Madu 29 : Lubang

6.7K 280 55
                                    

Di bilik sebelah ini, kami mendengar dengan jelas suara erangan mesum. Suara kenikmatan yang merindingkan bulu kuduk. Kami berempat langsung terperanjat mendengar suara aneh yang bisa membangkitkan syahwat.

AH ... AH ... ACKH ...

OUGH ... AH ... AH ...

''Ya, Tuhan suara apa itu?'' Perjaka penasaran.

''Botol Kecap lagi dikecrot,'' tadah Herio.

Aku hanya terdiam. Memperhatikan tingkah mereka yang kocak dan konyol. Seperti maling yang mengendap di rumah incaran.

''Sssstt ... jangan berisik, Guys! Kalian bisa mengetahui apa yang terjadi di dalam sana dari lubang ini.'' Harsan menunjukan sebuah lubang kecil di dinding bilik yang terbuat dari kayu triplek.

Kami menghela napas. Saling mendiamkan diri. Mencoba tidak mengeluarkan suara yang mencurigakan.

''Kalian cuma punya waktu 10 detik buat mengintip dari celah ini, Guys!'' terang Harsan.

''Hah. Sebentar banget?'' protes Herio.

''Gak bisa lebih?'' sambung Perjaka.

Aku hanya mengernyit. Geleng-geleng kepala. Benar-benar tidak ada pekerjaan. Mengintip orang yang mungkin sedang indehoy.

''Herio ... kau duluan!'' perintah Harsan.

Herio manut. Dia merundukan tubuhnya. Memicingkan matanya dan mulai mengintip dari celah lubang.

''Astaqfirullah ...'' Herio langsung memalingkan mukanya. Dia mengurut-urut dadanya. Mimiknya kocak. Antara terkejut atau kesangean. Sulit dibedakan. Sama-sama memerah.

"Anjriiit ..." pekik Herio gusar.

''Kenapa, Her?'' tanya Perjaka kepo.

''Lihat aja sendiri!'' jawab Herio.

''Hah?'' Perjaka termangu, lalu melirikku. Aku masih diam. Tak bereaksi apa pun.

''Hehehe ...'' Harsan terkekeh. Tangannya bersedakep.

''Jaka. Buruan giliran lo!'' titah Harsan. ''Ingat 10 detik aja. Jangan lama-lama!''

Sebelum Perjaka melakukan aksi mengintipnya, dia menoreh ke arahku seolah ia meminta ijin kepadaku. Aku masih terdiam. Tak memberikan aba-aba apa pun juga.

Perjaka membungkuk. Mendekatkan wajahnya ke arah celah lubang. Dan beberapa detik kemudian tubuhnya bergidik. Merasa ngeri. Akan tetapi tanpa ia sadari, benda yang menempel di selangkangannya membentuk tonjolan yang makin membesar. Kontol Jaka mendadak ereksi.

''Woy ... ngintipnya jangan lama-lama!'' protes Harsan sambil menarik tubuh Perjaka.

''Gila!'' pekik Perjaka sembari menatap ke arahku. Dia pun menggeleng-gelengkan kepalanya.

''Hahaha ...'' Harsan dan Herio tertawa. Namun mereka segera menutup mulut mereka masing-masing dengan tangannya.

''Beno ... sekarang giliran lo!'' ucap Harsan berbisik.

Aku masih ragu. Aku masih enggan untuk mengintip. Aku mendenguskan hidung.

''Ayo ... lihat aja sebentar, biar lo tau!'' bujuk Herio.

''Iya ... lo kudu tau, Ben!'' imbuh Perjaka menyemangati.

Dengan terpaksa akhirnya aku menuruti permintaan mereka. Aku merundukan diri. Menempelkan sebelah mataku di celah lubang itu. Dan sejurus kemudian, mata ini menonton adegan live frontal yang baru pertama aku saksikan. Thom sedang dihajar oleh dua orang pria bertubuh kekar. Mereka three some. Dengan posisi, Thom nungging menghadap pintu dan di depannya ada satu pria kekar yang menyumpalkan kontolnya ke mulut Thom. Sedangkan pria kekar yang lainnya sedang sibuk menghajar bool Thom. Jadi, depan dan belakang lubang Thom mendapatkan penetrasi kontol. Lelaki cantik itu menyepong sekaligus disodomi.

''Hmmm ...'' Aku menarik napas. Tak percaya dengan apa yang telah aku saksikan. Ada orang semurah itu. Sebrutal itu. Semudah itu menjadi tempat pelampiasan hasrat seksual.

''Apa yang kalian lihat?'' tanya Harsan.

''Amazing but make me pusing,'' jawab Herio.

"Hahaha ..." Semua tertawa pelan.

''Menegangkan!'' jawab Perjaka.

''Benar-benar seperti Botol Kecap,'' jawabku sambil ngeloyor dan keluar dari bilik pengintipan itu.

Aku berjalan ke tempat kucuran air. Kemudian tanpa banyak berpikir, aku langsung mandi bilas di bawahnya. Merasakan hangatnya guruyan air. Menikmati enaknya pijitan alaminya. Hingga aku merasa segar dan bugar.

Tak lama kemudian, Harsan, Herio dan Perjaka keluar dari bilik tersebut. Mereka keluar dengan kondisi celana yang menggunung. Membentuk tenda. Menonjol. Dan aku yakin kontol-kontol mereka pada ngaceng. Mereka menampakan wajah horny setelah melihat pertunjukan ngewe satu lawan dua. Tontonan three some yang diperakan oleh Thom dan dua orang pria kekar yang tak dikenal itu.

Aku hanya senyum-senyum sendiri melihat kelakuan mereka bertiga. Para laki-laki homo yang doyan batangan. Pelaku jeruk minum jeruk. Suka main terong-terongan. Sama sih seperti aku. Namun, aku masih bisa menahan diri. Masih bisa bersikap normal. Tidak gampang terhasut nafsu yang membara di sembarang tempat. Karena aku hanya tertarik dan bisa ngaceng kepada orang yang kusukai saja.

''Apa kalian sudah puas nonton gratisnya, Guys?'' tanyaku pada mereka saat mereka berdiri di sampingku menghadap pancuran mereka masing-masing.

''Hahaha ...'' Mereka cuma tertawa.

''Kalian pasti pada pengen, 'kan?'' ujarku meledek.

''Hahaha ...'' Mereka tertawa lagi.

''Gue pernah melakukan di toilet, tapi tidak segila itu,'' ungkap Herio, ''gue hanya menyepong, tidak sampai melakukan anal.''

''Gue hanya melakukan itu dengan pacar gue di kamar,'' timpal Harsan.

''Gue ...'' Perjaka melirikku, ''gue baru sekali ... dengan orang yang kusuka, tetapi gue tidak tahu, apakah dia menyukai gue atau tidak. Hehehe ...''

Aku cuma terdiam mendengar pengakuan Perjaka. Jika dia bilang baru sekali main dengan seseorang itu berarti dia hanya main dengan aku. Dia masih perjaka sebelum dia bercumbu dengan aku. Sulit dipercaya. Mungkinkah Perjaka memiliki rasa terhadapku?

Setetes Madu Perjaka (SMP Babak 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang