🍀 2°

401 21 0
                                    

Ardhan berkeliling mencari kakaknya sampai pria muda itu kesal sendiri. Nasha melihat Ardhan yang kebingungan mencarinya, lalu segera menghampiri adiknya.

"Kak! Astaga, dari mana aja, sih? Kan gue udah bilang tunggu di sini," gerutu Ardhan.

"Iya, maaf," ucap Nasha menyesal.

Ardhan memperhatikan tangan Nasha yang diperban.

"Lah, itu tangan kenapa? Balik dari ngilang malah diperban," tanya Ardhan.

"Oh. Ini, tadi gue jatuh nabrak orang. Jadinya gue obatin dulu."

"Ceroboh sih jadi orang. Ayo, cari makanan, gue laper," ajak Ardhan sambil berjalan diikuti Nasha.

Mereka makan di Cafe yang tidak jauh dari bazar tadi. Mereka memesan menu yang ada dan mulai menyantap makanan dengan lahap.

"Kak, besok masuk jam berapa?" tanya Ardhan.

"Pagi jam 8."

"Kalo gitu lo naik ojek aja, ya? Gue jam 7 udah mulai."

Nasha hanya mengangguk dan masih santai mengunyah makanannya.

Tidak terasa hari mulai gelap. Mereka memutuskan pulang setelah puas berjalan-jalan.

"Beli martabak dulu untuk ayah sama ibu. Di pinggir jalan sana aja dong," pinta Nasha.

"Oke," balas Ardhan singkat dan melajukan motornya. Setelah membeli martabak mereka pulang.

"Assalamualaikum," ucap mereka serempak.

"Waalaikumsalam. Udah pulang ternyata. Ayo bersihkan diri dulu, baru makan ya," suruh ibunya.
Mereka mengangguk dan pergi menuju kamar masing-masing.

Setelah makan bersama mereka berkumpul di ruang tv. Menyaksikan acara tv yang lucu, sambil menyantap martabak yang dibeli tadi.

"Beli martabak di mana?" tanya Gunawan sambil mengunyah martabak.

"Di pinggir jalan, Yah. Enak, 'kan?" tanya Ardhan, dibalas anggukan ayahnya.

"Kak, itu tangannya kok diperban?" Reni memegang tangan Nasha yang diperban.

"Itu Bu, biasa, matanya nggak liatin jalan. Eh, nabrak orang, dia sendiri yang jatuh," jelas Ardhan mengejek.
Nasha hanya tersenyum lebar mengiyakan. Ayah dan ibunya hanya menggeleng.

"Dek, awas. Capek ini kaki gue," ucap Nasha sambil mengangkat kepala Ardhan dipangkuannya.

"Yaelah. Bentar doang Kak. Pegel nih badan, lagian adek sendiri juga pelit amat," gerutu Ardhan yang masih tidur di paha Nasha. Nasha hanya mendengkus kesal.

Gunawan berniat kembali ke kamar untuk bersiap akan ke masjid untuk solat isya, diikuti ibunya yang juga ke kamar. Tinggal mereka berdua di ruang tv. Nasha tersenyum malu mengingat kejadian tadi. Bertemu dengan pria tampan dan hm ... sungguh menarik. Ardhan yang memperhatikan Nasha bergidik ngeri.

"Kak. Jangan senyum-senyum gitu. Ngeri gue."

"Berisik!" 

"Kenapa, sih? Lagi kasmaran, ya?" goda Ardhan sambil menjawil dagu Nasha.

"Ih. Kepo banget."

"Ya ampun ini gadis, kok galak bener, sih."

"Bodo. Awas, gue mau ke kamar. Oh ya, lo punya tugas nggak?" tanya Nasha.

Ardhan menepuk jidatnya. "Oh, iya. Untung lo ingetin gue. Ya udah deh gue ngikut ke kamar. Oh ya, kalo lo lagi suka sama cowok, kasih tau gue, oke?" ucap Ardhan.

"Buat apa?" tanya Nasha bingung.

"Buat kasih tau hati-hati sama singa betina kalo lagi ngamuk," ledek Ardhan sambil tertawa dan berlari menuju kamarnya.

"Eh. Kampret lo! Untung aja adek gue. Dasar!" gerutu Nasha.

Nasha merebahkan tubuhnya di ranjang. Matanya menerawang langit-langit kamarnya. Seulas senyuman mengembang di bibirnya.

