Outroduction

1.5K 186 136
                                    

.
.
.

Kim Yugyeom menyelinap masuk ke dalam ruang kerja Jeongguk, bermaksud memberikan sahabatnya itu kejutan kecil-kecilan. Terakhir mereka bertemu adalah dua tahun lalu, saat Jeongguk sudah berhasil meraih gelar Master in Architecture-nya, sedangkan Yugyeom baru saja merampungkan kerja prakteknya di luar kota.

Jadi sebagai ucapan terima kasih atas delapan tahun persahabatan mereka, Yugyeom tidak keberatan repot-repot terbang dari Kanada ke Seoul, sekadar mencari informasi di mana Jeongguk mendirikan biro konsultan arsitektur-nya sekarang.

Sejauh Yugyeom melangkah, semuanya masih seperti yang dulu.

Dalam ruangan, penuh sketsa di mana-mana. Jeongguk memang suka menggambar sketsa, sketsa tangan, lebih tepatnya hitam putih, dan Yugyeom ingat betul bagaimana kondisi kamar Jeongguk waktu kuliah. Ah, dan jangan lupa dengan fotografi.

Satu sisi dinding yang berada tidak jauh dari meja kerja penuh dengan foto-foto landscape, serta potret sesosok pria yang tidak asing lagi bagi Yugyeom.

Ia tersenyum, sedetik kemudian dahinya terlipat bingung.

Ini anak, masih belum bisa move on, rupanya?

Yugyeom melangkah semakin dekat pada dinding, berusaha meyakinkan lagi apa yang baru dilihatnya.

Ini Kim Taehyung, kan?

Tetangga rupawan berstatus pilot, yang membuat Jeon Jenius Jeongguk tergila-gila padanya. Mereka memang tidak saling mengenal, karena Yugyeom hanya mengetahui Taehyung dari cerita-cerita Jeongguk. 

Tapi sejauh yang Yugyeom tahu, Taehyung itu sudah punya kekasih. Sama-sama pilot juga. Kakak kelas Jeongguk, malah. Bahkan Jeongguk sendiri yang terakhir cerita, keduanya memutuskan untuk bertunangan.

Apa jangan-jangan putus, ya?

"Yugyeom-ah? Sejak kapan kau balik ke Seoul?"

Tersentak kaget, Yugyeom menoleh ke arah sumber suara. Di sana ada Jeongguk yang berdiri tegap, dengan gulungan kertas berukuran A2 di tangan kiri, dan satu cangkir berisi latte panas di tangan kanan. Senyum di bibirnya merekah indah. Yugyeom mendengus kecil melihatnya.

"Baru saja. Langsungan dari bandara. Masih belum bisa pindah ke lain hati, huh, Jagoan?"

Tawa renyah berkumandang dari bibir Jeongguk. Ia berjalan mendekat, menepuk pundak Yugyeom dan memberi sahabatnya itu pelukan hangat.

Yugyeom balas memeluknya erat.

"Jadi, apa yang kulewatkan di sini?"

"Hm?"

"Kau tidak sedang berusaha untuk merebut tunangan orang, bukan?"

Jeongguk berdeham. Wajahnya mendadak muram.

"Aku...tidak bermaksud begitu. Aku menghormati Jimin-hyung, sebagaimana dia yang sudah kuanggap kakakku sendiri. Kau kan tahu itu."

"Lalu," Yugyeom mengedik penasaran ke arah foto-foto Taehyung, "bisa jelaskan hal di sana untukku?"

Jeongguk membeku. Sekilas pandang, Yugyeom mendapati manik hitam itu berkaca-kaca. Ia baru akan membuka mulut saat Jeongguk lebih dulu bersuara,

"Aku tidak ingin dibilang tukang ambil kesempatan dalam kesempitan sebenarnya, terlebih di saat Taehyung masih berduka seperti sekarang. Tapi kurasa, hanya aku yang bisa menyembuhkan luka di hati Kim Taehyung, setelah ia harus merasakan apa itu kehilangan untuk yang kedua kali."

"Jeonggukie, kau...bercanda kan? Kehilangan? Maksudmu, putus atau gimana nih?"

Kepala Jeongguk terjatuh lemas. Yang Yugyeom dengar selanjutnya adalah isakan tangis, begitu rapuh sampai-sampai hatinya turut merasa perih.

Bukan. Ini pasti bukan sekedar putus. Kalau mereka putus, Jeongguk tidak akan sehancur ini.

Karena Yugyeom tahu, Jeongguk sangat menyayangi Park Jimin.

"Jeongguk-ah..."

"Jimin-hyung..." napas Jeongguk tertahan saat ia berbicara, "dia sudah pergi, Yugyeom-ah. Dan dia menitipkan Taehyung padaku. Cedera di kepalanya, ternyata bukan hanya cedera minor."

_fin

[Faicentt, 22 Juni 2019]

Shirushi [シルシ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang