Madu 14 : Lift

7.9K 259 73
                                    

Roni terbangun dari tidurnya, tepat pukul 23.30 WIB. Saat nada dering ponselnya berbunyi lantang. Ada sebuah panggilan video dari seseorang. Roni langsung mengangkat panggilan tersebut.

‘’Abang!’’ Terdengar suara perempuan dari balik layar smartphone-nya.

‘’Iya!’’ sahut Roni.

‘’Abang udah ada di mana?’’

‘’Udah di hotel.’’ Roni mengedarkan kamera smartphone-nya ke segala penjuru ruangan ini.

‘’O, ... sama siapa?’’

‘’Beno ...’’

‘’Bang Beno mantannya Miranda?’’

‘’Iya ...’’

‘’Asikk ... Oke, buruan ya, ke lokasi acara, Bang ... bentar lagi akan dimulai.’’

‘’E ... Ratih, bokap nyokap datang juga?’’ tanya Roni.

‘’Gak Bang. Mama lagi sakit perut. Papa menemani Mama.’’

‘’O, ya sudah, ntar gue ke sana segera!’’

‘’GPL!’’ (Gak Pakai Lama).

‘’Iya, iya, Bawel!’’

Tut ... Tut ... Tut ... Panggilan video berakhir.

‘’Lo habis VC (Video Call) sama Ratih, Ndot?’’ ujarku serentak saat Roni meletakan HP-nya di atas meja.

‘’Iya, dia nyuruh kita segera datang ke pestanya!’’ jawab Roni sembari menyingkirkan kain selimut dari tubuhnya. Dengan telanjang bulat dia berjalan menuju ke sebuah koper yang tergeletak di lantai. Lelaki bertubuh kekar itu meraih pakaiannya dan segera mengenakannya. Kemeja putih yang dibalut dengan jas warna biru gelap. Senada dengan warna celana panjangnya. Hanya sepatunya yang kurang matching. Karena Roni memilih sepatu warna terang dan lebih casual. Mungkin dia menganggap acara adiknya sebuah acara semiformal.

Aku menghampiri Roni. Kemudian dengan sigap aku mendadaninya dan membantu merapikannya. Menata rambutnya dengan pomade. Menyemprot tubuhnya dengan parfum. Menyemprot bajunya dengan pewangi dan sebagainya. Hingga lelaki tampan di hadapanku ini semakin terlihat mentereng seperti pangeran dari negeri dongeng. Wajahnya berkilau. Cerah. Indah. Berseri-seri. Aromanya wangi. Auranya terang benderang. Seperti raja siang.

‘’You looks very ... Very handsome, Ndot ... i don’t believe it,’’ pujiku.

‘’So do you,’’ balas Roni.

‘’You like a Prince.’’

‘’And you like a Servant!’’

‘’Anjriiit!!!’’ Aku menabok bahunya.

‘’Hahaha ...’’ Roni ngakak puas.

Aku tersenyum kecut. Beringsut. Cemberut. Menekuk-nekuk mulut. Hingga Roni mengecup lembut. Menghiburku yang tersulut. Salut. Kesalku jadi melarut. Hanyut ke dasar laut.

Beberapa menit berikutnya, kami berdua keluar dari kamar hotel. Kami berjalan beriringan bak dua pangeran tampan yang akan pergi ke pesta dansa. Menemui para putri-putri cantik bergaun panjang menjuntai menyentuh lantai. Seperti dalam film-film klasik Disney.

Aku dan Roni menaiki lift bersama beberapa orang menuju lantai 7. Semua terdiam. Fokus berdiri di tempatnya masing-masing. Tak ada yang bergerak atau pun bersuara. Hanya hembusan napas mereka yang terdengar lamat-lamat. Tepat di lantai 5, lift-nya berhenti. Dan orang-orang itu pada keluar. Sehingga menyisakan aku dan Roni saja di lift ini. Saat pintu lift mulai tertutup kembali, Roni mendekati aku. Merapatkan tubuhnya dengan tubuhku. Kemudian tanpa canggung dia menarik kepalaku dan mencium bibirku. Dengan tangkas dia mengulum dan melumat bibir ini. Tentu saja aku jadi kaget. Aku tak mengira Roni akan senekat itu. Menciumku di dalam lift yang sedang meluncur. Sensasinya cukup berbeda. Membuat jatung berdebar-debar lebih keras. Memicu adrenalin mengalir deras. Dan kontol pun mendadak mengeras.

Setetes Madu Perjaka (SMP Babak 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang