Tentang kamu dan aku.

279 27 1
                                    


Melepas peluh, menghapus lelah, jalanan berada dalam situasi buruk, banyak orang di sana sibuk dengan rentetan rutinitas, ia berdiri dalam keadaan yang kurang seimbang lalu setelah lampu berubah merah orang-orang malang yang berada di sana dengan tertib berjalan meninggalkan onggok-onggok debu bekas mobil-mobil besar yang mengangkut barang berat, tempat ini tidak begitu jauh dari tempatnya mencari uang.

Hyuga Neji tidak terlalu peduli pada sekeliling, saat suasana tak seramai tadi ia memutuskan untuk memasang headset dikedua kupingnya, mendengarkan musik yang bertengger diposisi atas tangga lagu minggu ini, tapi tidak ada yang bisa menarik minatnya, berakhirlah ia dengan lagu kesukaannya yang sebagian besar milik One Ok Rock.

Ia memiliki pekerjaan yang bagus, berkat otaknya yang cerdas dengan sangat mudah mendapat salah satu posisi tertinggi. Walaupun ia tadi melihat dengan jelas rekan-rekan atau bisa dibilang seniornya memandang ketus kearah dia, tidak enak memang, tapi sekarang dia memang benar-benar butuh pekerjaan yang bagus. Ia tidak menghidupi dirinya sendiri sekarang tapi ada perempuan itu, dan Ino layak untuk bahagia bukan?

Ino bukan hanya layak tapi ia harus bahagia.

Tiba-tiba debu-debu musim panas bercampur dengan air, tanpa aba-aba lingkungan disekitarnya basah oleh hujan, dan untungnya ia tidak begitu jauh dengan ruko yang tampak sudah lama tidak ditinggali ia bisa berteduh disana, setelah sampai Neji menepuk-nepuk baju yang sempat terkena serangan mendadak itu sambil merasa agak sedikit kesal karena ia ingin sekali sampai kerumah.

Lima belas menit sudah berlalu, setelah merasa bahwa rinai itu mulai mengecil kedua kaki itu melangkah gagah tanpa mau peduli pada air-air yang tergenang, ia hanya ingin cepat pulang dan memberikan makanan yang ia beli tadi pada istri yang ia cintai.

Tujuannya sudah didepan mata dengan gerakan luwes ia membuka kenok pintu yang terkunci itu sambil merasakan jantungnya berdetak tidak normal, baru sekarang ia merasakan hal seperti ini, biasanya tidak sampai begini.
Tapi setelah ia berhasil masuk perasaan hangat menghilang, perempuan itu tidak ada dengan refleksnya ia pergi ke toilet dan dapur tapi tetap saja perempuan itu hilang.

Tunggu? Tapi pintunya terkunci dan hanya Neji yang memiliki kunci itu, tidak mungkin Ino menghilang begitu saja. Ia bukan sejenis siluman cantik atau hantu kan? Neji masih sibuk berpikir sampai ada suara aneh diatas sana, dengan cepat Neji menengadah dan betapa terkejutnya dia saat melihat satu-satunya orang yang ingin ia temui sedari tadi sedang membahayakan hidup yang ia miliki dengan naik ke atas atap.

"Kau sedang apa? Cepat turun." Neji menaikan kedua tangannya ke udara, berusaha untuk memberikan landasan nyaman untuk Ino.

"Tadi bocor, aku sedang berusaha menutup lubangnya." Ino tidak mempedulikan laki-laki itu, ia masih berusaha untuk menyempurnakan tekadnya, seperti biasa perempuan itu keras kepala, tapi tanpa diduga Neji sebentar lagi akan sampai ketempatnya ia dengan cepat menaiki atap itu.

"Neji-san jangan ikut naik, kayunya rapuh. Oke..oke aku turun." Ino berusaha untuk menyeimbangkan tubuhnya agar kayu yang menopangnya tidak goyah setelah turun lalu disambut pelukan Neji perempuan itu hanya bisa tersenyum melihat wajah kesal suaminya.

"Maaf sayang." Ino sudah mendarat dilantai sekarang tanpa mau menatap wajah seram Neji ia berusaha mencari sesuatu untuk pengalihan topik.

"Neji-san bagaimana pekerjaanmu?"

"Kau tau bahwa itu bahaya? Bisa menungguku pulang kan? Aku bisa melakukannya Ino, itu tanggung jawabku."
Percuma, Neji tetap akan memarahinya kan? Percuma saja ia sibuk mencari topik itu, tidak berguna.

"Tapi kan..." Neji kembali mendekatkan tubuhnya pada perempuan yang masih berakting membersihkan tempat tidur itu.

"Tapi apa?" Ino menggelengkan kepalanya saat merasa aura Neji serupa dengan yang ia lihat pada ayah mertuanya waktu itu.

"Jangan membuat dirimu terluka, aku akan sangat sedih jika itu sampai terjadi. Demi kebaikanmu tolong jangan keras kepala lagi." Neji duduk dikursi lusuh disamping tempat tidur berusaha untuk tidak emosi menghadapi masalah seperti ini, walaupun ia ingin marah ia mencoba menahannya, ia sudah berjanji akan melindungi Ino termasuk melindungi perasannya juga.

