Perlahan-lahan

197 33 10
                                    


Hotaru Tsuchigumo adalah teman Neji sejak bayi, keluarga mereka akrab sekali, sampai-sampai membuat janji masa depan, tentang mereka berdua, tentang penyatuan persahabatan menjadi keluarga, tentu saja itu menguntungkan untuk mereka, awalnya mereka menyangka akan ada akhir yang baik jika Neji dan Hotaru menjadi teman sejak kecil, mereka akan selalu bersama, membuat ikatan tak kasat mata, membuat mereka dekat dan nyaman untuk satu sama lain.

Itulah yang mereka pikirkan, tanpa tau bahwa Neji bahkan terlalu pintar untuk sekadar dipaksa jatuh pada pilihan mereka, laki-laki itu ternyata memiliki pilihan hidup yang berbeda, cara pandang yang berbeda pula, Neji selalu menganggap Hotaru sebagai teman, tidak lebih dan tidak kurang.

Disekolah mereka selalu menjadi yang terdepan untuk urusan pelajaran dan popularitas, dilihat dari sisi manapun Hotaru adalah gadis yang berwawasan luas, badan tinggi dan tidak terlalu kurus, memiliki buah dada dan bokong yang indah, berambut pirang dan wajah yang manis, dan Neji adalah laki-laki berwajah tampan, memiliki otak yang sangat cair juga keren dalam segala hal, mereka benar-benar seperti diciptakan untuk bersama, dan membentuk tali kesempurnaan, membuat siswa lain tak punya harapan dan mimpi untuk memiliki mereka, karena semua orang tau Neji hanya untuk Hotaru begitupun sebaliknya.

Sampai pada satu titik merah terendus laranya, malam-malamnya yang dingin tiba-tiba terasa hangat saat Neji memeluknya karena laki-laki itu berbahagia bisa masuk kelas khusus dan bisa melompat ke tingkat yang lebih tinggi, meninggalkan Hotaru sendirian di kelas delapan, dan tiba-tiba dia merasa hampa, dia merasa mereka semakin jauh seiring waktu berjalan, Neji sudah masuk sekolah menengah atas, mereka tidak berada dalam sekolah yang sama lagi.

"Neji...." panggilnya keras saat melihat sosok bersurai hitam itu keluar dari gerbang sekolah, kali ini dia nekat untuk pulang bersama, karena sebelumnya laki-laki itu selalu menolak dengan alasan yang tidak masuk akal.

"Kau?"

"Ayo pulang bersama," dia memaksakan diri untuk senyum walaupun amarah membakar hatinya yang lemah, dia pernah mendengar tentang isu bahwa Nejinya, tengah dekat dengan wanita lain disekolah ini.

"Tapi dia akan pulang denganku," sebelumnya Hotaru tak melihat sosok perempuan bercepol dua didekat Neji, apa karena dia hanya fokus pada laki-laki yang sudah mencuri hatinya itu, perlahan senyum Hotaru hilang, dia tak lagi menarik lengan Neji.

"Oh maaf hehe," dia mencoba untuk tersenyum, benar tentang gosip-gosip murahan itu, Neji memiliki seorang pacar. "Neji, kau sudah punya pacar tidak bilang-bilang aku,"

"Maaf, aku sebenarnya akan bercerita tapi belum sempat, kenalkan dia Tenten,"

"Oh oke...." Hotaru ingat semenjak hari itu dia jadi memiliki sebuah sikap yang buruk, entah mengapa dia tidak bisa menerima keputusan Neji, dan berusaha dengan cara apapun untuk membuat mereka berpisah...

"Aku Hotaru."

****

"Hotaru....ada apa? Daritadi kau melamun terus." ucap seseorang membuat Hotaru agak kaget tapi dia bisa menguasai diri dengan cepat.

"Tidak apa-apa kok," ucapnya tulus saat melihat raut wajah Neji yang khawatir, dia jadi teringat masa lalu, tentang bagaimana Neji yang selalu mengutamakan dia dari apapun, kini apa dengan keadaan yang sedikit menguntungkan masa-masa itu akan kembali lagi?

"Kita berteman sejak kecil, tapi aku benar-benar tak ingat tentangmu, padahal aku ingat tentang ayah dan ibu,"  tadi sebelum Hotaru melamun dia sempat berbagi cerita tentang mereka dimasa lalu tapi tetap saja Neji tak mengingat apapun, tapi itu bagus 'kan?

Neji tak ingat tentang kejahatan yang dia buat, masa bodoh jika dia dianggap mengambil kesempatan dalam kelemahan oranglain, yang jelas siapapun akan melakukan hal yang sama jika berada dalam posisi Hotaru sekarang, kapan lagi dia akan mendapat kesempatan?

"Bagaimana tentang kita? Aku sedikit penasaran." tanya Neji saat merasa perempuan disampingnya kembali terdiam, dia tak suka suasana sunyi, dia ingin tau apa saja yang dia lewatkan.

"Kita berdua sibuk, jarang bertemu tapi kurasa komunikasi kita cukup bagus, kau selalu mengucapkan selamat pagi setiap aku membuka ponsel dipagi hari," Neji mengangguk paham, lalu tersenyum lagi, seumur hidup Hotaru merasa bahwa hari ini Neji lebih sering tersenyum daripada biasanya, dia ramah sekali, berbeda dengan dia yang selalu Hotaru kenal, tapi tidak apa-apa, dia adalah jiwa yang baru, bagaimanapun dia nantinya Hotaru akan tetap menyayangi dia dengan sama besarnya.

"Kau selalu menjagaku, kita akan menikah." ucapnya sedih, mengingat tentang hari dimana Neji memutuskan untuk membatalkan pertunangan mereka dan memilih menikah dengan wanita lain, pergi kekota ini dan harus kembali pada Hotaru dengan cara yang sulit dimengerti.

"Tapi aku mengerti kondisimu, kita bisa menundanya, sampai kau benar-benar siap,"

"Ya, kurasa lebih baik begitu," walaupun orangtuanya dan orangtua Neji menginginkan pernikahan ini dilakukan secepatnya Hotaru merasa dia harus memberi Neji waktu.

"Hotaru..."

"Ya?"

"Hari ini kau cantik sekali," jantungnya kehilangan detak, darahnya berhenti mengalir, padahal Neji mengucapkan itu tanpa beban sedikit pun, dia bahkan tersenyum, tapi perasaan Hotaru menjadi aneh, dia bahagia sekali sampai rasanya mau menangis.

"Te---terimakasih," perempuan itu mencoba tersenyum lalu dengan cepat menunduk menatap lantai, dia sedang berusaha merekam suara Neji didalam otaknya yang paling jauh, sehingga suatu saat nanti dia bisa memutarnya sesuka hati.

***

"Kau bisa mengangkat itu, kau kuat sekali Yamanaka," dengan nafas yang sedikit tercekat Ino mencoba menggapai air mineral dimeja, mengangkat pot sebesar itu ternyata lumayan melelahkan juga.

"Nih airmu ... un," Deidara meletakan botol mineral itu pada lengan Ino yang bergetar, wanita itu menghabiskannya dalam sekali tengguk.

"Huh, dasar kau jahat sekali pada wanita," Ino beranjak mengingat tadi sempat lupa menaruh pupuk, Deidara mengikutinya dari belakang, salut pada kerja kerasnya, dan merasa senang bebannya sedikit berkurang

"Kita kan disini sama saja, kau akan mendapat upah begitu pun aku, jadi ya kau pun harus bekerja....tidak peduli kau wanita atau pria,"

"Tapi Dei....." Ino mengerang kesal tapi dia juga setuju dengan ucapan laki-laki itu, jadi dia kembali pada pupuk-pupuk dan beberapa plastik hitam untuk tanaman yang baru.

"Wah kalian akur sekali ya..." tanpa mereka berdua sadari sosok laki-laki bergigi dan bermata yang seram sudah memperhatikan mereka kurang lebih sepuluh menit. "Dia kembaranmu Dei? Kalian mirip sekali." ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak, seolah hari esok dia tak akan tertawa lagi.

"Dia siapa?" tanya Ino berbisik pada Deidara.

"Aku Kiba, dan ini dan ini anjingku Akamaru," belum sempat Deidara membuka mulut laki-laki itu sudah memperkenalkan diri. "Aku yang memiliki usaha ini, kau Ino?"

"Iya, Kiba-san,"

"Jangan, Kiba saja, aku tidak tahan dipanggil seperti itu," Deidara tak mau ada didalam obrolan ini lama-lama, dengan cepat dia menarik lengan Ino menjauh, pekerjaan mereka masih banyak dibanding menonton laki-laki bodoh yang selalu membawa anjingnya kemana-mana.

"Semoga kau senang bekerja dengan kembaranmu Ino, kalian cocok sekali jika dijadikan pasangan, ku jamin anak kalian akan seperti bule."

"Apa sih dia...." tanya Ino lagi mendadak merasa Deidara lebih normal dibanding bosnya.

"Tidak usah didengar, dia memang begitu, tidak jelas, berisik, kurang kerjaan,"

"Aku mendengar ucapanmu loh Dei,"

"Bisa pergi saja tidak? Kau berisik sekali, anjingmu bahkan bisa lebih tenang," tawa itu kembali menggema membuat Ino ngeri.

"Wah kau ingin berdua saja dengan Ino? Modus yang bagus sekali," dia membawa anjingnya lalu bangun dan pergi dengan senyuman yang aneh untuk dilihat.

"Aku mendukungmu Dei, kau harus berterimakasih padaku karena membiarkan kalian berduaan."

"Astaga," Deidara sekarang menepuk-nepuk tanah dengan emosi, Ino hanya bisa tertawa melihatnya, ternyata bekerja disini bukanlah pilihan yang buruk.

***

Aku akan tamatin cerita ini, entah ada yang baca ataupun enggak hehe :)))

Dear InoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang