ーwarningー
.
.
."Taehyung?"
Masih tetap diam, Taehyung menggigit bibir. Bola matanya merebak basah tanpa diduga, Jimin panik sendiri jadinya.
"Hei? Kenapa nangis?" Diraihnya tubuh Taehyung dalam pelukan hangat. Dentuman di dada lelaki itu bahkan bisa Jimin rasakan.
"Taehyung-ah...sudah, sudah, jangan nangis. Jangan dipaksa kalau memang yang ingin kau katakan justru menyakitimu..."
Taehyung menggeleng kencang, mencoba memberitahu dengan tubuhnya kata-kata yang tidak mampu ia ucapkan. "T-tidak, Jim. Bukan itu maksudku. A-aku..."
Jimin mengusap kelopak mata Taehyung. Sabar dan tidak menuntut lelaki manis tersebut mencurahkan isi hatinya.
"Aku sayang padamu, Jim..." ucap Taehyung penuh perasaan.
Bagai tersengat arus listrik dengan voltase tinggi, mata Jimin melebar kaget. Ia pikir ia berhalusinasi, tapi tangis Taehyung yang sekarang, serta senggukan pria itu, sungguh bukan khayalan. Mungkinkah benar apa yang ia pikirkan selama ini? Bahwa Taehyung sebenarnya memiliki perasaan sama?
Jimin tidak mau besar kepala. Ia berdeham kecil dan tersenyum gugup. "A-aku juga sayang padamu, Taeー"
"Bukan!!" potong Taehyung segera. Jimin salah tangkap, dan Taehyung harus meralatnya sebelum Jimin berpikir lebih jauh. "Bukan sayang yang seperti kau pikirkan, Jim. Bukan sayang yang seperti...teman? Duh. Akuーaku menyukaimu sama seperti kau menyukaiku. Aku..."
"...jatuh cinta padaku?"
Diam sejenak, kemudian tangis Taehyung meledak. Ini memalukan tapi Taehyung sungguh tidak bisa lagi menahannya. Mau sampai kapan ia membohongi perasaannya sendiri? Mau sampai kapan ia membuat Jimin menunggu?
"M-maaf Jimin, maafkan aku..." isak Taehyung yang kini membenamkan wajah pada fabrik lembut beraroma cotton milik Jimin. "Aku tahu aku egois. Membuatmu menunggu, tapi sendirinya terus memberi harapan. Aku takut Jim, aku cuma seorang penakut yang trauma untuk sakit hati lagi. Takut kejadian dulu terulang kembali. Seperti kau yang mempermainkanku, seperti Hoseok-hyung yang meninggalkanku begitu saja..." tangis Taehyung menggores hati Jimin tajam,
"aku tidak tahu harus bagaimana kalau luka ini tidak kunjung sembuh..."
Jimin berusaha mengangkat wajah Taehyung, tapi Taehyung menolak. Malah semakin meremas kuat kaus bagian punggung Jimin. Meluapkan semua emosinya dalam bentuk tumpahan air mata.
Taehyung sudah mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa hubungan mereka akan baik-baik saja, memberi tahu hatinya bahwa Jimin tidak lagi seperti yang dulu. Setelah semua yang ia jalani bersama Jimin, mengenal pria itu lebih dalam, ia tahu Jimin yang sekarang tulus mencintainya.
Apalagi yang harus ia takutkan?
Tapi rupanya luka yang ditorehkan Jimin sudah benar-benar membuat hatinya cacat. Tidak main-main. Taehyung menjadi sangat penakut, pengecut, penyangkal, sampai-sampai ia juga tanpa sadar menyakiti hatinya sendiri.
"Aku mencintaimu, Jim. Akuーsangat," Taehyung terbata, "tolong bantu aku, tolong bantu yakinkan hatiku bahwa kita akan baik-baik saja. Bahwa kau serius padaku..."
"Ssshh, Sayang...sshhh..." Jimin mengecup helaian halus mahkota Taehyung, tidak bisa mengekspresikan lagi bagaimana bahagianya dia sekarang. "Aku sedang berusaha meyakinkanmu, tapi aku tidak ingin kau mengatakannya karena paksaan. Aku sungguh tidak bermaksud memaksa. Kalau kau masih butuh waktu untuk memikirkan, dengan senang hati akan kuberikan waktu sebanyak mungkin padamu. Tapi tolong jangan begini, jangan sakiti perasaanmu sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shirushi [シルシ] ✔
FanficJimin felt the proofs that they were connected when he held on tightly to Taehyung's warmth, ーbut then, he choose to neglect it. #minv #topjimin #bottomtaehyung #hurt #romance #fiction