemudian Jimin sudah berdiri kembali di ruang tengah, merenggangkan leher dan memutar bahunya yang terasa pegal. Sesuatu yang berkilat saat ia hendak duduk membuatnya sadar bahwa jam tangan milik Taehyung tertinggal di atas sofa, separuh tertutup oleh bantal. Jimin ingat, Taehyung memang sempat membuka jam tangan miliknya saat ia meminta ijin pada Jimin untuk membasuh wajah di kamar mandi. 

Maka segera di ambilnya jam tangan itu dan Jimin langsung berinisiatif untuk mengembalikannya pada Taehyung secepatnya. Siapa tahu mau dipakai oleh yang bersangkutan hari ini juga.

[Hyungie-ah, jam tanganmu tertinggal di atas sofa. Kukembalikan sekarang, ya? Kau tidak ada acara, kan?]

Setelah selesai mengirimkan pesan singkat yang ditujukan untuk Taehyungーhasil segala bujuk rayu agar pria manis itu mau memberikan nomor ponselnya semalamーdengan segera Jimin mengambil jaket, mematikan seluruh lampu ruangan dan berjalan menuju lift.

.
.
.

"Park Jimin? Kebetulan sekali."

Mendengar namanya dipanggil sesaat setelah lift yang mengantarkannya tiba di lobi, Jimin segera menoleh dan menemukan Han Seungyeon sudah berdiri anggun di depan meja resepsionis. Senyumnya cantik seperti biasa, dengan balutan jeans ketat hitam dan kemeja merah muda pas badan yang membuat mata Jimin mendadak segar. Wanita itu langsung berlari menghampiri Jimin yang terdiam untuk beberapa saat.

Shirushi [シルシ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang