Bukannya Taehyung yang menarik Jimin, kini giliran Jimin yang antusias menyeret Taehyung untuk berbicara berdua di restroom pria. Taehyung sendiri sibuk menundukkan kepala dalam-dalam, malu karena tidak mendeteksi keberadaan Seungyeon dan Yeonjun sebelumnya. Mendadak ia merasa begitu tolol dan Jimin tidak henti-hentinya tersenyum melihat tingkah lucu Taehyung yang menggemaskan. Ingin lepas menertawakan, tapi Jimin tidak tega melihat mendung di wajah Taehyung.
"Oh, ayolah Tae, bukankah kau yang begitu antusias mengajakku berduaan di restroom? Kenapa tiba-tiba jadi kusut seperti ini?"
Ingin rasanya Taehyung memaki Jimin dengan semua perbendaharaan kata kebun binatang yang ia tahu. Saat pria itu menutup pintu restroom, Taehyung sedikit lega menemukan keadaan restroom begitu sepi. Hanya ada aroma lavender yang mengisi ruang, kini Taehyung mulai bisa mengangkat wajahnya sedikit demi sedikit.
"Kenapa kau tidak bilang sih kalau ada orang juga di dalam??"
"Lho, kau sendiri yang main tarik-tarik saja tadi. Masa orang sebesar Yeonjun dan Seungyeon-noona tidak kelihatan di matamu? Ini masih pagi lho, Hyungie-ah. Jangan bilang kau masih mengantuk sebenarnya."
Taehyung mendengus kesal. Ia menyentak pelan tangan Jimin dan berjalan menuju wastafel guna menghilangkan bekas cengkeraman tangan pria itu. Alis Jimin berkerut tersinggung melihat tindakan Taehyung.
"Bisa tidak kau berhenti menyakitiku dengan hal seperti itu?"
"Hal seperti itu?" Taehyung balas bertanya, memandang Jimin dari pantulan cermin di depannya, "seperti apa, maksudmu?"
"Seakan aku menjijikkan sampai-sampai kau alergi padaku? Harus ya setelah kupegang terus langsung cuci tangan?"
Bola mata Taehyung berputar malas. Baginya reaksi Jimin terlalu berlebihan. Jimin melipat tangan dan bersandar di depan bilik toilet, menunggu penjelasan Taehyung lebih lanjut.
"Kau membuatku kesal, Hyungie-ah," sambungnya lagi.
"Ah, maaf?" Segera Taehyung berbalik, ikut melipat tangan di depan dada dan menatap Jimin tepat di manik mata. "Kesal katamu? Seharusnya aku yang bilang begitu, Jimin-ah. Aku yang kesal padamu. Aku yang seharusnya marah padamu. Kau itu brengseknya kapan hilangnya, sih? Brengsek kok dipelihara. Kenapa seenaknya saja memberikan nomor kamarku pada Hoseok-hyung? Maumu apa sebenarnya?"
Jimin menaikkan kedua alisnya, sedikit terkejut. Reaksi dan kata-kata Taehyung sungguh di luar perkiraan, Jimin pikir Taehyung justru akan berterimakasih padanya karena sudah mempertemukannya kembali dengan Jung Hoseok. Tidak Jimin sangka juga Hoseok akan datang menemui Taehyung secepat itu. Bukankah kemarin ia bilang hanya ingin mengunjungi klien di Seoul? Atau mungkin ada rencana lain Hoseok yang tidak Jimin ketahui?
"Dia mendatangimu? Jadi alamat yang diberikan Namjoon-hyung itu benar?"
Mata Taehyung sontak melebar. Umpatan demi umpatan langsung bermunculan dalam hati. Tuhan, beranikah ia mengutuk kakak kesayangannya itu sekarang? Rasanya kepala Taehyung ingin meledak saat ini.
"Namjoon-hyung yang memberikan alamatku padamu?"
"Siapa lagi?" Jimin berdecak. Sedikit menyesal kenapa ia tidak langsung menemui Taehyung setelah mendapat nomor kamar pria itu dari Namjoon. Jimin merasa berdosa sudah meragukan Kapten tampan tersebut. Salahkan Namjoon dan keprotektifannya pada Taehyung sampai Jimin berpikir bahwa dia sedang dikerjai oleh si senior.
"Jeongguk mana mau memberi nomor kamar tanpa seijinmu. Minta nomor ponselmu saja susahnya setengah mati."
Taehyung kemudian menggelengkan kepalanya lemas. Ia sempat berpikir apakah sebaiknya ia melarang Namjoon untuk memberitahukan apapun tentangnya pada Jimin, tapi pasti nanti Namjoon mengira yang tidak-tidak. Malah bisa berbuntut runyam, menurutnya. Lalu dengan wajah frustasi karena terlalu banyak hal mengejutkan yang terjadi beberapa hari belakangan ini, Taehyung hanya bisa memikirkan bagaimana cara menjauhkan diri dari Hoseok secara baik-baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shirushi [シルシ] ✔
Fiksi PenggemarJimin felt the proofs that they were connected when he held on tightly to Taehyung's warmth, ーbut then, he choose to neglect it. #minv #topjimin #bottomtaehyung #hurt #romance #fiction