Dua tahun kemudian.Tepat hari wisuda yang dilaksanakan hari ini, Ardhan telah siap dengan toganya. Ia tampak gagah, senyumnya juga mengembang bahagia. Ia akhirnya merasakan kebebasan dan bangga atas pencapaiannya selama 4 tahun kuliah. Hari ini ia akan menyandang gelar yang diidam-idam.
Semua keluarga telah datang, dan sedang duduk di bangku yang tersedia. Satu persatu wisudawan dan wisudawati dipanggil untuk naik ke panggung. Riuh tepuk tangan menggelegar memenuhi aula diadakannya acara.
Setelah acara selesai, mereka sedang menikmati sukacita saling memberikan selamat dan pelukan. Tak terkecuali Ardhan yang sangat terharu sampai air matanya menetes. Reni memeluk putranya dengan erat sambil memberikan beberapa nasihat, begitu juga Gunawan yang bangga melihat putranya lulus dengan nilai terbaik.
Tiara juga datang membawa sebuket bunga yang langsung diberikan untuk kekasihnya. Ciuman di kening, Ardhan berikan pada Tiara sebagai tanda terima kasih."Uncle Aldhannn!" teriak bocah kecil itu seraya berlari ke arahnya.
"Halo, jagoan Uncle." Ardhan memberikan ciuman gemas pada anak lelaki itu berkali-kali. Anak itu adalah ponakannya, sekarang telah berumur dua tahun. Namanya adalah Kavatra Arion Wijaya anak dari Nasha dan Ditya.
"Selamat Adek, kerja bagus untuk hasil yang memuaskan." Nasha memeluk adiknya dan memberikan ciuman sayang di pipi Ardhan.
"Thanks Kak, gue sayang banget sama lo," balasnya. Ditya pun memberikan ucapan pada adik iparnya itu.
"Banggain mereka lebih dari ini," ucap Ditya diangguki Ardhan.
"Pasti, Mas!" balasnya mantap.
Panggilan Kavatra membuat semua menoleh pada anak itu."Uncle wisuda itu apa, sih?" tanyanya dengan bahasa yang masih amburadul.
Ardhan tampak berpikir sebelum menjawab. "Wisuda itu artinya selesai sekolah dan mendapat penghargaan, Sayang." Tampak Kavatra manggut-manggut. "Udah tau sekarang?" tanya Ardhan lagi.
Kavatra menggeleng lucu. "Nggak ngelti, Uncle." Semua yang melihat bocah itu tertawa gemas.
Ardhan mencubit pipi tembam Kavatra itu dengan gemas, lalu menciumnya.
"Uuh ... jagoan Uncle lucu banget. Gemes tau nggak." Kavatra yang dicium mencoba menghindar karena kegelian.
"Udah Uncle. Geyi Kaka," ucapnya.
Nasha terkikik sambil menghentikan kejahilan adiknya itu.
"Udah dong Uncle, kasian Kaka kegelian loh," lerainya lalu mengambih alih Kavatra ke gendongannya. "Sini Sayang, sama Bunda. Uncle mau ketemu temennya dulu." Bocah itu mengangguk lalu menyambut pelukan sang Bunda.
"Kalau gitu aku ke sana dulu ya. Mau salamin yang lain," pamit Ardhan. "Ayo, Ra. Ikut aku."
"Kami tunggu di sini aja," ucap Reni. Sambil menunggu Ardhan, mereka duduk bersantai di salah satu bangku tepat di bawah pepohonan yang rindang. Sedari tadi Kavatra sibuk mengoceh, hingga membuat kakek dan neneknya tertawa gemas, tak terkecuali Nasha dan Ditya.
"Liat nih Kavatra jadi cerewet kayak kamu, Sayang," bisik Ditya sambil melirik pada Kavatra yang dipangku oleh kakeknya.
Nasha tergelak. "Mau gimana lagi Mas? Emang anak aku kok. Tapi dia lucu kalau lagi ngoceh gitu," tunjuk Nasha.
Satu ciuman mendarat di pipi Nasha.
"Mas, ini tempat umum. Main nyosor aja," tegurnya.
"Pengen Sayang," bisik Ditya dengan nada menggoda. Nasha langsung menjewer telinga suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Pendamping Masa Depan (Complete)
RomanceHanya sebuah kata yang dirangkai menjadi kalimat menghasilkan paragraf dan disusun menjadi sebuah cerita sederhana dan ringan konflik. Berfungsi sebagai hiburan semata. Cerita ringan, biasa aja dan nggak macem-macem kok. Tapi... (Cuma satu macem aj...