Madu 17 : Kejutan

6.1K 281 50
                                    

Pesta masih berlangsung meriah. Gempita musik dan sorak sorai begitu memecah. Tubuh-tubuh kawula muda menggeliat penuh gairah. Berpadu dalam irama musik yang menggelora. Menguras keringat hingga basah. Berputar-putar. Berjingkrak-jingkrak. Bergoyang-goyang. Ketawa-ketiwi. Mengumbar tawa melepas hormon stres.

Makanan dan minuman berjibun. Sebagai pelangkap pesta. Ikan bakar, ayam bakar, kambing guling, sayur mayur, buah-buahan dan berbagai jenis minuman. Baik minuman ringan atau pun minuman berat. Dari yang menyehatkan hingga yang memabukan. Semuanya ada. Lengkap. Tinggal pilih saja. Sesuka hati. Sesuai selera.

Dan mereka, para tamu undangan itu, makan dan minum sepuasnya. Sampai kenyang. Sampai kembung. Hingga teler. Hingga mabuk. Hingga pesta berakhir tepat pukul 02.00 dini hari.

Satu per satu para tamu undangan itu pergi meninggalkan tempat pesta. Yang tersisa hanya kerabat dan teman dekat saja. Ratih dan teman-teman wanitanya memboyong kado ulang tahunnya ke dalam kamar hotel. Dibantu wisnu dan beberapa teman lelakinya. Mereka bahu-membahu. Bersatu padu menunjukan sikap kesetiakawanan mereka. Hingga pesta ini berakhir dengan sangat tertib tanpa kendala yang berarti.

Di saat kami akan kembali ke kamar kami masing-masing, tiba-tiba sesosok wanita dengan langkah percaya diri datang menghampiri. Pakaiannya seksi, tetapi elegan. Gaunnya selutut warna keemasan. Model lengannya satu. Sehingga menampakan separuh kulit lengannya yang putih bersinar. Riasan wajahnya sangat natural. Menunjukan kecantikan yang alami. Alis cetar. Mata bening. Hidung mungil. Bibir ranum. Leher jenjang. Dada sekal, padat membusung. Pinggul ramping. Body-nya aduhai. Seperti Gitar Spanyol. Kehadirannya sungguh mengalihkan perhatian mata kami. Baik wanita maupun laki-laki. Seluruhnya menatap dengan pandangan mata yang terkagum-kagum.

''Kak Yuri!'' pekik Ratih girang. Bibirnya tersungging lebar. Kemudian dengan gesit dia menghampiri wanita itu dan memeluknya. Cipika-cipiki manja.

''Happy birthday, Ratih!'' ujar wanita itu lirih. Senyumannya merekah. Dia memeluk tubuh Ratih dengan penuh kelembutan. Penuh rasa persahabatan.

''Ini kejutan sekali Kak Yuri datang kemari. Kapan Kakak pulang dari Singapore?''

''Ya, saya sengaja datang untuk memberikan kejutan di hari ulang tahunmu.''

''Terima kasih, Kak ... tapi acaranya sudah selesai, Kak.''

''Tidak apa-apa!'' Mata Yuri melirik ke arah Roni yang sejak kehadirannya hanya berdiri terbengong. Mungkin dia sangat terkejut. Seperti mendapatkan doorprize. Tak percaya kekasih wanitanya muncul begitu cepat. Mendadak. Seperti kuntilanak. Membuatnya jadi merasa tertekan dan ketakutan.

Tak hanya Roni, tetapi aku juga. Aku benar-benar shock melihat penampakan Yuri yang seperti bidadari turun dari langit. Supercantik. Tinggi langsing. Rambut panjang tergerai seperti peserta miss-miss-an di ajang kecantikan.

Roni menoreh ke arahku. Aku diam saja. Tak tahu harus bersikap apa.

Perlahan Roni menghampiri Yuri. Mereka saling mendekat. Saling merapat. Dan selanjutnya mereka berpelukan mesra. Manis. Manja. Saling melepas rindu. Saling mencurahkan kasih sayang. Saling memberikan kehangatan yang damai. Serta saling berciuman. Bibir ketemu bibir. Lembut. Hangat. Bergairah.

Namun, pemandangan yang romantis itu malah seperti bumerang yang meruntuhkan sendi-sendi perasaanku. Walau gamang, aku tetap bersikap setenang mungkin. Berusaha memadamkan api cemburu yang pelan-pelan membakar jiwaku. Aku menundukan pandanganku. Tak kuasa berlama-lama menatap adegan yang menurutku sangat frontal. Dan terlalu absurd diperagakan oleh mereka berdua. Roni dan Yuri. Dua sejoli yang terpisah karena perbedaan negeri.

''Aku kangen kamu, Sayang!'' ucap Yuri sembari mengecup pipi dan leher Roni.

''A-aku ... juga,'' balas Roni kaku. Matanya melirik ke arahku. Namun aku segera memalingkan mukaku.

''Aku ingin melepas kerinduan ini, Babe!'' Yuri menyosor bibir Roni. Tanpa canggung. Tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya. Seperti wanita jalang. Tak tahu rasa malu.

''Kak Yuri ... Bang Roni, silakan kalian berkangen-kangen ria. Kami permisi dulu,'' celoteh Ratih memotong keintiman mereka berdua.

''E ... iya, Rat ...'' sahut Yuri gugup dengan melepas senyuman yang kikuk.

Selanjutnya Ratih bersama Wisnu dan kawan-kawannya membubarkan diri. Masuk ke kamar mereka masing-masing. Meninggalkan Roni, Yuri dan aku. Di tempat ini. Di koridor kamar hotel hanya ada kami bertiga.

Untuk beberapa saat kami terpaku. Diam di tempat. Bergeming. Tak satu pun yang bersuara. Suasananya mendadak kaku. Seperti es batu. Garing. Seperti rengginang kering. Kriuk-kriuk.

Perlahan aku mundur. Menjauhi mereka. Akan tetapi, baru kaki ini hendak bergerak, tangan Roni dengan cepat menyambar tanganku. Dia menahanku tanpa sepengetahuan Yuri. Aku jadi terjerat dengan tatapan bola matanya yang tajam. Penuh dengan makna yang sangat mendalam. Matanya seolah berkata, dia ingin bersama Yuri, tetapi dia enggan meninggalkanku. Aku bingung dan tak tahu harus bagaimana. Dengan pelan aku melepaskan genggaman tangan Roni.

''Yuri ... perkenalkan ini sahabatku, Beno ...'' ucap Roni. Yuri langsung menatapku dengan saksama. Kemudian gadis cantik ini melepaskan satu senyuman yang sangat manis. Senyuman madu. Namun penuh dengan racun. Mematikan.

Aku dan Yuri saling berjabatan tangan. Saling memperkenalkan diri.

''Beno ...'' ujarku.

''Yuri ...'' ujar dia.

Kami saling memandang. Saling memberikan senyuman kepalsuan.

''Apa kalian sekamar?'' tanya Yuri berlanjut.

Aku dan Roni terdiam untuk beberapa saat lamanya. Tak berani membuka mulut. Mulut kami seolah terkunci rapat. Perlu didobrak.

''I-iyaaa ...'' Akhirnya aku memberanikan diri untuk menjawab. ''Tapi jangan khawatir. Gue bukan orang yang tak tahu diri. Gue bisa mengerti perasaan kalian. Biarlah gue bergabung dengan teman-teman yang lain.''

''Hehehe ...'' Yuri terkekeh. Roni tersenyum kecut.

''Enjoy your night!'' tandasku sebelum berlalu dari hadapan mereka.

Roni tampak terbengong. Persis Bandot ompong. Yuri hanya tersenyum-senyum semringah penuh rasa kemenangan.

Setetes Madu Perjaka (SMP Babak 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang