Enam bulan kemudian.
Nasha dengan semangat mengikuti kelas pagi ini. Ia tampak ceria, tentu saja terlihat dari wajahnya yang memancarkan aura tak biasa.
"Senyum bae. Udah dong, disangka gila lo, Sha," ucap Daniel menggelengkan kepalanya.
"Gue seneng, bentar lagi bakal nyusun skripsi."
"Iya, gue tau. Tapi kondisikan juga kali. Dari tadi lo diliatin noh." Daniel menunjuk sekeliling kantin. Mereka saat ini berada di kantin, setelah kelas selesai.
"Bodo amat. Yang penting gue pengen cepet wisuda," ucapnya antusias. Daniel hanya bisa terkekeh.
"Pesen apa?" tanya Daniel.
"Hmm...." Nasha mengetuk-ngetuk telunjuknya di dagu.
"Elah, lama. Cepetan."
Nasha hanya nyengir. "Mie ayam sama es teh manis aja." Daniel mengangguk dan memesan makanan.
"Nih. Makan dulu." Daniel membawakan makanan Nasha dan dirinya. Mereka mulai makan dengan semangat. Saking semangatnya Nasha makan, bibirnya sampai belepotan oleh sisa-sisa minyak dari mie ayam tersebut.
"Ni bocah, anggun dikit ngapa kalo makan. Belepotan nih." Daniel mengelap sudut bibir Nasha dengan tangannya. Nasha hanya tersenyum.
"Ekhem."
"Woi, Dhan. Ke mana aja lo?" sapa Daniel saat Ardhan baru datang.
"Sibuk gue. Apa kabar, lo?" tanya Ardhan balik.
"Baik, Bro! Eh, liat noh. Kakak lo, makan kayak bocah."
"Emang begitu dia. Malu-maluin," ejek Ardhan.
Nasha melotot. "Kalian kalo ngomong gitu banget," sahut Nasha kesal. Dua pria itu hanya tertawa.
"Mbak, mie ayam satu sama air mineral satu juga," ucap Ardhan memesan makanan. "Niel, masih tahan, kan, ngurus kakak gue di kampus?"
"Tahan nggak tahan gue. Manja banget."
Ardhan tertawa. "Sabar, Bro. Kalo di kampus gue titip dia sama lo."
"Emang gue barang apa dititip?" sambar Nasha.
"Lo, kan, suka ngilang kalo dikeramaian."
"Ya, serah deh. Semerdeka lo aja," ucap Nasha pasrah. Daniel menggelengkan kepalanya.
"Ini Mas pesanannya."
"Makasih." Ardhan langsung melahap mie ayam di depannya.
"Dek, anter gue ke kantor mas Ditya nanti ya."
"Gue nggak bisa. Ada latihan bareng tim. Sama Daniel aja."
"Haelah. Curut ini lagi."
"Eh. Mulut lo. Tampan begini dibilang curut. Nih, gue ingetin, kalo lo lupa. Tom Cruise aja kalah ganteng sama gue," jelas Daniel tak terima.
"Gile. Halu lo, Bro," ledek Ardhan.
"Tau nih. Muka pas-pasan juga," timpal Nasha.
"Tega lo bedua. Bully aja terus gue. Sakit hati Abang ini," ucap Daniel mendramatisir.
"Abang bakso? Ketoprak? Atau cendol?" tawa Nasha dan Ardhan langsung pecah. Daniel yang kesal, langsung mengunyah cepat baksonya sampai tersedak.
"Uhuk. Uhuk."
Nasha spontan menyodorkan minum pada Daniel.
"Makanya, makan tuh dinikmati. Bukannya maen telen nggak dikunyah," omel Nasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Pendamping Masa Depan (Complete)
RomanceHanya sebuah kata yang dirangkai menjadi kalimat menghasilkan paragraf dan disusun menjadi sebuah cerita sederhana dan ringan konflik. Berfungsi sebagai hiburan semata. Cerita ringan, biasa aja dan nggak macem-macem kok. Tapi... (Cuma satu macem aj...