🍀 33°

119 5 0
                                    

Saat ini Nasha sedang sibuk dengan laptop di pangkuannya. Ia menulis naskah novel dan akan dikirim melalui beberapa majalah yang menerima karya orang lain. Sebenarnya, Nasha sudah memiliki beberapa naskah yang bisa dikirim. Namun, ia masih ragu dengan apa yang ditulisnya beberapa minggu lalu. Ia masih fokus mengetik, sesekali tersenyum mencari ide yang cocok untuk naskahnya.

Biasanya orang yang yang suka membaca otomatis suka menulis. Kebanyakan bisa disebut bahwa statement ini fakta. Meski tidak semua begitu. Karena secara logisnya, penulis itu punya berbagai macam ide yang selalu berputar-putar di kepalanya.

Apa yang mereka tulis, itulah yang mereka pikirkan dan bayangkan. Jadi tidak heran kalau seorang penulis punya imajinasi tingkat dewa. Apa yang dia lihat dalam kehidupannya, bisa saja menjadi bahan untuk karyanya.

Bahkan gelas mungkin bisa dibuat ide novel. Asal tahu itu gelas tujuannya apa. Nasha memang suka membaca, apalagi kalau novel yang genre romance dan comedy. Ia sudah memiliki banyak novel keluaran terbaru. Dari SMP ia selalu mengumpulkan uang untuk membeli novel. Sampai Ardhan selalu menasihati dirinya agar menggunakan uang dengan hemat untuk hal bermanfaat.

Nasha hanya berkata, "Baca novel itu bikin gue sehat dan ada manfaatnya. Daya imajinasi gue bisa meningkat seratus delapan puluh derajat, dalam sekali baca. Daripada gue nongki-nongki nggak jelas di luaran sana, mending ya begini" dan respon adiknya hanya mendengkus. Nasha seperti sosok idaman yang nyaris sempurna. Bagaimana tidak, selain cantik dan pintar, ia bisa masak, hobinya baperan sama novel, cerewet tidak ketulungan, manja luar biasa kalau ada maunya. Meski begitu, Nasha sosok yang mandiri. Ia tidak ingin terlalu membebani kedua orang tuanya. Ya begitulah hidupnya, bahkan Daniel sampai heran gara-gara hobinya baca novel. Ia sampai menangis, tertawa, bahkan tersipu malu tidak jelas. Saat Daniel menggodanya, ia sama sekali tidak tersipu, yang ada malahan Daniel mendapat omelan dari Nasha.

Saat jari-jarinya menari di keyboard laptop, ia mengambil ponselnya mencari nama Daniel di kontaknya.

Saat sambungan tersambung, terdengar suara ribut dari seberang telepon.

"Halo!" teriakan Daniel membuat Nasha terkejut dan spontan menjauhkan ponsel itu dari telinganya.

"Eh, somplak! Kagak usah teriak bego! Gue masih muda, kagak budek!" omelnya.

"Sorry, Beb. Gue lagi asik karaoke ini bareng temen. Kenapa?"

"Kalo nggak sibuk ke rumah gue."

"Ngapain?"

"Berantem."

"Kangen ya sama gue?"

"Udah sih, nurut aja. Gue kasih makanan nggak berbayar."

"Oke, tuan Putri. Titah tuan Putri akan saya laksanakan! Nanti deh gue ke sana, ya?"

"Ya udah. Bye."

"Bye, cantik."

Nasha melanjutkan kegiatannya, sesekali ia memeriksa setiap kata, apakah ada yang salah tulis atau tidak. Tak terasa, sudah 2 jam ia menatap laptop. Dan matanya terasa pegal. Ia menutup laptopnya, setelah menyimpan file-nya lebih dulu. Nasha berbaring di kasur sambil menatap langit-langit kamar. Entah mengapa, mengingat moment manis bersama Ditya di balkon waktu lalu, jantungnya berdetak begitu saja. Itu kali pertamanya mereka mengutarakan kalimat-kalimat seperti itu.

Calon Pendamping Masa Depan (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang