🍀 29°

121 4 0
                                    

"Ria, tolong kamu hubungi pak Adam untuk ke ruangan saya sekarang," titah Ditya lewat sambungan telepon.

"Baik, Pak."

Tak lama suara ketukan terdengar dari luar.

"Masuk."

"Pak Ditya, ada apa?" tanya pria paruh baya tersebut. Ditya tersenyum dan mempersilakan pria itu duduk.

"Saya akan pergi ke Malang untuk 3 hari. Untuk itu semua pekerjaan di sini saya minta Bapak untuk menghandle," ucap Ditya.

"Oh, begitu. Siap, laksanakan Pak. Terima kasih sudah mempercayakan saya," ucap pak Adam senang.

"Tentu saja."

"Bagaimana dengan keadaan pak Wijaya?" tanya pria itu.

"Ayah baik di sana. Ya, begitulah mereka selalu menyuruh saya cepat menikah."

Pria itu terkekeh dan sudah memaklumi Bos besarnya itu yang suka memerintah hal sulit tapi aslinya sangat baik.

"Maklumi saja Pak Ditya. Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Apalagi dalam hal menikah. Mereka ingin menikmati hari tua bersama cucu-cucunya," jelas pria itu. Ditya mengangkat sebelah alisnya.

"Anda sedang curhat? Ternyata sama saja dengan Ayah." Mereka tertawa bersama.

"Begitulah, Pak Ditya. Titipkan salam saya sama bapak dan ibu di Malang, ya?"

"Tentu saja Pak Adam. Tolong bantu doakan saya," pinta Ditya.

"Apa Anda ingin melamar kekasih Anda?" selidik Pak Adam.

"Ya, itu rencana saya," jawab Ditya santai.

"Semoga lancar. Jangan lupa undang saya," goda pria itu sambil terkekeh.

"Tenang saja Pak Adam. Undangan untuk Anda akan saya kasih spesial khusus nama Pak Adam."

"Baiklah. Saya permisi dulu."

"Iya."

Setelah pria paruh baya itu pergi, Ditya merapikan meja dan pergi dari kantor, ia berniat menemui orangtua Nasha dan meminta izin membawa anak mereka ke Malang.
Pukul 16.30 suasana kota Jakarta cukup ramai. Tapi tidak begitu macet, sehingga Ditya tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah kekasihnya.

"Assalamualaikum," ucap Ditya saat di depan rumah Nasha.

"Waalaikumsalam. Nak Ditya?"  Reni menyambut kedatangan Ditya. Ditya menyalami calon mertuanya dan berjalan masuk mengikuti dari belakang.

"Duduk, Nak. Ibu buatkan minuman dulu."

"Tidak Bu, saya ke sini ingin berbicara sama Ibu dan ayah," potong Ditya cepat.

"Oke, kalau begitu Ibu panggil ayah dulu." Ditya mengangguk dan membiarkan Reni memanggil suaminya.

"Nak, kapan datang?" tanya Gunawan.

"Baru saja Yah." Ditya kembali menyalami Gunawan.

"Ayo duduk. Ada apa?" tanya Gunawan langsung.

Ditya tersenyum. "Begini Yah, saya berencana membawa Nasha untuk ke Malang untuk bertemu dengan ayah dan bunda saya. Dan saya ke sini untuk meminta izin Ayah dan Ibu untuk mengajak Nasha."

"Oh, begitu. Berapa hari?"

"Hanya 3 hari. Itu pun bunda memaksa saya agar bisa bertemu Nasha."

Gunawan melirik ke Reni meminta pendapat. Reni hanya mengangguk dan tersenyum memperbolehkan.

Calon Pendamping Masa Depan (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang