Nasha menoleh ke arah pintu. Senyumnya mengembang melihat dua pria yang disayanginya.
"Kak, gimana, apa yang sakit?"
"Nggak ada kok. Cuma pusing aja dikit," ucap Nasha.
"Sayang, kamu kenapa bisa begini?" tanya Ditya sambil mengusap kepala Nasha. Nasha hanya menggeleng pelan.
"Makasih ya Mas, mau dateng."
"Ardhan tadi telpon Mas. Dan langsung ke sini, Mas khawatir sama kamu."
Nasha tersenyum. "Dek, mukanya diobatin dulu."
"Nanti Kak, gue aja sampe lupa sama muka gue yang bonyok ini."
"Jelek banget," ejek Nasha.
"Astaga. Ini juga gara-gara si brengsek itu. Muka ganteng gue jadi korban," gerutu Ardhan. Nasha menatap Ditya, mereka berdua langsung tertawa.
"Seneng ya? Ketawa aja terus." Ardhan menekuk wajahnya kesal.
"Udah sih. Sini gue obatin."
"Nggak, yang ada tambah lo bejek-bejek nanti. Gue mau cari dokter cantik aja yang sukarela ngobatin gue."
"Good luck! Moga jodoh juga biar lo nggak jomblo."
"Au ah. Gelap." Ardhan berdiri dan keluar dari ruangan.
Nasha menatap Ditya yang hanya tersenyum.
"Mas? Senyum mulu."
"Lucu kalian."
"Udah dong, senyuman Mas itu manis. Cicak aja sampe terpesona itu," ucap Nasha asal.
"Kamu cemburu sama cicak?" Ditya tersenyum jahil.
"Idih! Nggaklah."
Ditya mencubit hidung Nasha pelan, lalu memeluk Nasha.
"Mas khawatir sama kamu."
"Maafin Nasha."
Ditya melepas pelukannya dan menatap Nasha. Ia menyentuh bibir Nasha yang lebam.
"Sakit?" tanya Ditya menunjuk bibir Nasha.
"Sedikit."
Ditya mendekatkan wajahnya dan mengecup pelan bibir Nasha yang luka.
"Mas pengen cium kamu lama. Tapi bibirnya masih sakit," ucap Ditya polos.
"Mas, mesum banget sekarang."
"Cuma sama kamu, Sayang. Bibir kamu bikin candu."
Nasha salah tingkah dengan ucapan Ditya yang membuat pipinya memanas.
"Mas, jangan begini. Nasha deg-degan."
Ditya tersenyum dan mengangkat tangan Nasha menuju dadanya.
"Bukan cuma kamu, Mas juga."
Nasha merasakan deguban jantung Ditya yang kencang. Ia tersenyum dan menarik tangannya untuk mengusap wajah tampan Ditya.
"Nasha takut kehilangan Mas. Nasha terlanjur sayang sama Mas. Jangan pernah tinggalin Nasha."
"Nggak akan Sayang. Mas akan selalu ada di dekat kamu. Mas sayang sama kamu."
Nasha mencium bibir Ditya dengan lembut. Ditya langsung menarik tengkuk Nasha untuk memperdalam ciumannya. Ditya melumat pelan bibir Nasha agar tidak membuat lukanya bertambah. Merasa butuh oksigen, Ditya melepas ciumannya.
"Udah ya. Istirahat dulu."
"Tapi Nasha mau pulang," rengek Nasha.
"Nanti kalo kamu udah fit. Sekarang tidur dulu. Mas jagain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Pendamping Masa Depan (Complete)
RomansaHanya sebuah kata yang dirangkai menjadi kalimat menghasilkan paragraf dan disusun menjadi sebuah cerita sederhana dan ringan konflik. Berfungsi sebagai hiburan semata. Cerita ringan, biasa aja dan nggak macem-macem kok. Tapi... (Cuma satu macem aj...