"Maaf, aku...aku...hanya ingin saat kau pulang rumah ini sudah rapi dan kau bisa langsung istirahat, kau sudah lelah bekerja Neji-san," sekarang Ino pun memilih untuk duduk ditempat tidur yang baru saja ia bereskan.
"Aku tidak ingin kau harus melakukan semua hal, maafkan aku, aku tidak berpikir panjang."

"Aku tidak keberatan melakukan semua hal, seberat apapun itu, kalau itu demi dirimu. Aku tidak akan pernah lelah,"

"Neji-san."

"Kalau kau sampai terluka lelahku itu tidak ada artinya sama sekali. Tidak akan pernah sebanding dengan lukamu,"

"Aku serius aku tidak apa-apa,"

"Tapi tadi pagi kau sampai tidak bisa berjalan."

"Neji-saaan."

***

Hujannya sangat besar membuat suhu tempatnya sekarang berubah drastis, malam yang begitu dingin untuk orang-orang diluar sana atau mungkin dengan tetangga sebelah tapi tidak untuk Ino, dia merasa perutnya hangat setelah memakan miso yang dibuatkan Neji atau buatan merekan berdua karena Ino juga ikut membantu sih walau cuma menuangkan air dingin ke panci.

Ino tidak bisa memasak, itu sudah menjadi sesuatu yang melekat pada dirinya dan ia beruntung memiliki suami super seperti Neji.

"Bisa berhenti untuk tidak menatapku dengan mata yang seperti itu?" Ino terkekeh mendengar hal itu lagi dan lagi.

"Salah siapa punya wajah yang tampan? Jadi ini bukan semata-mata salahku semua," Ino kembali  menatap laki-laki itu, bagaimana bisa ia memiliki wajah setenang itu saat sedang memakan masakan yang panas?

"Walaupun kau mencoba merayu aku tetap masih marah." Ino membenarkan cara duduknya lalu memasang wajah kesal.

"Kau ini kejam sekali, aku kan tidak apa-apa, lihat nih lihat nih, aku baik-baik saja." Neji tidak memperhatikan Ino membuat perempuan itu tambah kesal, jarak mereka lumayan jauh sekarang tapi tiba-tiba Neji mendekat, membuat gerakan yang tidak terduga. Lengan itu menahan setitik air yang akan turun menuju kepala Ino, atap itu masih bocor dan kepala Ino terlindungi.

Melihat itu Ino merasa ada kupu-kupu terbang diperutnya walaupun hanya seperti itu entah mengapa ia benar- benar menyukainya walaupun sebenarnya tidak apa, Ino tidak akan sakit parah hanya karena setetes air hujan. Laki-laki itu selalu saja membuktikan ucapannya.

"Terimakasih...kau benar-benar menjagaku Neji-san." mereka berdua tertawa, rumah kecil dipedalaman tanpa banyak hiruk pikuk manusia terasa lebih menyenangkan, suasana ini sama sekali tidak seram, semuanya hangat, semuanya baik.

***

Berbeda dengan yang terjadi pada pasangan muda bahagia ternyata dibelahan bumi yang lain ada beberapa sosok yang tampak duduk termangu ditempat yang sunyi, mereka tidak bisa beranjak walaupun sangat ingin.

"Neji masih menyembunyikan gadis malang itu?" semua orang mengangguk mencoba untuk merespon laki-laki kekar itu dengan cara yang baik.

"Apa kita akan memakai cara b tuan?" terdengar tawa penghinaan disana, sang tuan tiba-tiba menatapnya dengan tajam laki-laki itu diam sambil merasa takut bagaimana bisa ia ceroboh berbicara  seperti itu pada bos besar?

"Kau mudah sekali menyerah, hey kau pikir anak ingusan itu tidak akan lengah?" dengan cepat ia berusaha untuk tetap pada jalurnya, tetap patuh pada apa yang ada didalam otak laki-laki itu.

"Jangan sampai meninggalkan jejak, bermainlah secara rapi dan ingat aku tidak suka kegagalan, lakukan yang terbaik saat kesempatan datang." mereka mengangguk lagi paham akan ucapan sang tuan, sambil berdiri dengan sombong laki-laki itu mengambil sebuah map yang berada tidak jauh dari jangkauannya, mengeluarkan beberapa lembar kertas dan menunjukan pada orang-orang yang sudah ia bayar mahal untuk melakukan hal yang ia perintahkan.

"Lihat foto itu baik-baik, jangan sampai membuat dia selamat." lagi-lagi mereka semua membuang nafas berat, semua orang disana adalah laki-laki normal bagaimana bisa mereka membunuh perempuan cantik itu? Bahkan mereka lebih suka membunuh hulk atau monster apapun dibandingkan wanita berambut blonde yang memiliki mata indah. Ini adalah kali kedua mereka melihat foto-foto itu, dan rasanya masih sama, tapi siapapun dia laki-laki tua itu menginginkan ini bukan? Dan mereka dibayar untuk membunuh siapapun tanpa pandang bulu.

***

Dear InoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang