Taehyung merasakan mual pada dinding-dinding perut saat lift yang mengantarnya tiba dilantai di mana ia tinggal.
Hentakannya ketika berhenti tidak terlalu keras, namun cukup untuk memberikan sinyal kepada Taehyung bahwa isi perutnya ingin segera dikeluarkan. Oleh karena itulah si pemuda segera berlariーdan tinggal lima kamar lagi sampai Taehyung dapat tiba di kamarnya, kalau saja ia tidak menabrak seseorang yang mendadak muncul dari arah belokan.
"Ouch!"
Taehyung menjerit, nyaris terpental ke samping. Beruntung satu tangan kokoh segera menarik lengannya hingga Taehyung batal mencium lantai. Seluruh indera Taehyung berpacu cepat, ia berpikir apa jadinya kalau ia sampai terpental dan terjatuh. Pasti bokongnya akan terasa sakit. Belum lagi perutnya sedang bergemuruh sekarang.
Merasa genggaman pada tangannya mengendur, Taehyung mengambil kesempatan itu untuk mundur selangkah dan mencoba menyeimbangkan tubuh. Bibirnya membuka guna mengucapkan sesuatu, yang sayangnya dipotong langsung oleh pria asing yang ia tabrak barusan.
"Kau...tidak apa-apa, kan?"
Taehyung mengerjap pelan, membalas tatapan mata hitam sang pria. Manik itu begitu bulat dan jernih dan Taehyung tersadar bahwa jarak mereka sungguh terlampau dekat.
Taehyung berdeham kecil dan membenahi kaus bagian bawah yang sedikit tersingkap. Agaknya ia malu jika ketahuan tengah terperangah.
"Ah, aku tidak apa-apa. Terimakasih sudah memegangku sehingga aku tidak terjatuh. Seharusnya aku yang bertanya padamu, kau tidak apa-apa? Aku menabrakmu cukup kencang tadi."
Pupil mata lelaki di depannya berbinar saat ia tersenyum. Gigi putihnya yang tertata rapi dan terlihat lucu mengingatkan Taehyung akan seorang fotografer ternama yang karyanya pernah terpampang pada papan pengumuman akademi, dulu.
"Aku baik-baik saja. Dan syukurlah kalau kau juga tidak apa-apa," ujarnya penuh kelegaan. Rambut cokelat lelaki itu sedikit berantakan, tampaknya memang sengaja tidak disisir. "Apa kau sedang sakit? Wajahmu sampai pucat begitu. Mana keringatan juga."
Taehyung meringis. Ucapan pria berhelai cokelat kembali mengingatkan Taehyung pada rasa mual yang menyerang perut. Setengah mati ia berusaha menekan sakit dengan memegang perutnya.
Ini semua gara-gara treadmill, perut yang kosong,
dan juga si tampan Hoseok.
Taehyung merutuk dalam hati. Hah sial, kalau saja dari tadi malam tidak galau-galauan karena mau bertemu mantan.
"Um, akuー"
Bola mata Taehyung membola begitu dirasakannya gas dari perut berdesakan keluar ketika ia berbicara.
Oh, oh, jangan sekarang...
Taehyung menelan ludah, segera menutup kembali mulutnya dengan kedua tangan.
"Kau kenapa?"
Di saat Taehyung kebingungan, antara ingin mengucapkan terimakasih atau pergi begitu saja, dorongan isi perut semakin menjadi-jadi, membuat Taehyung terpaksa memuntahkan isinya ditempat, bersamaan dengan pekikan panik dari pria asing di depannya.
"Lhoーhei! Astaga Tuhan, ada apa denganmu?!"
.
.
.Jeon Jeongguk terduduk manis di atas kursi kerjanya. Sebuah kamera model DSLR dengan sensor medium format diletakkan persis dihadapan, namun Jeongguk rupanya lebih fokus pada pena dan sebuah buku note yang ia pegang sedari tadi.
Seraya mendengungkan sebuah nyanyian, di atas putihnya lembaran kertas ia mulai menuliskan sesuatu,
1. Nama : Kim Taehyung
2. Usia : jalan 26 tahun
3. Informasi lain :
KAMU SEDANG MEMBACA
Shirushi [シルシ] ✔
FanficJimin felt the proofs that they were connected when he held on tightly to Taehyung's warmth, ーbut then, he choose to neglect it. #minv #topjimin #bottomtaehyung #hurt #romance #fiction