Yah, gue lupa nanya nama Mas ganteng tadi. Duh, gue jadi deg- degan gini. Idaman banget deh, udah ganteng, senyumnya itu manis banget, apalagi matanya ... Aduh melting hati ini. Boleh ngarep nggak sih? Tapi takut sakit. Gimana dong? Nasha menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

✴✴✴✴


Di sisi lain, pria yang bernama Ditya Agnibrata Wijaya sedang berada di kamarnya. Duduk di sofa sambil tersenyum mengingat pertemuannya dengan seorang gadis siang tadi. Pikirannya seolah berkelana tak tentu arah setelah bertemu dengan Nasha.

Ia sempat merutuki kebodohannya karena membiarkan gadis itu pergi tanpa menanyakan namanya terlebih dahulu.

Ditya Agnibrata Wijaya adalah seorang pengusaha yang semakin berjaya di usia masih terbilang muda. Ditya merintis usaha di bidang properti warisan dari sang ayah. Saat ini kedua orangtua Ditya tinggal di Malang, sedangkan dirinya di Jakarta. Ditya merupakan anak tunggal dan dipercaya untuk melanjutkan usaha ayahnya di Jakarta.

Ditya itu sosok pria Jawa campuran Lombok. Perawakan yang cukup tinggi dan atletis. Namun sayang, ia belum ingin mencari pendamping untuk saat ini. Tapi bukan menutup kemungkinan jika ada yang pas, ia akan mencoba menjalin hubungan yang serius.

Dan hatinya mengatakan kalau ia merasa tertarik oleh paras wanita yang menabraknya tadi. Saat menatap mata wanita itu, Ditya merasakan jantungnya berdetak tidak normal. Sangat berbeda ketika Ditya dekat dengan wanita lain.

Ditya semakin penasaran dengan Nasha. Ia bisa menyimpulkan jika wanita itu masih kuliah. Karena dilihat dari penampilannya seperti anak kuliahan pada umumnya. Kalau ditebak mungkin umurnya bisa dibilang selisih 3 atau 5 tahun di bawahnya. Tidak menutup kemungkinan, rasa tertariknya tumbuh.

Ditya berharap bisa bertemu wanita itu lagi di lain waktu, sengaja maupun tidak, itu sudah takdir. Ditya tersenyum dan beranjak menuju ranjang untuk istirahat.

✴✴✴✴


"Kak Sha. Bukain pintu bentar. Gue mau pinjam flasdisk!" teriak Ardhan dari luar sambil mengetuk pintu. Nasha beranjak menuju pintu dengan malas dan membuka pintunya. Nasha langsung menyerahkan flasdisk ke Ardhan dan langsung menutup pintu.

"Astagfirullah. Kebo banget dah kakak gue yang satu ini. Makasih!" ucap Ardhan dari balik pintu. Ardhan hanya menggelengkan kepalanya.

Ardhan selalu kesal dengan sikap kakaknya yang kadang baik, manis, manja, dan jangan lupa galak bin jutek. Dia sampai kewalahan jika kakaknya dalam mode ngamuk. Marah-marah tidak tahu sebabnya dilampiaskan ke Ardhan.

Ardhan yang dulunya kalem jadi ikutan seperti Nasha. Emosinya naik turun jika menghadapi sang kakak. Sampai ayah dan ibu  mereka ikut mengomel sambil menasihati mereka.

Ardhan sangat menyayangi Nasha. Terkadang mereka bertukar peran, Ardhan seperti abang dan Nasha adiknya. Disaat keduanya sedang dalam masalah tentang hubungan, mereka akan saling menguatkan dan berbagi cerita. Ya, mereka bahkan dikira pacaran oleh teman- teman kampusnya, karena mereka selalu bersama.

Saat di kampus, Ardhan selalu menitipkan Nasha pada Daniel, sahabat Nasha. Alasannya hanya tidak mau Nasha digoda oleh pria kurang belaian. Maka dari itu, Ardhan selalu bilang, jika Nasha memiliki hubungan dengan pria, Nasha harus melaporkannya pada Ardhan. Itu semua Ardhan lakukan karena tidak ingin kakaknya dikhianati. Jika sewaktu-waktu itu terjadi, Ardhan akan memberi pria brengsek manapun pelajaran karena berani menyakiti Nasha.

Ardhan adik yang baik, bukan? Itulah enaknya jika memiliki saudara laki-laki, bisa diandalkan. Bisa saling menjaga dan bertukar peran. Seperti Nasha dan Ardhan.

Calon Pendamping Masa Depan (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang