Setelah dari taman, mereka menuju restoran untuk mengisi perut. Salah satu restoran yang paling dekat sebagai pilihan mereka. Memesan menu kesukaan lalu memakannya dengan tenang. Tak terasa hari semakin gelap, mereka memutuskan untuk pulang. Namun saat mereka sudah di luar restoran, Nasha melihat ada penjual boneka di pinggir jalan.
"Mas, lucu banget deh." Nasha melihat salah satu boneka sapi di seberang jalan itu.
"Aku memang lucu, Sayang," sahut Ditya dengan kekehan.
"Bukan kamu, Mas. Itu boneka sapi yang di seberang jalan sana," tunjuk Nasha. Pria itu mengikuti arahan Nasha, lalu memasang wajah kesal.
"Aku kira kamu bilangin aku lucu, ternyata si sapi itu." Astaga Nasha rasanya ingin tertawa saat ini, ekspresi wajah Ditya begitu lucu dan sedikit salah tingkah. Akhirnya Nasha terkekeh.
"Emang kamu mau disamain kayak sapi? Tapi muka kamu lucu loh, Mas."
"Nggaklah. Aku lebih tampan dari sapi itu!" protesnya. Bagaimana mungkin seorang Ditya Agnibrata Wijaya disamakan dengan si sapi yang hanya boneka mati itu? Yang benar saja!
"Mau dong, Mas," rengek Nasha.
"Ya udah, aku masih ngambek loh kamu samain aku dengan sapi itu. Karena aku baik, aku beliin buat kamu."
"Ikut ya?"
"Nggak! Kamu diam di sini. Biar aku aja ke sana."
"Oke." Nasha membiarkan Ditya untuk pergi membelikannya boneka sapi yang dibilangnya 'lucu'. Tapi, kata 'lucu' itu disalahartikan oleh pria itu.
Mereka tidak menyadari, ada seseorang yang sejak tadi memperhatikan mereka. Sejak keluar dari restoran itu, pria yang berada di dalam mobil menatap penuh benci pada Ditya yang merusak rencananya.
"Lo harus mati saat ini juga. Karena lo, gue jadi kehilangan Nasha yang sudah dalam genggaman gue." Andra menyeringai licik. Ia menggunakan kacamata hitam, dengan tambahan hoodie hitam pada tubuhnya. Tangannya mengetat pada setir kemudi. Dendam yang begitu besar dalam dirinya, membuatnya ingin melenyapkan Ditya saat ini juga.
Ketika Ditya akan menyebrang jalan untuk menghampiri Nasha dengan membawa sepasang boneka sapi di tangannya, Andra sudah bersiap untuk melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jalanan tidak begitu ramai, sehingga memungkinkan rencananya yang gila ini berhasil.
Tepat dalam hitungan kelima, Andra menjalankan aksinya. Mobilnya melesat tepat beberapa meter di mana Ditya bersiap untuk menyeberang. Posisi Nasha yang menghadap arah jalannya mobil itu melihat kalau mobil tersebut dalam keadaan melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia berteriak untuk memanggil Ditya yang baru berjalan beberapa langkah untuk menyebrang.
"Mas!!!" Nasha berlari ke arah Ditya, sedangkan pria itu menoleh ke arah cahaya yang menyilaukan mata. Ia merasakan tubuhnya didorong begitu cepat dan....
Brak!
Nasha belum sempat menghindar.
Hantaman itu terdengar begitu keras. Orang-orang yang berada di sekitar lokasi menyaksikan kejadian itu berteriak histeris. Tubuh Nasha terhempas cukup jauh akibat mobil yang menabraknya. Andra berhenti sejenak menormalkan penglihatannya. Kemudian memilih pergi dengan mobil hitamnya menghindar dari area tabrakan itu. Seseorang sempat memotret plat mobil itu.Ditya mengalihkan pandangannya menatap tubuh Nasha yang berlumuran darah. Jantungnya berdetak hebat, tubuhnya seakan lemas. Dengan langkah pelan, Ditya menghampiri Nasha yang tergeletak lemas di aspal. Ini seperti mimpi baginya. Air matanya mengalir. Ditya memangku kepala Nasha yang penuh darah. Mata wanita itu terpejam. Kerumunan orang semakin penuh. Ada yang langsung memanggil ambulance untuk segera datang ke lokasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Pendamping Masa Depan (Complete)
RomanceHanya sebuah kata yang dirangkai menjadi kalimat menghasilkan paragraf dan disusun menjadi sebuah cerita sederhana dan ringan konflik. Berfungsi sebagai hiburan semata. Cerita ringan, biasa aja dan nggak macem-macem kok. Tapi... (Cuma satu macem aj...