Madu 13 : Isap

9.2K 286 35
                                    

Aku terjaga dari tiduran ayamku, ketika tubuh ini bergidik kaget.  Dan saat aku membuka mata, aku benar-benar tercengang. Terkejut sekaligus menggeliat. Aku melihat celanaku sudah melorot hingga di lutut. Dan kontolku berada dalam kenyotan mulut Roni.

Aaaccckkhhh ... Aku mendesah manja, saat lidah basah Roni menjilat kepala kontolku dan menyeruput gemas lubang kontolku. Geli. Hangat. Nikmat.

‘’Bandot ... apa yang lo lakukan!’’ desahku.

Srupp ... sruppp ... srupp!!!

Hanya suara mulutnya yang beradu dengan kulit batang kontolku yang terdengar.

Mmmmppp ...

‘’Lepasin, Ndot!’’ Aku mencoba berontak, tetapi semakin aku berontak semakin kuat hisapan mulut Roni. Dan semakin enak pula jepitannya di batang kontolku.

Mmmmppp ... mmmppp ... Roni terus menyepong kontolku. Mengisapnya. Menjilatnya. Menyedotnya. Keras. Kuat. Kencang. Membuat tubuhku jadi menggelinjang. Keenakan.

‘’Gila lo, Ndot!’’ Aku menjambak rambut Roni dan menarik kontolku keluar dari rongga mulut Roni.

‘’Hihihi ...’’ Roni meringis.

‘’Ah, lo Ndot ... baru beberapa jam kita janjian untuk menahan libido ... lo udah tidak tahan,’’ gerutuku kesal.

‘’Kan gue cuma ngisep doang, Dak ... gapapa kali, yang penting kita gak nyoblos mebel,’’ ujar Roni sambil mengelus-elus kontolnya sendiri hingga ngaceng.

‘’Jangan cari pembenaran diri ...’’

‘’Badak ... please, jangan marah, ya!’’

‘’Huft!’’ Aku bersingut seraya memakai kembali celanaku.

‘’Salahkan diri lo, Dak ... mengapa tubuh lo selalu membuat gue horny ...’’

‘’Dasar!’’ Aku melempar sebuah bantal ke arah Roni.

‘’Hehehe ...’’ Roni hanya terkekeh. Aku makin kesal.

‘’Badak, emang lo gak horny lihat body gue?’’

Aku terdiam. Tatapanku melotot ke arah Roni.

‘’Lihat nih, kontol gue udah ngaceng ... lo gak mau ngisepin apa?’’ Roni memamerkan kontol tegangnya yang kaku seperti tongkat satpam.

‘’Isep aja sendiri!’’ cetusku ketus sembari bangkit dari tempat pembaringan.

‘’Jahat lo ... tega banget sama pacar lo sendiri ...’’ Roni turut bangkit dari pembaringan dan mendekati tubuhku.

Aku melengos dan berusaha menghindar, tetapi Roni terus memepetku. Menempelkan kontolnya di belahan pantatku yang masih tertutup celana.

‘’Kita tidak melakukan tusuk menusuk lubang, Ben ... kita hanya saling mengocok dan mengisap ... kurasa itu tidak masalah,’’ bisik Roni sambil menuntun tanganku untuk meraih kontolnya yang sudah keras. Panas membara. Berdenyut-denyut.

‘’Iya, Ron ... mungkin kita hanya bisa coli bareng atau melakukan gaya 69 saja. Namun, untuk saat ini ... please, jangan paksa gue dulu.’’ Aku melepas genggaman tanganku dari batang kontol Roni.

‘’Oke ... gue akan mematuhi permintaan lo, Honey!’’ Roni mengecup leher dan pipiku.

‘’Syukurlah, lo mau mengerti, Ron ...’’

‘’Udah gak usah lebay!’’

‘’Siapa yang lebay?’’

‘’Lo ...’’

‘’Anjriit, lo kali!’’

‘’Lo ...’’

‘’Lo ...’’

‘’Hahaha ...’’ Aku dan Roni jadi ngakak. Saling memukul. Saling menggebuk. Saling menyakiti. Tak ada yang mau mengalah. Kami berantem seperti anak kecil. Main smack down. Guling-gulingan di atas kasur.

‘’Udah sana mandi!’’ komando Roni setelah puas bergulingan.

‘’Siap, Boss!’’ timpalku sembari melolosi seluruh pakaianku. Aku telanjang bulat, lalu bergegas masuk ke kamar mandi. Roni hanya terlihat tertegun menatapku, tak berani menubrukku. Tak berani memperkosaku lagi. Hahaha ... aku tertawa dalam hati.

Di dalam kamar mandi. Aku langsung membersihkan diri. Menyiram sekujur tubuhku dengan sejuknya air. Dingin. Segar. Bugar. Membuatku jadi semakin bersinar. Berbinar-binar. Walaupun perutku terasa lapar. Ingin makan iga bakar beserta acar. Bersama sang pacar. Uuuhh ... akhirnya mandiku kelar.

Entah, berapa lama aku berada di dalam kamar mandi. Mungkin puluhan menit. Dan aku pun mengentaskan diri, lalu masuk ke ruang utama. Lagi-lagi aku terkejut, saat telingaku mendengar suara dengkuran dari mulut Roni yang melompong. Seperti bandot ompong. Laki-laki itu tertidur dengan pulas. Dengan kondisi tubuh masih telanjang bulat. Namun kontolnya sudah mengkerut dan melemas tak seperti beberapa saat yang lalu.

Aku memperhatikan tubuh Roni yang terbujur di atas kasur. Seluruhnya. Rambutnya yang ikal. Wajahnya yang tampan. Rahangnya yang tegas. Dadanya yang bidang. Perutnya yang kotak-kotak. Kontolnya yang tebal. Jembutnya yang lebat. Pahanya yang gempal. Sungguh, pemandangan yang membuat jakunku naik-turun. Libidoku meningkat. Dan tak terasa kontolku pun mengeras. Memanjang dan membesar. Tak terkendali.

__Bandot ... tak hanya tubuhku yang membuatmu ngaceng. Tubuhmu juga membuatku ngaceng. Kita sama-sama dalam gejolak. Namun, kita harus bisa menahannya. Pelan-pelan ... sedikit demi sedikit. Kita mungkin tak bisa membuang seluruh perasaan cinta sejenis yang ada di dalam diri kita. Akan tetapi kita pasti bisa menekannya. Yang penting kita tidak melakukan perbuatan yang terlarang. Bagaimana dengan 69? Apakah masih diperbolehkan? Entahlah!

Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan-lahan. Kemudian dengan sigap aku meraih kain selimut dan menutupkannya ke sekujur tubuh Roni.

‘’Roni ... gue menyayangi lo,’’ gumanku.

Aku mengecup kening dan bibir Roni. Kemudian aku segera mengenakan pakaianku, karena aku takut kebablasan.

Setetes Madu Perjaka (SMP Babak 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang