🍀 8°

177 13 0
                                    

Nasha saat ini masih sibuk berkutat dengan tugas kuliahnya. Setelah diantar Ditya pulang, ia memutuskan menyibukkan diri.

"Kak, lo di dalem, kan?" tanya Ardhan dari luar kamarnya.

"Masuk, Dek."

"Gue ganggu nggak?"

"Nggaklah. Gue cuma ngerjain makalah doang ini," sahut Nasha tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop. Ardhan duduk di samping ranjang Nasha, sedangkan Nasha posisinya tiduran.

"Lo utang penjelasan sama gue tadi loh," ucap Ardhan. Nasha menoleh lalu tersenyum.

"Gue bingung mau jelasin dari mana."

"Cerita dari awal aja."

"Dengerin gue baik-baik, ya?" Nasha mengubah posisi menjadi duduk.
"Jadi, gue udah punya pacar. Umur gue sama dia cuma selisih sekitar 3 atau 5 tahunan di atas gue. Dia orang yang gue tabrak waktu itu," jelas Nasha.

"Kak, lo nggak salah pacaran sama dia? Terus kenapa lo nggak ajak ke rumah?" tanya Ardhan penasaran.

"Gue sayang sama dia, Dek. Dia juga baik dan pengertian ke gue. Dan sebenernya gue mau ajak dia ke rumah, tapi dia masih sibuk."

"Gue kira lo pacaran sama Daniel."

"Nggak mungkin. Gue sama Daniel udah cocok sebagai sahabat. Nggak lebih dari itu," elak Nasha.

"Kak, apa pun itu, lo harus terbuka ke gue. Gue sayang sama lo, ya meskipun kita selalu berantem. Tapi itulah gue, gue cuma nggak mau lo sampe disakiti sama cowok kayak masa lalu lo lagi. Gue akan lindungi lo dari cowok-cowok brengsek yang coba nyakitin lo," ucap Ardhan sambil menatap kakaknya yang mulai berkaca-kaca.
"Makasih. Lo adek gue yang baik. Gue juga sayang sama lo. Gue janji bakalan cerita apa pun. Gue percaya sama mas Ditya, dan gue sayang dia," ucap Nasha sambil terisak haru.

"Tapi lo nggak macem-macem, kan, sama dia?" tanya Ardhan.

"Nggaklah!" elak Nasha cepat.

Ardhan terkekeh, lalu mengusap air mata Nasha.

"Udah dong. Cengeng banget, sih! Terharu lo sama ucapan adekmu yang tampan ini?" ledek Ardhan, itu membuat Nasha melotot dan mencubit perut adiknya.

"Aw! Sakit, Kak. Tangan lo merusak perut sexy gue tau!" ucap Ardhan kesal.

"Lo sih, gue lagi sedih bahagia malah diledekin."

"Iya, iya, maaf. Sini gue peluk biar sedihnya ilang." Ardhan menarik Nasha ke pelukannya.

Nasha tersenyum di pelukan adiknya yang membuat dirinya nyaman, setelah Ditya.

"Inget pesen gue, ya. Oh, lain kali ajak calon kakak ipar ke rumah. Mau gue ajak main ps."

"Iya, ntar gue bilangin. Tapi gimana sama ayah dan ibu?" tanya Nasha.

"Mereka pasti dukung lo kayak gue, Kak. Tenang aja," ucap Ardhan meyakinkan.

"Makasih. Udah sana, gue mau lanjutin tugas gue."

"Lo ya, kebiasaan deh. Tapi karena mood gue baik, jadi gue maklumin." Ardhan berdiri dari ranjang dan mencium kepala Nasha.

"Iya udah, daaaa," ucap Ardhan menuju pintu dan pergi. Nasha tersenyum bangga. Ia bersyukur mempunyai adik yang mengerti dirinya. Meskipun Nasha adalah kakak, namun sifat manjanya terkadang membuat Ardhan harus bisa berganti posisi dari statusnya sebagai adik menjadi kakak untuk Nasha.

✴✴✴✴

Paginya, Nasha berangkat kuliah bersama Ardhan. Jarak rumahnya ke kampus tidak terlalu jauh. Jadi mereka sampai dengan cepat dan Ardhan langsung memarkirkan motornya.

Calon Pendamping Masa Depan (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang