🍀 20°

165 5 0
                                    

Nasha dan Daniel berada di perpustakaan kampus. Mereka sedang sibuk mencari materi-materi untuk bahan skripsi. Nasha sudah mengajukan beberapa judul untuk skripsinya kepada dosen pembimbing. Nasha senang karena judulnya disetujui. Dan yang harus dilakukannya adalah menambah beberapa referensi untuk menyempurnakan setiap bab skripsinya. Beruntung sekali dosbingnya orang yang menyenangkan. Jadi Nasha tidak terlalu tertekan saat berkonsultasi.

Daniel duduk di bangku dengan wajah lelah. Ia mengusap kasar wajahnya.

"Sumpah ya, gedeg  gue sama dosbing gue. Cerewetnya kelewatan banget," keluh Daniel. Nasha yang sedang berdiri di belakang Daniel memutar tubuhnya.

"Nasib lo buruk banget deh. Untung gue dibimbing pak Suwiryo. Lo tau kan orangnya sangat menyenangkan."

"Iya, lo enak bisa dapet dosen begitu. Nah gue, emosi mulu."

Nasha mengelus pundak Daniel.
"Ujian ini. Sabar, lo pasti bisa. Semangat dong!" ucap Nasha.

"Hm."

"Ish! Senyum." Nasha menarik sudut bibir Daniel agar tersenyum. Mau tidak mau Daniel pun tersenyum.

"Iya, Sayang. Ini juga senyum."

"Gue udah dapet nih bukunya. Kita makan kuy."

"Lo perasaan makan mulu deh."

"Suka aja."

"Kuy lah." Mereka pun menuju kantin untuk mengisi perut.

"Eh btw, itu si uler kagak nongol ke mana, ya?" tanya Nasha saat mereka berjalan menyusuri koridor.

"Uler apa sih?"

"Ituloh si Kayla."

"Tau! Ke laut kali," jawab Daniel asal.

"Syukur deh. Nggak perlu tarik urat lagi gue."

"Udahlah. Nggak penting bahas cewek gila itu," ucap Daniel malas.

"Niel."

"Apa?"

"Lo cari pacar gih. Nggak bosen apa ngejomblo mulu?"

Daniel menaikkan alisnya sebelah.
"Siapa bilang gue jomblo?"

"Gue, kan."

"Kan ada lo Nasha."

"Gue serius. Lagian gue juga udah punya do'i."

"Ya terus. Toh dia juga nggak tau, kan."

"Elah. Lagian nih ya, kita udah hampir wisuda loh. Masa mau tetep begini terus?"

"Iya, gue usahakan. Selow aja," jawab Daniel santai. Nasha malas berdebat dan tak ambil pusing.

✴✴✴✴


Ditya sedang berkutat dengan laptop di hadapannya. Dengan wajah serius ia sedang memperhatikan laporan yang diberikan sekretarisnya tentang beberapa kerjasama antar kolega-koleganya. Tiba-tiba pandangannya beralih ke ponsel yang berbunyi. Sebuah email masuk, Ia membukanya.

Ternyata dari sahabatnya yang seorang detektif mengirimkan data tentang mantan Nasha tempo hari. Ditya sedikit lega karena saat ini pria itu sedang berada di Singapura. Setidaknya ia tidak mengganggu Nasha, namun perlu waspada juga. Karena pria itu sangat licik.

Ditya mencari nomor Nasha dan mengirimkan pesan.

Sayang. Kamu sibuk hari ini?

Tak sampai 1 menit ponselnya bergetar.

Nggak terlalu Mas. Ada apa?

Calon Pendamping Masa Depan (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang