Madu 50 : Setetes Madu

7.4K 287 143
                                    

Perjaka mencumbui diriku. Melumat habis bibirku. Mengulum dan mengenyotnya dengan penuh perasaan. Lembut. Sedap. Nikmat. Ciumannya agak berbeda. Masih terasa tergesa-gesa. Namun, teknik ciumannya lebih baik daripada ciuman Roni. Aku tetap menikmatinya.

Tangan lelaki tampan ini bergerilya menjelajahi wilayah tubuhku. Mengobok-obok dadaku. Membelai-belai putingku. Menggelitik perutku. Mengusap tonjolan kontolku dan meremas-remas bokongku. Pandai juga dia membangkitkan gairah. Membuat pemanasan dalam bercinta.

Perjaka mengulurkan lidahnya. Menjilati leherku. Pelan-pelan. Semili demi mili. Sebelah kiri dan kanan. Bergantian. Setiap sapuan lidahnya menenpel di kulit leherku ada sensasi geli yang mengasikan. Membuat tubuhku jadi merinding dalam kenikmatan. Aaackkhh ... aku hanya bisa mendesah.

Pemuda berambut lurus ini mulai mencopot pakain bagian atasku. Hingga aku bertelanjang dada. Kemudian dengan gesit lelaki rupawan ini mencecap dadaku. Memberi tanda merah yang frontal. Ujung lidahnya yang basah meliuk-liuk di permukaan putingku. Sesekali dia menggigit pentil susuku hingga aku menggelinjang tak karuan. Aaackhh ... aku hanya bisa meraung dalam keenakan.

Perjaka melumat lagi bibirku. Menciumku dengan penuh nafsu. Kemudian sambil menggigit manja cuping telingaku, dia merobohkan tubuhku di atas kasur. Dengan lidahnya yang panjang, dia menjilati lubang kupingku. Bagian kiri dan juga kanan. Bergantian. Saat lidah itu berada di liang kuping ini, aku merasakan ada sensasi hangat sekaligus becek. Rasanya nikmat juga. Laki-laki bertubuh atletis ini memang mahir membuatku bergidik. Aaaackkh ... aku hanya mampu merancau manja.

Sambil menjilat-jilat leher dan dadaku. Tangan perjaka sibuk meremas-remas kontolku. Sehingga kontolku semakin lama semakin mengeras. Tegang dan panas. Lalu dengan cepat dia melepaskan celana dan juga cancutku. Hingga aku bugil. Polos seperti seorang bayi yang baru lahir. Tanpa selembar kain pun yang menempel di tubuhku. Dan kontolku langsung mengacung seperti tugu monas. Keras. Berdenyut-denyut. Kedat-kedut. Mengganas dan siap bertempur dalam ranjang yang panas.

Melihat tubuhku yang telanjang bulat, Perjaka semakin dilanda ke-horny-an yang menggila berat. Dia melepaskan pakaiannya sendiri seluruhnya. Hingga dia juga berpenampilan polos. Sepolos-polosnya. Laki-laki gagah dan tampan itu bugil. Memamerkan pahatan tubuhnya yang seksi. Dada bidang. Perut kotak-kotak. Jembut lebat. Kontol ngaceng besar dan panjang. Kepalanya merona seperti helm tentara. Batangnya bengkok ke atas. Dan kedua bola kembarnya menggantung indah. Penuh dengan hiasan bulu kelamin yang panjang dan tajam.

Perjaka bangkit dari rajang. Lalu dia berjalan menuju ke arah meja. Pemuda berkulit putih itu mengambil sesuatu. Entah apa aku tidak tahu. Sepertinya botol madu. Buat apa? Jadi penasaran diriku.

Perjaka kembali menghampiriku. Dia membuka tutup botol madu itu perlahan-lahan. Kemudian sambil tersenyum manis, dia merundukan tubuhnya. Dan apa yang selanjutnya dia lakukan? Sungguh, suatu hal yang tak terduga. Lelaki berkumis tipis ini melumuri sekujur tubuhku dengan cairan madu.

‘’OMG ... Jaka, apa yang akan lo lakukan?’’

Perjaka tak berkata-kata. dia menjawab dengan tindakan yang mengejutkan. Seperti seekor anjing dia menjilati setetes demi setetes madu di sekujur tubuhku. Benar-benar ide kegiatan seksual yang cemerlang. Tak pernah kuduga sebelumnya. Dengan ganas perjaka menjilat habis cairan madu tersebut. Dan pada saat lidah Perjaka mencecap cairan madu di permukaan kulitku sensasi kenikmatannya benar-benar luar biasa. Darimana Perjaka mempelajari ini semua? Pasti dia sering nonton film bokep. Benar-benar aaaacckkhh ... membuatku merancau dalam gairah yang menggelora.

Belum selesai aku meraih sensasi yang bertubi-tubi. Tiba-tiba Perjaka merenggangkan kedua pahaku. Posisiku jadi ngangkang. Seperti seekor kodok jantan. Dengan kontol yang tegak menjulang bagai sebuah tiang. Seolah hendak menyundul langit-langit.

Apa yang akan dilakukan Perjaka lagi?

Diam-diam Perjaka menumpahkan cairan madu ke wilayah selangkanganku. Cairan manis itu melumuri kontolku dan juga bijiku. Selanjutnya, Perjaka menjilati seluruh cairan itu. Dimulai dari biji kontolku. Perjaka menjilat-jilat dua telorku dengan jilatan nafsu. Pelan tetapi mampu membuatku melayang. Sensasi gelinya menggetarkan seluruh jiwa dan ragaku. AAAAACCCKKKHHH ... aku cuma bisa mendesah.

OUGKH ... kembali aku merancau, ketika lidah basah Perjaka menggigit gemas biji kontolku satu per satu. Tubuhku langsung bergidik, seakan tercabik-cabik dengan sengatan listrik. Aaaccckkkhhh ... asiiikkk.

AAAACCCKKHHH ... tubuhku menggelinjang. Seperti kapal yang oleng. Diterjang badai gelombang. Ke kiri dan ke kanan. Saat Perjaka menyeruput madu di bagian batang kontolku. Tanganku jadi mencengkram kuat-kuat sprei hingga berantakan tak beraturan.

UUUUCCKKHHH ... desahku makin panjang. Tatkala lidah Perjaka meliuk-liuk tajam di bagian kepala kontolku. Aaaacckkkhhh ... rasanya mau kencing sembarangan, ketika dia menyedot lubang kontolku dengan kasar. Enak tenan!

Dan terakhir sebagai puncak pelayanan sensual dari Perjaka, saat dia memasukan seluruh batang kontolku ke rongga mulutnya. Sensasi hangat, becek dan nikmat langsung terasa di sekujur kontolku. Ough ... ah ... ah ... aku pun meneriakan suara desahan kenikmatan. Saat Perjaka mengulum kontolku. Menyeruputnya. Menjilatnya. Menyedotnya. Menyepongnya. Seolah ingin menguras habis cairan kejantananku di kantong pelirku.

Acckkkhhh ... acckkhhh ... Perjaka terus menyepongi kontolku. Tanpa rasa lelah. Tanpa enggan menyerah. Dengan segenap tenaganya. Dia mengerahkan seluruh kemampuannya. Dia memberikan pelayanan ekstra dalam persenggamaan. Hingga aku mengerang dahsyat. Hingga sekujur tubuhku seperti sekarat. Genggaman tanganku mencengkram kuat. Pejuhku akan segera muncrat. Akan tetapi aku tahan. Aku tidak mau egois. Aku tidak mau ngecrot sendiri. Aku ingin menggapai orgasme secara bersama-sama.

Aku mencabut kontolku dari dalam mulut hangat Perjaka. Kini giliranku yang memanjakan dirinya. Kulumat bibirnya. Kujilat lehernya. Kusapu manja ketiaknya hingga Perjaka menggelinjang seperti cacing kepanasan. Menggeliat kesana kemari. Dengan hebat. Dengan dahsyat. Terasa nikmat. Terasa menjerat. Dan Perjaka pun meraung dengan desahan syahwat.

Puas mencumbui tubuh bagian atas Perjaka. Aku turun ke bagian putingnya. Aku mencecapnya. Mengenyotnya. Meneteknya. Seperti bayi yang sedang menyusu ibunya. Perlahan-lahan mulutku menghisap-hisap sambil mengocok-ngocok kontol Perjaka. Hingga kontol pemuda rupawan ini semakin tegang. Semakin panjang. Mengeras dan meregang.

‘’Ayo, keluarkan madu perjaka lo!’’ teriakku sambil mencium ganas bibir ranumnya.

Aku terus mengurut kontol Perjaka naik turun. Tanpa jedah. Tanpa ampun. Hingga dia merancau keenakan. Dan aku merasakan tubuh Perjaka bergetar-getar. Pejuhnya akan segera menyembur. Aku menghentikan kocokanku. Aku tidak mau membuang sia-sia cairan madu kejantaan Perjaka.

Dengan sigap aku memutar tubuhku. Kuarahkan kontolku ke mulut Perjaka dan menyumpalnya. Kini kontolku tenggelam di rongga mulutnya kembali. Sementara aku menarik kontol Perjaka dan memasukannya ke rongga mulutku. Dan sejurus kemudian, mulutku dan mulut Perjaka sama-sama tersumpal kontol. Membentuk formasi 69. Tanpa komando. Sesuai insting. Kami mulai menggoyang pantat kami masing-masing. Maju mundur. Naik turun. Sejalan dengan keluar masuknya batang kontol kami di rongga mulut lawan.

Kami terus menyerang. Saling menghujam dan menghantam. Saling mengulum dan saling melumat. Saling memberi dan menerima. Seperti badai topan bertemu dengan angin lesus. Saling menggulung. Saling meringsek. Saling menghajar. Saling merampas. Saling mempenetrasi. Saling memporak-porandakan. Hingga tiba saatnya kami di puncak kenikmatan.  Saat aliran pejuh bergerak naik dari kantong skrotum menuju lubang kontol. Kemudian pecah. Meledak seperti semburan magma dari kawahnya. Muncrat. Keras menembak. Memancar. Panas menggelegak.

CROOT ... CROOOT ... CROOOT ...

Setetes demi setetes madu Perjaka kukuras habis. Kutelan hingga tak bersisa. Tinggallah kami lemas tak berdaya. Ngos-ngosan kehabisan napas. Kami berpelukan. Saling mengecup dan meredamkan badan. Menikmatii sisa-sisa indahnya kegiatan ranjang yang bergoyang-goyang.

Malam ini kami tidur pulas dan puas.

Setetes Madu Perjaka (SMP Babak 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang