Madu 25 : Iri

5.5K 263 71
                                    

Selang beberapa menit kemudian....

Yuri datang ke kamar kami. Dia melaporkan kondisi Ratih terkini. Dia bilang, Ratih menangis sesenggukan dan hanya mau ditemani beberapa sahabat wanitanya. Dia juga bercerita kepada kami tentang Wisnu yang datang ke kamar Ratih. Lelaki itu, katanya marah-marah. Memaki-maki Ratih. Menjelek-jelekan Ratih. Sebelum dia memutuskan hubungan bersama Ratih. Wisnu bilang, ‘’Salahkan Abangmu sendiri, mengapa aku memutuskan kamu!’’ Setelah itu dia pergi.

‘’Jadi secara tidak langsung, kau penyebab kandasnya hubungan Ratih dengan Wisnu, Ron ...’’ ujar Yuri.

‘’Hmmm ... pantesan Ratih menamparku,’’ timpal Roni.

‘’Aku jadi penasaran sebenarnya ada apa antara kau dengan Wisnu, Ron?’’

‘’Itu hanya akal-akalannya Wisnu aja. Putus ya putus ngapain menarik orang jadi kambing hitamnya. Aku tuh Bandot bukan kambing hitam.’’

‘’Hehehe ...’’ Aku terkekeh mendengar penyataan Roni barusan. Yuri juga.

‘’Tapi aku yakin, tak ada asap kalau tidak ada api, Ron ...’’ ucap Yuri.

‘’Kenapa kamu ikutan berteori sih, Sayang ...’’ timpal Roni.

‘’Ya ... memutuskan hubungan cinta secara tiba-tiba itu mengundang kecurigaan, Ron ... sepertinya ada yang kalian rahasiakan.’’

‘’Udahlah, Yuri ... kamu tidak perlu memikirkan hal ini. Ratih sudah dewasa, aku yakin dia bisa menghadapi masalahnya dengan bijak.’’

‘’Ya kuharap juga begitu. Karena aku mengenal Ratih sudah cukup lama. Dia gadis yang baik. Mempunyai cinta yang tulus. Dan dia berhak memiliki pria yang baik pula.’’

‘’Nah, itu kamu tahu. Gadis baik hanya untuk pria yang baik pula.’’

‘’Benar, Ron ... pertanyaannya sekarang, apakah kamu pria yang baik untukku?’’

‘’Hehehe ...’’ Roni meringis sambil garuk-garuk kepala. Matanya langsung melirik ke arahku yang dari tadi diam terpaku. Mendengarkan dengan khusuk obrolan mereka.

‘’Beno ...’’ ujar Yuri memanggilku.

‘’Iya ...’’ sahutku.

‘’Kau sahabat paling dekat dengan Roni, mungkin kau bisa bantu menjawab pertanyaanku. Apakah Roni pantas  buatku?’’

‘’E ...’’ Mataku beradu dengan mata Roni. Kami saling berpandangan. Saling memberikan kode telepati.

‘’Beno ...’’

‘’I-iya ...’’

‘’Kenapa kau diam saja? Kau bisa memberikan informasi tentang Roni, bukan? Coba sebutkan apa pendapatmu tentang Roni!’’

‘’Oke ...’’ Pandanganku beralih ke hadapan Yuri, ‘’Roni adalah laki-laki yang baik. Penuh tanggung jawab. Pekerja keras. Memprioritaskan kesehatan. Tidak suka merokok. Tidak suka main perempuan. Suka menolong. Rajin menabung. Setia kawan. Dan nafsunya gede ...’’

PLAAAKKK!

Roni menabok bahuku, ‘’Gak usah lebay!’’ cetusnya.

‘’Siapa yang lebay?’’ timpalku.

‘’Lo!’’

‘’Lo, kaeles ...’’

‘’Lo!’’

‘’Lo!’’

‘’Hahaha ...’’ Yuri jadi ngakak melihat kami bertengkar. Aku dan Roni hanya tersenyum simpul.

‘’Well, i believe you, Ben ... jadi menurutmu apakah aku dan Roni merupakan pasangan yang serasi.’’ Yuri mendekati Roni. Dia melingkarkan tangannya di pinggang Roni dan menyandarkan kepalanya di bahu Roni. Mereka berdua saling merapatkan tubuh. Saling menempelkan kulit mereka. Mesra dan lengket. Seperti air dan galonnya. Saling mengisi. Saling melengkapi. Saling memenuhi.

‘’Iya ... gue rasa kalian pasangan yang klop. Seperti Raja dan Ratu. Seperti Mimi dan Mintuno. Seperti Romeo dan Juliet. Seperti Rama dan Shinta. Seperti Bandot dan Shaun the Sheep.’’

‘’Kok Shaun the Sheep?’’ protes Yuri.

‘’Kalian berdua kocak,’’ jelasku.

‘’Hahahaha ...’’ Roni dan Yuri jadi ngakak. Aku juga turut tertawa lepas. Walaupun sebenarnya dalam hatiku ada rasa gondok. Melihat keintiman dan kemesraan mereka. Ada percikan api cemburu yang diam-diam membakar hati dan perasaanku.

‘’Udah ya, ketawa-ketiwinya,’’ Roni melepas pelukan tubuh Yuri dari tubuhnya, ‘’sekarang kita berkemas-kemas. Sebentar lagi kita harus check out.’’

‘’Baiklah ...’’ timpal Yuri.

‘’Oke ...’’ timpalku sambil membalikkan badanku dan mulai mengemasi barang-barangku.

Dan beberapa menit selanjutnya.

‘’Yuri ...’’ ucap Roni di sela-sela kami sibuk berkemas.

‘’Iya, Sayang ...’’ balas Yuri manja. Dia bergelendotan di belakang Roni. Menempelkan payudara sekal di punggungnya. Dan menaruh dagu di bahunya.

‘’Kau mau ikut pulang dengan mobil siapa? Aku atau adikku, Ratih?’’ tanya Roni.

‘’Kenapa kau tanyakan sesuatu yang sudah pasti jawabannya, Ron ... tentu saja aku pulang denganmu ... kenapa? Apa kamu tidak mau aku pulang semobil dengan kamu?’’

‘’Hehehe ... bukan begitu maksudku. Aku pulang bersama Beno juga. Aku takut kau tidak merasa nyaman saja semobil dengan kami.’’

‘’Sebenarnya yang tidak nyaman itu aku atau dirimu, Ron?’’

Jleb ... ucapan Yuri membuat Roni jadi mati kutu. Mati wicara. Mati bahasa. Mendadak kehabisan kata-kata. Dia terdiam sebentar dan melirik ke arahku sebelum membuka mulutnya kembali.

‘’Oke ... berarti kita pulang bertiga.’’

‘’Yups!’’ Yuri mengecup pipi dan bibir Roni. Mereka berciuman. Saling melumat dan mengulum, sepertinya sangat nikmat. French kiss style. Membuatku jadi iri. __Pengeeeeen!

Aku buru-buru memalingkan mukaku. Tak kuasa melihat adegan semacam itu. Aku pura-pura tidak melihatnya dan menyibukan diri.

Setetes Madu Perjaka (SMP Babak 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang